Pilar-pilar peradaban baru di Madinah



Pilar-Pilar Peradaban Baru di Madinah


Keadaan sudah benar-benar tak kondusi di Mekkah. Tak ada perkembangan dalam kancah dakwah Islam, bahkan Muslimin yang lemah dan miskin semakin teraniaya terpuruk juga terusir. Jika diceritakan takkan sampai hati mata  memandang penganiyaannya, ataupun telinga cukup merintih mendengar kekejaman kafir Quraisy yang kokoh dan sombong. Pilar –pilar yang dicoba dibangun, runtuh kembali. Meski pondasi yang kuat telah mengakar hingga ke pelosok lapisan Bumi. Pilar-pilar itu rapuh, hingga turun wahyu tentang Hijrah. Dan dengan hijrah itu Pilar-Pilar nan Agung dibangun. Di atas pondasi keimanan yang mengakar. Maka munculah Pilar-pilar Peradaban baru di Madinah.
Yastrib, nama kota sebelumnya yang diganti menjadi Madinah Munawwarah . Nama yang Indah seindah pilar yanng dibangun Rasul tercinta di kota Ini. Pilar-pilar inilah yang menguatkan kaum muslimin. Menaikkan peradaban Islam mengusir peradaban besar, Romawi dan Persia. Rasulullah mempunyai lima pilar besar dalam peradaban baru di Madinah. Dengan Ukhuwah Islamiyah, membangun masjid-masjid, adanya Piagam Madinah, pembentukan kekuatan Ekonomi kaum muslimin dengan mendirikan pasar-pasar, dan dengan Peneguhan Syiar Ibadah.
Langkah awal pendirian Pilar peradaan baru di Madinah adalah dengan  menguatkan Ukhuwah Islamiyah. Rasulullah mempersatukan sesama Muhajirin serta mempersatukan Muhajirin dan Anshor. Dengan latar belkang yang sama, yaitu status Fuqara yang disandang saat hijrah ke Madinah. Para Muhajirin, semuanya entah yang dulunya kaya ataupun miskin. Meninggalkan hartanya di Madinah, rumahnya, ternak-ternaknya, Usahanya. Semuanya ditinggal semata-mata mengharap ridho Allah . atas kesamaan latar belakang ini Rasulullah mempersatukan mereka.  Seperti mempersaudarakan Bilal dengan Abbu Bakar. Umar dengan Said bin Zaid juga dengan Amr bin Tufail. Thalhah dengan Zubair bin Awwam, hingga Allah mewafatkan mereka berdua dan dikuburkan di kuburan yang sama. Abdurahman bin Auf dengan Sa’ad bin Abi Waqqas. Yang Masyhur dikenal Abdurahman bin Auf dengan saudagar kaya raya, bisnismen yang sangat luar biasa. Dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Abi Waqqas dari Bani Zuhrah, meski beliau termasuk masih saudara dari Rasulullah dari ibunya. Sifat dan kedudukan antara Abdurrahman dan Sa’ad sungguh berbeda.  Sa’ad diceritakan suka berkumpul bersama budak-budak dan penggembala kambing. Dan sikapnya pun kadang-kadang menyebalkan meski dibalik semua itu ketulusan yang luar biasa terpancar. Jadi dalam pandangan masyarakat Sa’ad bukanlah yang termasuk dihormati. Pernah suatu hari dalam majlis Rasul, Sa’ad bersama teman-temannya yang lain tiba-tiba nimbrung gitu seenaknya tanpa melihat kondisi yang pas. Ibarat kata asal maen selonong sajalah. Hingga membuat jamaah lain yang dari kalangan atas, dan dulunya bermartabat risih dengan tindakan selonongan ini. Maka turunlah ayat Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 28 yang menelaskan agar Rasulullah bersikap sabar terhadap Muslimin yang tujuannya sebenarnya adalah hanya mencari ridho Allah  . Hingga mereka tak mengharapkan ridho manusia lagi. “Dan bersabarlah enkau (Muhammad)” kata Allah “ bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya”. Pasti ada perbedaan dalam persaudaraan. Namun perbedaan itu bukanlah tabir terbesar jika sudah diikatkan oleh ikatan Ukhuwah Islamiyah.
Persaudaraan ini melekat dalam hati. Selaras dengan pemikiran dan jiwa. Seperti saat Abu Bakar dan Bilal baru saja tinggal beberapa hari di Madinah. Mereka berdua mengalami sakit, sakit rindu pada kampung halaman dan penyesuaian dengan rumah barunya di Madinah. Manusia yang dipersaudarakan oleh Rasulullah. Bahkan  Bilal dan Abu Bakar ketika sakit ini ngingo dengan igoan yang sama yaitu tentang kekhasan Makkah yang tak terdapat di Madinah. Hingga Rasul Iba dengan igoan itu. Memang butuh penyesuaian baru dan mental yang kuat untuk meniggal kampung halaman yang sangat dicintai. Karena itu Rasulullah berdo’a atas keberkahan kota Madinah.
Langkah kedua setelah Rasululullah mempersaudarakan sesama Muhajirin adalah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Sesuatu yang melatar belakangi persaudaraan ini adalah dengan kesamaan tujuan yaitu mencari keutamaan Allah dan menegakkan peradaban baru di Madinah, juga dengan tekad yang satu yaitu tekad menolong serta membantu Rasul dan meneggakkan hukum Allah. Ketiga karena adanya kecintaan yang didasari karena Iman, seperti hadist Rasululullah “tidak akan sempurna Iman seorang hamaba sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri” . Begitu kata Rasul. Maka lanjut Rasululullah dalam hadist yang lain “Janganlah kalian saling hasad, saling menipu harga dalam jual beli, saling membenci, saling memboikot, dan janganlah sebagian dari kalian saling menjatuhkan harga pada transaksi sebagian orang lain, jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang saling bersaudara!!!!. Orang muslim  itu saudara bagi mumslim yang lainnya, tidak boleh mendzaliminya, tidak boleh menelantarkannya, tidak boleh mendustainya, tidak boleh menghinakannya. Takwa itu disini –beliau menunjuk ke arah dadanya tiga kali- . Cukuplahlah kebusukkan bagi seseorang jika ia menghinakan saudaranya semuslim. Darah, harta, kehormatan setiap muslim setiap muslim atas muslim lainnya adalah haram”.
Rasa cinta akan persaudaraan ini bukanlah rasa yang dibangung secara paksa. Ia adalah akibat kekuatan iman, rasa yang terbangun  atas kelembutan hati muslimin. Bahkan rasa itu melebihi  rasa cinta kepada  dirinya sendiri. Atsar yaitu mengutamakan orang lain dari kebutuhan dirinya sendiri. Seperti firman Allah yang agung dalam surat Al-Hasyr ayat 9: “Dan orang-orang Anshar yang telah menempati kota Madinah telah beriman sebelum kedatangan mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhad apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka mengutamakan (Muhajirin)atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang yang beruntung”. Siapakah yang tak terkesima dengan kemulian sifat ini, yang sangat susah dilakukan namun para sahabat dengan didikan Rasulullah melakukannya. Ialah Abdurrahman bin Auf  yang dipersaudarakan oleh Sa’ad bin rabi. “Ambilah” kata Sa’ad dengan ketulusan hatinya pada saudara barunya ini “Aku memilki dua kebun dan dua rumah, ambilah salah satu adapun Istri” beliau melanjutkan “Aku mempunnyai dua Istri yang cantik juga sholehah ambilah yang engkau sukai  aku akan ceraikan untukmu saudaraku”.  indahnya Ukhuwah itu jika bisa mengutamakan orang lain, namun ia Abdurrahman bin Auf menolaknya dengan lembut “ Tidak saudaraku, tunjukkan saja aku arah pasar”.  Ialah Abdurahman bin Auf , pebisnis yang ulung.  Apapun yang ada ditangannya pasti akan berbuah luar biasa dengan keahliannya.
Juga Mus’ab bin Umair dan Abdullah bin Umi Maktum. Sinergi kerja dakwah yang luar biasa. Sudah keahlian Mus’ab bin Umair untuk merekrut dan memberikan promosi dalam mempelajari agama yang agung ini. Adapun Abdullahlah yang keahliannya tekun dalam membina muslimin dengan keilmuannya yang luas. Bagaimana luar biasanya sinergi ini. ‘Allahu Akbar’.
Masih dalam sifat mengutamakan orang lain yang tercermin dalam salah seorang sahabat Anshor. Sa’ad bin Ubadah seorang  milyader saat itu. Dikala sahabat Anshor menerima tampungannsatu atau dua orang saja di rumah mereka namun Sa’ad bin Ubadah menerima 83 orang dari Muhajirin. Hingga rumahnya terbagi oleh sekat-sekat yang sangat banyak. Masya Allah ....., kapan kita bisa meneladani sikap seperti ini.
Setelah memepersaudarakan Antara Muhajirin dan Anshor bersamaan dengan ini. Rasulullah mendirikan masjid. Masjid Kuba yang didirikan di daerah Kuba yang dekat dengan Madinah. Lalu di Madinah didirikanlah masjid Madinah. Yang tempatnya dipilihkan Allah dengan perantara unta Nabi Muhammad yang dituntun Malaikat. Ialah Qaswah, unta Nabi Muhammad yang elgant dengan warna putihnya yang bersih. Lalu dengan langkah Unta ini, ia berdiam di sebuah tanah milik Sahl bin Amr As-saidi. Berbahagialah ia Sahl, beberapa pujian dan Do’a pun terlampir untuk ‘Semoga Allah memberkahimu wahai Sahl’. Dibangunnya Masjid sebagai pusat peradaban dan segala aktifitasnya. Selain digunakan untuk tempat Ibadah, masjid digunakan sebagai tempat berkumpulnya untuk bermusyawarah para Sahabat dalam segala bidang. Perekonomian, politik, bahkan siasat perang. Dibentuk juga halaqah-halaqah keilmuan  yang dibina oleh beberapa Sahabat Rasul di Masjid ini. dan fungsi lain sebagai pusat Informasi bagi seluruh penduduk Madinah. Ialah Masjid dengan fungsi peradaban yang mengagumkan, yang sayangnya sekarang  fungsi masjid berkurang dengan segalah pengaruh sekulerisme yang berkembang. Bahkan  terkadang Musyafir yang sekedar beristirahat saja tak diperbolehkan. Mengatas namakan Masjid suatu golongan tertentu. ‘SubhanAllah’.
Dengan  pilar-pilar ini kekuatan umat terbentuk. Terkokohkan dengan luar biasanya. Seperti Pohon Kurma yang sangat kuat dihempas badai apapun. Karena Akar mengerat kuat di bawah tanah. Menggenggam pokok-pokok bumi. Begitulah seperti Iman seorang Muslim yang akarnya kuat ke akar bumi, batangnya kokoh seperti Baja, rantingnya menjulur hingga ke langit dan buahnya manis dengan rasa yang bersensasi. Pilar-pilar ini Pilar peradaban Baru di Madinah.    
Will be continue..............................  

  قريبا إن شاء الله

Komentar

Postingan Populer