Cinta mana yang aku cari
Sebuah
potongan kisah cinta yang dihadirkan oleh tiga orang hamba yang tak diragukan
lagi cintanya pada Sang Maha kasih. Tiga makhluk ini berjalan menyusuri panas
gurun yang amat gersang. Tak ada rerumputan tak ada naungan tak ada tanda-tanda
kehidupan. Namun ia Ibrahim alaihis salam. Melangkahkan kakinya dengan tegak
menyambut perintah Allah bersama Hajar dengan membawa bayi yang masih berwarna
merah itu. Hajar tak mengerti kemana ia pergi, semakin jauh. Dan semakin jauh,
semakin tak terbayangkan tempat yang akan dihuninya. Ia Ibrahim menguatkan
langkah juga hatinya yang perih. Menyambut dengan keikhlasan meski harus
berpisah dengan anak yang selama ini ia tunggu kehadirannya. Dan harus ia
tinggalkan di lembah yang tak tumbuh rerumputan disana, tak muncul sumber
airpun disana, dan tak ada manusia lain selain mereka bertiga. Ialah Makkah,
tempat yang Allah akan bangunkan Ka’bah
sebagai kiblat orang-orang yang beriman.
Ibrahim
akan menginggalkan mereka berudua, hanya berdua. Semakin berat langkahnya untuk
pergi. Hingga langkah jauhnya terbaca oleh Ibunda Ismail, siti Hajar berteriak
“Ibrahim,... kenapa kau tinggalkan kami disini” tanyanya ketika langkah ittu
mulai menjauh. Ibrahim tak bisa menjelaskannya, lidahnya kelu. Hatinya berat
tak berani ia lihat wajah istri juga anaknnya yang akan ditinggalkannya. Pipinya basah dengan air matanya. Ibunda Hajar
mengulang tanyanya yang belum dijawab “Ibrahim,... kenapa kau tinggalkami
disini?”. Langkah Ibrahim semakin berat membayangkan apa yang akan terjadi
dengan kedua orang yang sangat ia cintai ini. Ibunda Hajar masih bertanya
dengan pertanyaan yang sama. “Ibrahim, kenapa kau tinggalkan kami disini?”.
Kali ini air mata itu kian membanjiri. Ibunda Hajar yang cerdas dengan cintanya
mengganti pertanyaanya pada suaminya ketika ia tanya reaksi suaminnya itu,
“Ibrahim..... apakah ini perintah Allah?”. Ibrahim membalikkan badannya
mendekat pada orang yang dicintainya lalu mendekapnya “Ya... ini adalah
perintah dari Allah”. Dengan berbisik ia kuatkan hati suaminya. Dengan keimanan
serta cintanya pada Sang Maha kasih yang
cintanya tak pernah pilih kasih, dengan cintanya yang besar pada Sang Maha
Penyayang yang cintanya tak pernag terbilang. Ia berbisik kecil di telinga
Suaminya “jika ini perintah Allah, maka sekali-kali DIa takkan pernah
menyia-nyiakan kami”.
Ibrahim
lega mendengarnya. Cintanya makin kuat, berpasrah pada Rabbnya. Dengaan keikhlasannya
juga cinta akan Rabbnya ia tinggalkan Hajar dan Ismail. Tangannya mengangkat
berdo’a pada Sang Maha Bijaksana yang diabadikan dalam Al-Qur’an surat Ibrahim
ayat 37 “Ya Rabb kami, sungguh telah kutempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tak bertanam di dekat rumah-Mu yang
dihormati. Ya Rabb kami, agar mereka mendirikan sholat. Maka jadikanlah hati
sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan karuniakanlah pada mereka rizki
dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka
bersyukur.”
Dari
Ibrahim kita belajar sebuah cinta, bahwa perintah Allah diatas segalanya. Bahwa
mencari ridho dan cinta Allah, bersamaan dengannya akan timbul sebuah
kepasrahan hakiki bahwa hanya Dia-lah yang pengendali cinta itu. Dengan
cinta-Nyalah kekuatan itu menyatu. Dengan cinta-Nyalah hilang semua ragu. Meski
kadang masa depan selalu tak menentu tapi Allah tau. Yang mana yang dahulu
seharusnya kita tunggu.
Dari
Ibunda Hajar kita belajar sebuah cinta. Bahwa cinta memberikan kekuatan.
Kekuatan murni penyejuk hati, Ia akibat
keimanan serta cinta yang nyata. Pada Allah, hanya pada Allah. Terbukti dengan kata-katanya yang menyentuh hati
setiap yang mendengarnya “Jika memang itu adalah perintah Allah, maka Dia
sekali-kali takkan pernah menyia-nyiakan kami”. Wahai Ibunda Hajar, ajarkan
kami tentang hakikat perjuangan cinta itu. Wahai Ibrahim, ajarkan kami hakikat
ketulusan cinta itu. Agar cinta ini tak pernah salah tertuju. Agar cinta ini
tak pernah salah meraih. Agar cinta ini tak pernah salah mengharap.
###
Bagaimana cinta-Nya itu??
Cinta-Nya
itu menyeluruh dan tak rapuh
Karena
cintalah manusia terlahir di dunia ini. Cinta Allah pada kedua hamba yang
mencintai karena-Nya. Cinta Allah pada hambanya yang mengizinkannya menduduki
bumi, untuk mengejar ridho-Nya. Cinta Malaikat peniup Ruh, meniupkan ruh pada
janin yang ada dalam kandungan. Lengkaplah ciptaan Allah yang baru dengan penuh
cinta ia dilahirkan di dunia. Lalu diperdengarkan kalimat agung di telinganya.
Adzan yang berkumandangan mengihiasi tangisan si kecil yang lucu. ‘Allahu
Akbar’ panggilan itu menyeru pada sudut
hati yang paling dalam, menjaga si buah hati agar ia tak lupa dengan tujuannya
untuk mengharap cinta-Nya. Hingga ketika Allah kuatkan tulang-tulangnya,
menumbuhkannya dengan perlindungan orang tuanya. Cinta Allah bersemayam dalam
jiwanya. Dan jika ketika ia benar-benar menemukan cinta itu. Menyelami kalam-Nya.
Semakin kuatlah cinta Allah padanya. Allah faqihkan ia dengan ilmu-Nya. Allah
jaga pandangannya, langkahnya, lisannya, pikirannya, rizkinya. Semakin
mendekat ia pada cinta-Nya maka semakin
dekat Allah padanya. Firman Allah dalam hadits Qudsi ;
وَإِنْ
تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ
إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Jika ia mendekat kepada-Ku
sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta,
Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan
(biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.”
Lalu dilanjutkan dengan ketetapannya yang luar biasa.
إِنَّ
اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّى أُحِبُّ فُلاَنًا
فَأَحِبَّهُ
“Jika
Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril seraya berkata,
“Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.” (HR.
Bukhari no. 7485 dan Muslim no. 2637).
‘Allahu Akbar,.... begitu indah cinta ini.
cinta yang tak pernah memilih,
ia menyeluruh bagi setiap hambanya. Tak pernah ia rapuh, jika kita kuatkan
cinta itu, maka semakin cinta Allah membumikan cintanya, mengabarkan pada
makhluknya. Hingga langit juga udara senada menjaga kita dengan cinta-Nya.
Hingga laut juga hutan melindungi hamba yang telah Allah tetapkan menjadi yang
dicintainya. Betapa indahnya predikat itu. Juga betapa derasnya ombak
cinta-Nya . Namun kita hanya memilih
memainkan ombaknya, sedang mengejar lautan cinta ,....entahlah menjadi tujuan
keberapa”
Cinta-Nya
itu lembut , menggenggam yang berlutut
بسم
الله الرحمن الرحيم (Dengan
menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang). Selalu terlantun
dengan indah sebelum membaca kalam-Nya yang agung. Makna apa yang tersirat
dengan kalimat cinta ini. kita menemukan jawabannya, dengan sifat
pengasihnyalah seorang yang merasa ketakutan akan mendekat. Dengan sifat
penyayanglah hamba yang merasa berlumur dosa akan merapat. Dengan kasih dan
sayangnya Ia rangkul hambanya dengan tanpa memandang siapapun ia. Dari golongan
manapun ia, entah kaya atau pun miskin. Entah dalam keadaan bertaqwa atau pun
dalam keadaan bermaksiat. Ketika seorang memulai mendekati cinta RabbNya. Allah
sambut dengan sifat kasih dan sayangnya. Bagaimana jika kata-kata itu
tergantikan dengan ‘Dengan menyebut nama Allah yang Maha Besar dan Maha
Perkasa’. Pasti memilki kesan yang berbeda. Bukannya malah mendekat tapi
semakin menjauh. Merasa ketakutan dengan adzab-adzab yang seakan-akan
menghampiri hambanya.
“
الرحمن (Allah Yang Maha
Pengasih)”, begitulah Allah mulai menunjukkan beribu cinta-Nya pada makhluknya
dalam pembukaan surat Ar-Rahman. Ia tegaskan bahwa hanya Ialah Yang Maha
Pengasih. Ayat keduanya menjelaskan betapa Ia sangat mencintai hambanya
memberikan petunjuk baginya, pedoman serta arah, tujuan, visi dan misi yang
sangat jelas. Dalam Kalam-Nya terdapat penyembuh bagi hambanya yang bermuram
durja, penyejuk bagi hamba-Nya yang sempit tersibukkan dengan kepuasaan dan
keinginan dunia. Makanan penguat jiwa, ruh dan hati manusia.
Dengan
cinta-Nya ia tegaskan “"علم القرآن , خلق الإنسان, علم
البيان dengan
kasihnya Allah berikan petunjuk kehidupan padanya. Ialah Al-Qur an beserta
seluruh penjelasannya. Lalu apa yang harus dibingungkan. Ketika telah Allah
sempurnakan wujud kita, memberikan kita segala yang dibutuhkan. Memberikan
tujuan hidup yang nyata. Maka ayat yang selalu diulang-ulang, berkali-kali
dalam surat Ar-rahman setelah sekian banyak nikmat yang Allah berikan sebagai
bukti cintanya pada hambanya. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah engkau
dustakan?”. Lalu pantaskah manusia berkeluh memohon-mohon mencari cinta yang
hanya memuaskan nafsu?. Sedangkan cinta Rabbnya dengan segala kenikmatan dan
fasilitas yang diberikan tak pernah ia gugah. Ketika mata tak lagi melihat
dengan hati. Ketika hati tak mampu membedakan cinta mana yang harus
diperjuangankan. Berhati-hatilah, ketika
itu mungkin Allah sedang membiarkan kita, telah mengitamkan hati kita yang
ditumpuk dengan milyaran noktah hitam yang sengaja ditumpuk. Saat itu tak ada
lagi cinta, dan matilah rasa.
Cinta-Nya
itu nyata dan tak terduga
Manusia
memang selalu diliputi khilaf dan lupa. Kita memang bukan Rasululullah yang
terhindar dari dosa. Kita adalah manuisa biasa dengan seluruh kenikmatan yang
Allah berikan. Bukanlah manusia namanya jika ia tak pernah luput dari lupa dan
dosa. Sebab asal manusia dari dari kalimat bahasa arab نسي ينسى Dengan berarti yang senaniasa lupa. Dengan
sifat kasihnya Allah ampuni hambanya serta memafkan perbutan yang dilakukan
karena kekeliruan dan lupa. Dari Ibnu Abbas ,bahwa Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah memaafkan untukku bagi umatku dari kekeliruan, lupa, dan
apa saja yang dipaksakan kepada mereka (HR ibnu Majjah, Al-baihaqi dan yang
lainnya).
Terkadang
manusia diselimuti rasa was-was dalam dirinya. Atas segala dosa yang baru ia
lakukan. Namun bukan berarti merasa tak pantas lalu semakin menjauh dari rahmat
Allah. Tapi mendekat dan memohon ampun. Luasnya
Ampunan Allah pada hambanya, dijelaskan pula pada sebuah Hadist Qudsi .
Allah
Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan
mengharap kepada-Ku, Aku akan mengampunimu atas dosamu dan tidak aku pedulikan
lagi. Wahai anak Adam!!, Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau
memohon ampunan kepada-Ku. Aku akan mengampunimu. Wahai Anak Adam, jika engkau
datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu
denganku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, sungguh aku
akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula ( Diriwayatkan
At-Tirmidzi).
Betapa
Luasnya cinta Allah pada hambanya. Ketika hambanya datang dengan lumuran dosa
dan ia bertaubat padanya dengan penuh keikhalsan, Allah akan menyembutnya
dengan kasih sayangnya yang agung. Maka apa kita harus menunggu berbuat maksiat
dahulu baru mendekat. Tidak dan sama sekali tidak. selama kita tak mengerti
kapan nafas itu berakhir maka teruslah memohonkan ampun, meminta ridhonya dalam
setiap langkah. Sungguh Allah mencintai hambanya yang mendekat pada-Nya. Bukankah
Allah sangat berbahagia ketika ada hamba yang mendekat pada-Nya. Melebihi
bahagianya -seseorang yang kehilangan tunggangannya beserta seluruh
perbekalannya lalu ketika ia tak tahan
lagi dan kehilangan harapan tiba-tiba tunggangan itu datang dengan segala
perbekalannya- Allah lebih berbahagia
dari pada itu. Janganlah putus harap atas cinta-Nya. Karena cinta-Nya nyata dan
tak terduga. Bergegaslah mencarinya. Sebelum Malaikat pencabut nyawa mencari
kita. Bersegeralah meraihnya sebelum hari yang dijanjikan datang dengan segala
siksa-Nya.
Pernahkah
engkau mendapati hari yang sangat sempit, terasa sangat sulit. Juga pikiran
menghimpit. Maka curigalah Allah merindukanmu dalam sujudmu, merindukan
kemesraan do’a-do’a kita berharap padanya. Pernahkah engkau mendapati hari
dengan kesibukan yang tiada henti, urusan tiada putus. Dengan segala urusan
yang menjauhkanmu dari bersujud mendengungkan do’a-do’amu, tidakkah kau curiga
Allah telah membiarkanmu, mengurusi urusanmu sendiri. Karena engkau yang
menjauh, bukan cinta-Nya. Pernahkah engkau mendapati hari yang sangat bahagia,
terlampau bahagia hingga hilang sifat syukurmu, tergantikan dengan sifat sombong
yang meminta dan terus meminta kebahagiaan berlebih dan sempurna, tidakkah
engkau curiga Allah telah mngujimu dengan kebahagiaan, dan menguji akankan cintamu pada-Nya terbatas
setelah engkau dapati yang engkau minta pada-Nya tempo dulu. Tidakkah engkau
curiga, sekarang engkau sedanng diuji, dengan kesenangan maupun kesedihan.
Setelah Allah jelaskan padamu cinta-Nya. Kali ini engkau yang menjelaskan
cintamu pada-Nya. Akankah engkau bersyukur dikala kebahagiaan datang. Atau
akankah engkau bersabar dikala musibah menyerang. Engkau yang memutuskan
seberapa dalam cinta itu.
“selama engkau menjaga
cinta Allah dalam hatimu, selama itulah cinta Allah bersamayam dalam hatimu,
mengarahkan tanganmu, membimbing penglihatanmu, menuntun langkahmu,mengeja lisanmu,
tertunduk dalam cinta-Nya. Dia telah menunjukkan pintu-Nya, lalu mengarahkan
arahnya padamu. Sekarang hanya engkau yang memutuskan. Kapan dan akankah engkau
masuk dalam pintu itu.”
-Avnie suhayla-
Komentar
Posting Komentar