kebangkitan Peradaban masa Sholahuddin Al-Ayubi
Pemimpin pasukan
Salib mengendus kelemahan, seperti mengendusnya binatang buas terhadap mangsa
yang sekarat. Ialah umat Islam kala itu,
melemah bahkan tak memilki izzah. Mereka datang dengan kepercayaan yang
tinggi dan kesombongannya. Di tanah Quds darah bergelimpangan, oleh pasukan
salib membabi buta. Membunuh semuanya, tak menyisakkan yang ada. Tak ada
perbedaan diantaranya, entah muda, tua, wanita, pria, anak-anak atau pun balita. Mata kaki yang terendam
bukan dengan air, namun dengan darah. Bagaimana tidak, delapan puluh ribu
manusia terbunuh, tertusuk, tertombak,
terpanah, tertikam, hanya dalam sehari di tempat suci ini tempat Isra’nya
Rasulullah. Namun tak ada perlawan, jangankan perlawanan bahkan pembelaan
terhadap kehormatanpun tak ada. Umat yang sangat kuat, kini melakukan pembelaan
kehormatan saja tak bisa. Ada apa sebenarnya yang terjadi?, dari mana kelemahan
itu berasal?. Bagaimana bisa umat yang kekar ini yang selama ratusan tahun
berjaya, besar dan mengusir musuh-musuhnya , kali ini kehilangan kekuatannya?.
Keaadan umat
sebelum datangnya pasukan salib sungguh sangat terpuruk, dimana umat kehilangan
jati dirinya, terlupa akan sejarahnya, dan melupakan landasan hidupnya. Namun
bukan berarti tidak adanya ulama besar
lahir pada zaman itu yaitu di abad ke 4 dan 5. Tidak, tapi umatlah yang sedang
sakit sedangkan ulama tak bisa mendominasi trend umat saat itu, maka
keterpurukan umatlah yang mendominasi. Kemunduran-kemunduran umat dengan
kerapuhannya akan tiang landasannya. Di segala bidang, seperti ekonomi, sosial,
politik, dan pendidikan juga demikian. Sudah banyak terjadi seseorang yang
menjual rumahnya untuk sekedar mendapatkan sekantung gandum. Satu dinar yang
sekarang bisa untuk membeli satu kambing, saat itu hanya bisa membeli satu apel.
Sangat terpuruk dan benar terjadi saat itu, kemunduran ekonomi yang sangat
mengerikan. Dalam masalah sosial , segala pemahaman yang salah, banyak sekali
menyebar. Alirannya-aliran sesat juga segala ritual bodohnya. Bahkan sudah
biasa dalam politik bunuh membunuh meski dalam satu ikatan agama yang sama,
juga trend untuk menyewa pembunuh bayaran yang sekarang namanya juga masih
terkenal assasin yang diambil dari nama hasyasyi. Terkenal dengan
kebengisannya dalam membunuh. Pendidikan
dianggap bukan sebagai ajang untuk menjadi sesorang yang takut kepada Rabbnya
juga bukan dengan keikhlasan agar menjadi seseorang yang lebih baik agamanya,
namun menjadi ajang untuk mendapat tempat dalam pemerintahan, juga agar
terkenal dengan kepintaran berdebat, komentator politik. Karena hanya lulusan
syariahlah yang mudah untuk menjadi pejabat negara. Dimana diskusi-diskusi yang seharusnya menjadi
jembatan untuk memperdalam ilmu dan mendapatkan jawaban syar’i malah dijadikan untuk ajang perdebatan untuk
mentenarkan nama, juga memperluas pendukung yang menang dalam perdebatan itu.
Umat mengalami
Degradasi makna. Pemahaman yang benar dalam meniti kehidupan. Ia sakit, mungkin
sakitnya karena kelengahannya yang sudah ratusan tahun berjaya. Jadi bukan
semata-mata karena serangan musuh Al-Quds ternodai. Ia adalah alasan keseribu
setelah sekian banyak penyimpangan internal di jantung umat ini, juga bukan
semata-mata karena konspirasi barat, umat tiba-tiba lemah. Namun ia adalah
sebab yang kesekian, setelah sekian banyak pertikaian diantara umat yang
melamahkan bukan mempersatukan. Bisa digambarkan bahwa datangnya barat,
datangnya musuh setelah mereka mencium kelemahan itu. Mencium keterpurukan ini.
mereka datang ketika umat sedang sempoyongan dengan diri sendiri, tergontai
dengan kebisingan duniawi, termakan oleh
ambisi yang menjadi-jadi. Hingga ketika umat berada di titik kelemahan,
mereka berani mendekat dengan tebasan pedang juga kebencian yang dalam. Hingga
Quds diantara pijakan kaki-kaki kejam mereka.
###
(Ratusan tahun
yang lalu)
Empat ratus tahun,
mereka masih menyimpan dendam, meski sudah berganti generasi ,tangan-tangan mereka
gatal ingin menyentuh Quds, yang dulunya pernah mereka kuasai. Gigi-gigi mereka
geram tak sabar menanti masa-masa ini. Kaki-kaki
mereka kuat dengan latihan-latihan fisik. Menanti saat-saat ini. kembali ke
Quds, setelah empat ratus tahun lamanya.
Bumi Syam dikuasai Romawi. Ketika itu hanya ada dua peradaban besar yang
memimpin, orang arab hanyalah pedagang dan tak terkenal kekuasaannya. Atau
wilayahnya pun tak terdaftar dalam peta mereka. orang arab bukanlah tandingan
bagi mereka, bangsa Romawi. Namun utusan siapakah yang datang saat itu. Dengan
risalah yang mencengangkan yang bertuliskan dari muhammad utusan Allah untuk
Hiraklus Penguasa Romawi. “Siapa dia”
fikir Heraklus pemimpin Romawi
yang berkedudukan di Syam saat itu “Ia tak menyebutkan bahwa dia adalah Raja,
atau penguasa namun utusan Tuhan, yang berarti lebih dari seorang raja. Utusan
itu meneruskan risalahnya. “Fainni ad’uuka bidi’ayatil Islam, Aslim taslam.
Yu’tiika Allah ajraka marratain, Fain tawallaita fa’alaika ismul Faarisiyyiin
; aku mengajak Engkau masuk Islam .Masuklah Islam maka engkau akan selamat dan
akan mendapatkan pahala yang berlipat dan jika engkau menolak maka engkau akan
menanggung dosa-dosa orang-orangmu” . Risalah ini setidaknya mengancam seorang
Raja Romawi yang baru saja menang terhadap musuh bebuyutannya Persia. Dan
kalimat itu ‘masuklah islam maka engkau akan selamat’. Sekali lagi seorang
heraklus yang gagah berfikir siapa dia
hingga berani mengancam Romawi. Kalimat itu menusuk fikirannya agar mencari
informasi tentangnya. Apakah dia benar
adalah seorang Nabi, lalu apa tujuannya? bagaimana kekuatannya dan pasukannya.
Dan apakah ia musuh yang harus dipertimbangkan. Perang Yarmuk ialah jawabannya.
Yarmuk yang luar
biasa, ketika 3000 pasukan muslim dilawan dengan 200 ribu pasukan Hiraqlus.
Jika dibayangkan mungkin tertelanlah pasukan muslim, namun apa yang dibayangkan
manusia tak sama dengan ketetapan Allah, apa yang dibayangkan Haraqlus ternyata
jauh dari asalnya. Betapa hebohnya dunia saat itu dengan kabar ini, head
line news, dan tranding topic yang sangat memukai. Kaum muslimin
bertahan bahkan kuat melawan serangan sengit itu. Allahu Akbar. Dengan otomatis
merubah pandangan Heraklus tentang muslimin dan Muhammad Rasulullah. Belum lagi
keberanian pasukan muslimin yang pergi berangkat ke Tabuk untuk melawan Romawi
untuk kedua kalinya di puncak musim panas yang sangat menyengat. Romawi mundur melihat kegigihan itu. Karena puncak
musim panas adalah musuh baginya sebelum
menghadapi peperangan. Yang akhirnya pada saat Umar memimpin ditakhlukkannya
Quds, mundurlah mereka dari Syam dan tak berharap kembali bertempur dengan
pasukan Allah dengan kukuatannya yang luar biasa.
###
Keterpurukan
ini mulai terbaca, para Ulama besar
mulai mencari solusinya , dan sebabnya kenapa umat ini berada dalam kondisi
sekacau ini. Para Ulama menyadari hal ini, maka yang dilakukan pertama kali
adalah mendiagnosa sumber penyakitnnya. Kenapa dan bagaimana.
Membandingkan perubahan dari generasi ke generasi, menimbang dan meniti jejak
kegemilangan generasi pertama. Seperti yang dikatakan oleh Imam Malik “
Tidak ada yang dapat memperbaiki umat ini dengan apa yang dapat memperbaiki
umat sebelumnya”. Lalu diukurlah seberapa besar melencengnya umat saat ini,
seperti meneliti pandangan mereka tentang apa sebenarnya hakikat hidup ini. Yaa,
ternyata benar. Sudah sangat
melencenglah pemikiran-pemikiran yang tersebar dan membahana di setiap penjuru.
Seperti mempelajari ilmu syariah dengan tujuan ingin mendapatkan tempat di
pemerintahan. Juga banyak Ulama-ulama yang menjual fatwanya dan merusak
pemikiran rakyatnya. Banyak Ulama yang meminta imbalan dari penguasa yang
berbeda jauh ketika di zaman para sahabat yang penguasannya mencari dan meminta
pendapat Ulamanya. Rusaknya tujuan inti keilmuan menjadikan tidak adanya
kesimbangan pemikiran. Seperti perkembangan Ilmu Filsafat yang tidak bisa
ditorerir lagi. Seperti hal-hal yang ghaib dibahas yang hal itu tak perlu
dibahas dan tak bisa difikirkaan dengan akal manusia yang terbatas. Juga Tafsir
Bathiniyah yang berkembang di dinasti Fathimiyah yang membentuk pola pemikiran
berbeda. Juga pembeljaran fiqh yang
singkat dan ingin serba cepat,
yang langsung menghafal fatwa-fatwa yang ada efeknya terjadilah
kekacauan dan perdebatan antar madzhab yang sengit. Ditambah dengan Penguasa
yang Dzalim yang menghancurkn Institusi kelimuan. Maka lengkaplah kehancuran
ini. kata Imam Ghazali “Rusaknya umat karena rusaknya penguasa dan rusaknya
penguasa karena rusaknya Ulama”.
Setelah mengetahui akar masalahnya, mulailah
para Ulama mencari Resepnya dan menerapkannya. Sudahlah terbaca
bangaimana dan apa solusinya dalam menangani masalah ini. Yaitu dengan membuat
trend baru yang bisa menarik hati umat. Dengan tidak mempedulikan trend lama
yang beredar, karena membicarakan masalah yang ada dan terombang-ambing dalam
trend lama akan memperkeruh masalah. Maka trend baru Ulama kala itu adalah
membuat madrasah-madrasah yang didesain serapi mungkin dengan tujuan seperti
yang diinginkan, yaitu mencetak kader-kader yang hebat dan tepat. Memahami agamanya
dan berjuang keras untuk membela agamanya. Saat itu madrasah Nidzomiyah yang
didirikan oleh Imaduddin Zangky yang serupa dengan international Univercity
saja tak mampu memecahkan masalah umat. Maka membuat Madrasah baru itulah
solusinya. Yang memiliki tujuan-tujuan intelektual juga spiritual. Dengan kurikulum
yang baru yang dipimpin keilmuan ini oleh dua generasi yaitu Imam Gozali dan Imam
Abdul Qadir Al-Jailani. Inilah Arus baru
yang mulai terbangun kokoh. Generasi Islahy yang dibangun selama 50 tahun
peradaban.
Dari pusat Madrasah
di Bagdad membuka cabang di kota-kota lain yang mempunyai ciri Khas
masing-masing. Seperti di daerah Hakkar
yang mayoritas pendudukannya adalah penyamun ketika datang Adi Bin
Musafir membuka madrasah baru disana. Terbujuklah
para perompak itu dan bertaubat. Menjadi muridnya.dengan kurikulum yang sama
namun dengan ciri khas kemiliterannya yang luar biasa yang pada perlawanan Solahuddin Al-Ayubi
menakhlukkan Quds kembali. Para murid yang tadinya penyamun inilah turun ke
medan perang menjadi panglima-pangllima yang luar biasa.
Diceritakan setelah
kebangkita kembalinya kejayaan ini, adanya kesadaran yang kolektif disetiap
masyarakatnya, yang kaya mendanai institusi keilmuan, memberikan besiswa. Dan yang
menengah ikuta berpartisipasi dengan tenaganya. Hebatnya Di tengah-tengah berkecamuknya
perang Salib , adanya kaderisasi Ulama wanita yang membahana, hingga kapasitas
keilmuan ibu-ibu kala itu luar biasa, dan dari sanalah generasi-generasi Islam
baru terlahirkan. Juga kesejahteraan rakyatnya terjaga. Bisa digambarkan
seseorang terjamin keselamatannya ketika hendak bermusafir, disediakannya
kendaraan baru jika tunggangannya sudah kepayahan. Makanan yang gratis, minuman
juga penginapan. Semuanya gratis.
Sholahuddin
Al-Ayubi tidak lahir dari Podium orasi
pembebasan Quds, Sholahuddin Al-Ayubi tidak lahir pencitraan media-media. Ia
lahir dari sebuah Umat yang tersadar dan terbangun mulai bangkit meski
merangkak. Mulai berdiri meski sering terjatuh. Ia terdidik dengan pendidikan. Terhentak
karena adannya kesadaran. Bahwa umat ini perlu perjuangan, Islam memerlupakn
pengorbanan. Ia bukan seorang Syeikh beruban tapi, ia pemuda yang jiwanya
berkobar. Kebangkitan peradaban yang terjadi bukan hanya dari segi kemiliteran, namun di segala
bidang. Hingga Quds........ yang rindu akan ketenangan serta kedamaian, menanti
pasukan Islam.
Seharusnya kita
mengalami masa keterpurukan ini, karena masalah terbesar adalah ketika kita tak tau masalah itu apa. Amun tak perlu
menangisi keterpurukan. Karna permasalahan umat tidak selesai hanya dengan
tangisan . tapi obati masalah keterpurukan ini. perbaiki pola fikir dalam
kehidupan, yang mengejar kenyamanan pribadi,
dan melalaikan umat. Mempelajari sejarah dan masalahnya, menyadarkan
pihak terdekat akan hakikat kehidupan. Semoga nyawa ini tak hanya menumpang
tinggal di tanah Allah, namun ia kokoh , memberi perlindungan, memberi
kenyamanan, memberi kesejahteraan. Bukan hanya sekedar berbuah, namunhingga
berbuah dengan rasa yang paling manis dan sensasi yang segar.
avniesuhayla
Luar biasa... I like
BalasHapusIni resume tugas SSPI mat
Hapus