Merekalah Para Pejuang Pilar-Pilar Kebangkitan Umat

Merekalah Para Pejuang Pilar-Pilar Ummat



Tas yang berat tak menciutkan langkah adi untuk terus menerobosi gang kecil yang berkelok-kelok. Meski dengan keringat yang bercucur keras ia tetap bersemangat memulai langkah hidup barunya. Adi seorang mahasiswa semester satu di sebuah kampus ternama di indonesia jurusan pendidikan sejarah. Yaa sejarahlah yang sangat ia cintai meski sangat terbalik dengan sifat  dan karakternya . Dan hari ini adalah sejarah terpentingnya untuk memulai kehidupan perkuliahan yang sangat ia idam-idamkan , beserta segenap mimpi yang sudah ia kantongi dari kampung halamannya Malang. Dengan segenap keyakinan dan mimpi itu benar-benar ia yakin suatu saat nanti ia akan menjadi profesor handal dan terkemuka di ranah international. Merasa sudah benar alamat yan ia cari segera ia memencet tombol handphonenya “ Assalamualaikum om..... saya dah nyampe nih om, kamar saya yang nomer berapa yaa?” tanya adi tegas pada omnya yang bersedia menampungnya di bisnis kos-an  miliknya .  Dengan jawaban yang mantap dari pamannya adi segera menutup telephon dan menunggu kedatangan pamannya.  Gembiranya harus ia deklarasikan ketetangga kosnya, mendengar ada suara dari tetangga kosnya ia mengetuk pintu itu dengan keras. “Assalamualaikum” serasa belum ada jawaban ia ulang ketukannya “Assalamualaikum warahmatullah “. Terlihat lebiih lengkap dari yang pertama. Dan dengan nada yang sedikit dibuat–buat seperti sales perabotan . “mungkin kurang lengkap “ batin Adi . “Assalamualaikum warahmatullah wa barokaatuh”. Dan sekarang nadanya dibuat  seperti penceramah jum’atan. Adi memanng mempunyai sifat kocak  dimanapun berada . Dilan yang berada dibalik pintu itu geli mendengar salam itu yang sebenarnya sudah ia jawab dari tadi mungkin karna kurang keras dan ia tadi masih ngobrol sama ibunya di telpon.  Lebih geli lagi ia melihat adi yang masih menunggu di depan pintu ngaca sambil memperlihatkan giginya , yang ada terselip sesuatu di gigi depannya. Tambah geli dilan ketawa sambil membuka pintu. Karena kacanya  yang buram terlihat dari depan tapi jelas  dari dalam. “Waalaikum salam warahmatullah waa barokaatuh” balas Dilan dengan nada seperti audience penceramah . Dengan percaya diri yang gagah Adi memperkenalkan diri “ Perkenalkan bro, nama saya  Tauffan Adi, tapi panggil aja Adi, kalau  Taufan nanti Jakarta hancur . Saya penghuni kos sebelah mahasiswa semester satu di UI jurusan pendidikan sejarah.” Dengan jawaban singkat Dilan menjawab “ saya Muhammad Dilan,  panggil aja Dilan”.
Om adi yang baru datang itu langsung menyergap Adi yang masih asyik mengobrol dengan Dilan “ Adi....”. teriak om Haris , padahal jarak mereka sudah dekat dan membuat adi kaget . namun Om Haris dengan senang menyambut Adi dengan Pelukan seorang Om yang sudah lama tak berjumpa. Setelah percakapan ngalor-ngidul kemana-mana setelah sejam  adi berdiri barulah Omnya sadar bahwa Adi belum masuk kamarnya, mungkin saking senangnya.


Di hari yang sama , di sore yang terlihat mendung . Tera dan sepupunya  berdiri menunggu taksi yang ditunggu belum ada satupun yang  datang. Tera yang sudah dua hari tinggal bersama sepupunya yang juga kuliah di Jakarta menemaninya mencari kos-kosan dekat kampusnya . Agar lebih dekat katanya karena rumah tantenya jauh dari kampus Universitas Indonesia. Terdengar suara lonceng  dari dalam tas kecilnya . yang menandakan ada pesan whats app yang sudah dia tunggu dari tadi. “Shipp, aku dah tau alamatnya nih...” . dengan sergap sepupunya menoleh heran “ jadi sebenarnya kita belum tau mau kemana cari kosnya , untuk taxinya belom dateng”. Batin sepupu Tera yang terdiam dari tadi . memang cuaca hatinya kurang bersahabat karena dipaksa mamanya nemenin Tera dan meninggalkan janjianya sama pacarnya.  Tak beberpa lama taxi yang ditunggupun datang. Meluncurlah Tera dan sepupunya menuju alamat kos yang diberikan oleh temannya yang juga kuliah di UI. Namun ternyata semua kamar yang tertera dalam alamat itu penuh, dan ia cari di alamat lain pun begitu. Ia temukan satu kamar tapi kos-an nya campur antara laki-laki dan perempuan . ada yang merokok pula .  Itu adalah Alasan sebenarnya ia tak mau ambil kamar itu padahal fasilitasnya lebih bagus dari yang kedua tadi. Masih terus ia menyusuri gang itu, ia lihat masjid , dan teringat bahwa ia belum sholat ashar . bergegaslah Tera dan sepupunnya ke masjid . Namun tak didapati mukenah yang bisa dipakai, Tera memutar kepalanya mencari seseorang yang bisa dipinjami mukena. Terlihat ustadzah sedang duduk dengan dua orang ibu-ibu   sedang mengajarkan Al-Qur’an. “Wah,.. teduh banget wajahnya, dewasa, anggun” batin tera dalam hati . ia pun mengambil tindakan agar bisa cepat sholat dan segera pulang “ Assalamualaikum wr wb , ustdh... boleh pinjam mukenah”  tanya Tera . “ Waalaikum salam wr wb, saya gak bawa mukena teh, tapi ibu khamsah bawa yaa,, boleh dipinjamkan?”. Jawan wanita itu dengan lembut . “ nuhun Teh Kea, silahkan ini”.  ujar Bu Khamsah sambil menyodorkan mukenanya. “ Makasih, ustdh, bu”. Balas Tera agak lembut  terbawa suasana sunda. Ia pergi ke tempat sholat wanita sdan sholat bergantian. Setelah sholat ia dengar percakapan ustdah tadi dengan dua ibu-ibu itu yang begitu menyentuh hatinya ketika ia berkata “ seorang mukmin itu ketika ia mendengar sebuah kebenaran yang datang dari Allah dan Rasulnya maka ia akan berhenti pada batasnya dan ia tidak mendahului nafsu dan pikirannya yang terbatas meski ia bisa menakhlukkan kebenaran itu dengan kekuasaannya”. Hati Tera serasa sangat  tersindir dengan perkataan itu dalam diam ia berfikir bahwa ia selalu seperti itu, bertindak sesuka hatinya dengan berpangku pada orang tuanya yang berada. Ia dekati ustdah itu perlahan sambil mengembalikan mukenah tadi dan bertanya tentang sesuatu dengan suara yang lembut tak seperti biasan ya “ Ustdzadah,..... apa kita harus melakukan semua perintah Allah  dan semua ajaran Rasul , kan jika dikerjakan semua pasti berat banget?”. Kata tera menyendu seakan dirinya berada pada suatu masalah. Seorang berwajah teduh itu tersenyum “ jangan panggil ustdzah atuh,.. belum pantes masih kuliah juga , saya Kea panggil aja gitu”. Tera hanya mengangguk dan terkagum dengan kelembutan serta ketawaduan Kea “ ia teh” jawab Tera juga lembut. Kea memulai menjelaskan dan juga ibu-ibu dua tadi bersiap ikut mendengarkan jawaban Kea “ pada dasarnya perintah itu turun karena perintah itu bisa dan fitrah dikerjakan oleh hambanya. Karena Allah sangat mengerti tabiat manusia , maka perintah itu pasti bisa dikerjakan oleh manusia ssebagai fitrahnya. Perkara yang perintahnya wajib dilakukan maka harus kita lakukan akan mendapat pahala  dan jika ditinggalkan  ia akan dosa, dan perkara yang sunnah bila dilakukan ia akan mendapat  pahala dan ditinggalkan tidak berdosa. Jadi meletakkan sesuatu pada tempatnya yang wajib menjadi wajib yang sunnah menjadi sunnah. Namun apalah arti sebuah cinta jika tidak dibarengi dengan perbuatan dan hanya terhenti pada ucapan. Apalah arti mencinta Allah dan RasulNya jika tidak menunjukkan cinta itu dengan melaksanakan perintahNya dan sunnah Rasul. Karna kita tak pernah tau amalan yang mana saja atau amalan apa yang bisa menyelamatkan kita dari api neraka dan  memassukkan kita serta memilih kita menjadi manusia yang beruntung sebagai penghuni Syurga yang segala kenikmatan berlipat ada di dalamnya.” Menetes air mata Tera mendengarnya ,betapa jauh ia dengan kebenaran itu yang tersembunyi dengan segala kenyamanan hidupnya selama ini. yang membuka pikiran khusus dalam dunia sosial yang maya tapi menutup hatinya dari semua kebenaran yang ia cari . tetesannya cepat ia hapus ketika Kea bertanya padanya “ teteh namanya siapa?”. Tanya Kea membuarkan semmua lamuan pendengarnya yang sibuk mengheningkan cipta . “ ehh... saya Tera dari Bogor teh, tadi niat kesini pas nyari kos-kosan gak ketemu –ketemu , inget kalo belom sholat”. Jawab Tera. “ Ohh tera cari kos-kosan, sebelah teteh   ada kosong , kalau sempat hari ini teteh temenin liat-liat. Barangkali cocok.” Jelas Kea membalas lembut. Meski Kea yang juga semester satu di fakultas kedokteran namun sifat kedewasaannya dan kebijaksanaan sangat terlihat. Tera yang  tadinya sendu langsung mengangguk setuju. Sambil berbisik dalam hatinya “ Ya Allah,... engkau takdirkan aku berubah kah?”. Pertemua ini merupakan anugrah terbesar dan entah kebahagian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya . Tera menyadari bahwa kita butuh sesorang sahabat yang selalu menujukkan kebenaran. Ini sangatlah penting baginya yang ingin melanjutkan perjalanan diatas  pilar-pilar kebenaran.
“Assalamualaikum warahmatullah.......” dengan tersenyum Kea membua pintu . namun tak ada respon sama sekali dari Eja teman sekamarnya dari semarang yang super sekali pinternya. Kea berusahha mencari kesana kemari tapi tak ada,  kenapa ia gelisah yaa. Karna teman kosnya yang baru menginjak seminggu itu sudah ada jadwal jika sore-sore seperti ini Eja suka membaca buku-buku tebal sastra yang ia pinjam di perpustakaan kampus . “ Mana Miss Misterius itu” batin Kea dalam hati. Mencari ke jemuran berharap mendapatinya disana sedang asyik membaca buku . Ia benar Eja sedang dijemuran bersama buku yang ia tutup namun dengan isak tangis serta wajahnya yang sembab, serta matanya yang bengkak yang terlihat dari kejauhan. Menyadarikedatangan Kea , Eja buru-buru menyambar bukunya dan pura-pura membacanya. “ eja.... kenapa”. Tanya Kea sangat khwatir. Begitula Kea yang sudah sangat menyayangi kawannya itu meskibaru bertemu seminggu yang lalu dalam sebuah pertemuan yang mengejutkan. Lain dengan Eja yang masih mersa terasing di bawah naungan  Ibukota dan hanya menganggap Kea sebagai teman Kosnya saja .Kea berusaha lebih lembutkan suranya danmembalikkan buku Eja yang terbalik karena terburu-burunya. “ Bilang aja Ja,..... apa adanya , in sya Allah aku bisa jaga rahasia itu”. Jawab Kea dengan dengan lebut meyakinkan Eja yang ingin membuka mulutnya. “  ibuku pingin bawa adikku ikut dia, aku gak setuju, ibuku itu jahat ninggalin kita sejak aku sekolah dasar dan nabil adikku yang masih balita, katanya dia tak tahan hidup sederhana  dengan ayahku yang hanya guru biasa , ia pergi ke luarnegri untuk bekerja dan tak mempedulikan kami anak-anaknya dan ayahlah yang sedari kecil mengurus segala keperluan kami. Apalagi kak rangga yang sudah sangat kehilangan ibunya terus mencarinya. Dan sekarang dia minta adikku nabil , ayahku gak bisa menolaknya , padahal sudah sekian kali kak rangga  berargumen, tapi ibuku terus memaksa”. Isakkannya masih tertahan ingin melanjutkan bicaranya “ Lalu aku harus pulang kan teh,.... tapi gimana dengan kuliahku yang dimulai saja belum”. Tak sadar Kea menteskan air mata lalu menarik nafas mendengar kejadian itu,dan memeluk temannya itu. “ sabar yaa Ja, kamu harus yakin bahwa Allah takkan pernah memberika ujian pada hambanya yang tak bisa dilakukannya, kamu pasti bisa dengan tenang juga sabar menjalani ujin ini, agar Allah membalas sabarmu dengan beribu pahala. Tenang dulu hatimu janngalah terburu-buru bertindak . kamu harus yakin dengan ayah juga kakakmu yang pasti bisa menyelesaikan masalahnya . yang terpenting adalah Do’amu Eja. Ada dua kondisi dirimu sekkarang yang Allah pasti mengabulkan Do’a itu. Kamu sekarang adalah fisabilillah mencari ilmuNya, juga sebagai orang yang terdzholimi. Maka yakin dengan Sang Pemilik manusia yang bisa mengendalikan apapun. Beginilah sikap seorang mukmin yang sedang diuji yaitu dengan sabar.” Semakin deras tangisan Eja dipelukkan Kea yang sebenarnya jawaban itu sangat melegakkan hatinya yang gundah. Namun memang sangat berat  dirasakan ketika kita tak bisa berbuat apapun atas kedzoliman . tapi Kea menguatkan hatinya . begitulah Kea yang kata-katanya penuh dengan hikmah .
 Awal masuk perkuliahanpun dimulai. Segala rentetan-rentetan orientasi mahasiswapun dilaksanakan oleh pihak kampus pada bagian fakultas masing-masing. Dengan sangat semangat para mahasiswa baru mengikuti seluruh aturan main masa-masa itu. Dua satu bulan berlalu dirasa sangat  lama oleh Adi yang sedari  tadi melamun disudut masjid selepas sholat magrib bersama Dilan . Dirasa Adi sedang galau, karna kekonyalannya tak terlihat akhir-akhir ini. Dilan yang tau akan kegalauan itu menyambarnya dengan cepat dan mengagetkannya “ Bro,...” sapaan Adi yang ditiru Dilan kali ini. Adi yang tersadar dengan lamunannya itu menyadarinya. “ Tumben bro”  jawab Adi dengan nada datarnya. Dilan yang keheranan dengan pertanyaan itu yang seharusnya ditanyakan oleh Dilan . “ Loh.... kok kamu yang nanya Di, seharusnya aku yang tanya , Qur’annya mana ?”. Adi hanya terdiam malah seperti tak menghiraukan pertanyaan Dilan. Dilan masih terus bertanya “ Istigfar Di,.. mikiran apaan sih”. Dilan masih terus Kepo mencoba mencari solusi atas kegalauan Adi. “ ehmmm” Adi mulai ankat bicara “ Cinta itu benar-benar buta yaa, apa cinta itu memaksakan seseorang untuk terus memikirkan seseorang yang ia  cintai itu?”. Dilan menemukan jawaban itu tapi  mencoba mendengar akhir penjelasan Adi dan Adi meneruskan “ berkali-kali aku melihat seseorang berkaca mata elegant melahap semua buku yang tertata rapi di perpustakan, itu kan luar biasa Lan. Apalagi setelah ia baca semua buku yang kece yang kubaca dan  sengaja kutaroh ditempat yang  agak tersembunyi, itu kan kere banget Lan.” Dilan mengerti dengan baik inti kegalauan Sang Pujangga  Sejarah ini , “ kamu harus cabut itu cinta bro” tegas Dilan meantang. Adi yang mendengarnya terperangah , dengan cepat Dilan meneruskan “ Itu bukan cinta tapi penyakit cinta. Seharusnya cinta tak pernah mennyakiti dan meresahkan  pikiran sang pemiliknya . seharusnya cinta itu mendamaikan dan mnentramkan pemiliknya . itu cinta dari nafsu seseorang bukan dari hatinya.” Jelas Dilan . Adi masih ingin menyangkal pedapat itu “ Apa kamu pernah mencintai Allah Sekuat itu Di, dan mencintai Rasul dengan selalu menyebut-nyebut namanya?”. Hati Adi tergetar dirumah Allah itu. Hatinya mengiyakan pikirannya mengangukannya. “Lalu apa obatnya ust?”. Tanya Adi singkat.  “ Mengingat seseorang itu penyakit dann menginngat Allah adalah obatnya, dzikrullah dengan istigfar Di”. Adi mengangguk pelan berharap ia bisa melakukan saran Dilan yang bijaksana itu. Dan Dilan masih terlihat cemas dengan sikap Adi yang hanya mengangguk pelan lantas ia lanjut berkata “ kita hidup Di Zaman yang hanya bisa menjaga mata sebagai tameng diri , itulah kenapa Allah menyruh kita untuk menundukkan pandangan yang akan membuat kita lebih suci, pandangan peertama itu karunia Allah tapi selanjutnya petaka bagi kita. Di , masih ingin menjadi seseorang yang dicintai Allah kan?”. Adi menatap Dilan sejenak . Ya Adi pernah berkata itu  didepan Dilan dengan bersungguh-sungguh. Adi lupa akan omongannya itu . Dilan masih terus menjelaskan “ Jadikan cintaNya diatas segalanya maka kamu akan mendapatkan segalanya”. “Super sekali perkataan Ust Dilan ini”. batin Adi mengusir kegalauannya. Ia bertekad dalam hatinya mencari cinta yang seharusnya ia cari. 
Tera menatap jam tanganya dari tadi, sudah lama ia tunggu Kea dan Eja yang berjanji mengajarinya Tahsin Qur’an hari ini di masjid Ukhuwah Islamiyyah. Kea dan Eja datang denga n tergopoh-gopoh , “ maaf yaa Ra,... ternyata ada tambahan dikit tadi”. Jelas Kea dibantu anggukan Eja . Tera hanya tersenyum bahagia ketika sudah bersama mereka. Mengambil posisi yang paling nyaman dan memulai Tahsinnya.  Sementara Eja sibuk menghafal yang akan disetorkan pada Kea.  “Persahabatan yang dibangun atas dasar cinta karena Allah akan dijanjikan mimbar-mimbar yang bercahaya di hari ketika tak ada naungan lagi selain naungan Allah”. Perkataan Ust. Rafli masih mengiang-ngiang ketiak ada sebuah kajian kelembagaan. Satu Jam setengah telah berlalu tak terasa bagi mereka yang asyik ternalut indah dengan kalamNya. Eja menutup mushafnya dan memulai bicara “ Eh... Lembaga Dakwah Kampus mau  ngadain acara hebat loo, Aksi sosial selama liburan semester ,ikut jadi  relawan yukk” . Eja menjelaskan promosi manisnya pada kawan-kawannya. Setelah mendaftar menjadi relawan tergabunglah mereka menjadi tim inti relawan itu yang akan di adakan di sebuah desa di sukabumi.dengan semangat perjuangan Kea dan Tera menyambut baik teman aktifisnya itu. Juga dengan bangga  Tera menulis status terbarunya di semua akunnya. ‘ Islam butuh pejuang dan untuk itulah Muslim tercipta’. Memang julukannya tak pernah brubah , malah semakin membahana dengan julukan terbarunya ‘Miss Sosmed muslimah’. Meski hanya terkenal diantara mereka bertiga .
Segala konsep telah terencanakan dengan baik, Dilan sebagai Ketua Tim Inti Relawan berdiri  didepan relawan lain menjelaskan  rencana-rencana yang akan diselennggarakan  .  Tim Relawan mendapatkan  semangat menebar kebaikan dari Dilan . Takbir yang membahana berdengung disegenap penjuru ruang  rapat. Itulah kepemimpinan yang diambil dari Dilan dengan gaya sederhana ia ubah kata-kata menjadi motivasi hidup setiap insan yang mendengarkannya “Kenapa membuat orang lain bahagia dengan senyuman kita menjadi begitu penting bagi kita?. Ketika kita menemukan inti dari segala yang  kita lakukann itu tertuju pada siapa dan apa maka  itulah motivasi terbesar kita ikhwah. Maka ikhlaskanlah niat antum semua sebelum kita benar-benar melangkah . Agar lelah berbuah berkah, agar langkah berasa nikmah, agar penat mengalirkan syurga  terindah.” Kata-kata Dilan menyihir semangat yang runtuh untuk bangkit. Adipun tercengang dengan bahasa olahan Dilan yang luar biasa itu. Begitupun dengan relawan lain , juga  tiga sahabat itu merasakan semangatnya dan perjuangannya. Tera sibuk membuka Hanphone menulis semua perkataan Dilan dan mengubah statusnya seperti biasa.
Hari keberangkatan menuju tempat aksi sosial di sebuah desa terpencil di Sukabumi. Aksi mereka adalah dengan memberikan pembelajaran kepada anak-anak yang tak mampu untuk bersekolah. Dengan inti  tujuan mereka adalah membangun akhlak penerus bangsa sejak dini oleh anak-anak yang belum merasakan  indahnya duduk di bangku sekolah, lalu menyadarkan para orang tua akan pentingnya pendidikan dan pembinaan Islam sejak Dini, dan ditambahkan kegiatan santunan untuk mereka. Dengan acara inti terkahir adalah perlombaan-perlombaan setelah pembelajaran. Kemudahan-kemudahan terasa oleh Tim Relawan ini ketika antuan datang  silih berganti dan dukungan dari manapun berdatangan. Namun lain halnya dengan hati Dilan yang sedang berkeruh  yang tak ia ungkapkan pada sahabatnya Adi. Hari semakin dekat Dilan semain tak bisa menentramkan perasaannya. Akhirnya ia ungkapkan pada Adi “ Di, kamu gantiin sementara yaa tugasku ,  adikku Ispa ibuku sedih dan ayahku pun jugakalut. mereka takut kehilangan adikku  , kamu tau kan mereka sangat khawatir . mereka butuh aku menenangkan keaadan . aku  akann pulang ke Pekanbaru dan aku janji akan balik  cepat”. Adi yang sebenarnya ingin menolak menjadi sangat tidak enak dengan sikap temannnya yang tak pernah merepotkannya sama sekali . maka  dengan berat hati tugas itu ia ambil  dengan kesepakatan relawan lain. Tim lain meresa  kurang setuju dan mengalami pengenduran semangat . Eja yang mengetahui hal itu banngkit menyemangati Tim lain. “ Jika kalian berharap pada seseorang maka kalian telah salah, namun berharaplah hanya pada Allah yang tak pernah mengecewakan hambanya  yang meninggikan kalimatnya” .  serentak seluruh tim tergugah dengan kata-kata itu. Eja benar dan pemikiran mereka telah salah. Pengharapan hanyalah pada Allah. Dan itu bersifat absolut.
Dua minggu Acara telah berlangsung sukses, hanya menunggu acara inti dari kegiatan ini. namun Dilann belum juga datang. Hingga Di pagi hari  akhir hari mereka di Sukabumi Dilan belum juga datang. Adi tak mungkin menutup acara ini tanpa Dilan, ialah pencetus ide brilian ini. Acara Gebyar akhir tlah dimulai belum juga muncul wajah Dilan. Di detik-detik terkhir perpisahan itu  sebuah motor datang dari  arah depan panggung dan semua mata tertuju  padanya berharap yang datang adalah Dilan. Ialah Dilan yang membuka Helm  hitamnya disambut dengan takbir yang sangat membahana. Meski lelah Dilann naik ke atas panggung melihat dengan seksama satu-persatu anak-anak itu yang mengingatnya pada adiknya yang sudah ia ikhlaskan. Suasanya yang tadinya sangat ramai  menjadi sangat sunyi . Mata Dilan megeluarkan tetes-tetes kebahagiaan itu. Adi pun sangat ingin memeluk sahabatnya itu namun ia tahan dan juga takkuat menahann air mata.Dilan masih terdiam  , memulai bicara “ Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh, Saya benar-benar bahagia ketika  Allah baru  saja emberikann rasa sedi itu pada jiwa saya.  Disini ada  kalian  penerus bangsa  yang sangat bersemangat mencari sebuah kebangkitan. Disini saya benar-benar  meyakini bahwa Islam takkan  runtuh jika ada penerus bangsa seperti kalian adek-adekku yang kakak cintai . kalian akann menjadi pejuang agama Allah ,  Yang akan memusnahkan kebathilan ,dan menebarkan  kebajikan.  Saya  mempunyai adik seumur kalian dan telah kehilangannnya. Namun dengan izin Allah . Dia gantikan dia adik  saya dengan kalian . harapan kami  sebagai panitia penyelenggara acara ini ingin terus berharap semangat kalian dalam terus belajar dan menjunjung agama ini. Saya.....” Dilan tak bisa berkata  lagi air mata deras berlinang. Dengan cermat Adi meneruskan bicaranya  menjadi pengokoh Dilan disampingnya dengan semangat ia bertakbir “ sebab Kalian..... adalah Pilar-Pilar KEBANGKITAN UMAT” .   Suasana Takbir mengambil alih hening yang ada.  dua sahabat itu berjabat , terlukis kebanggaan itu pada sahabat mereka. Senyuman itu merekah tersebar di seluruh bibir para pejuang pilar-pilar kebangkitan Umat .Memang agama ini butuh sebuah pejuang, yang merelakan harta dan dirinya untuk meninggikan kalimat Allah. Pelajaran yang sangat berharga bagi mereka  hari itu. Dan akan selalu menjadi  kenangan indah  da penyemangat dikala rasa perjuangan itu rapuh.

Komentar

Postingan Populer