Santri Kecil Al-Kahfi 2







Seperti biasanya langkah mungil Aisyah berangkat menuju sekolah bersama Chelsy dan Novi. Memang mereka sangat dekat pertemanannaya dibandingkan dengan teman yang lain. “Chelsy Aisyah be hurry please” teriak Novi dari bawah Asrama menyuruh Aisyah dan Chelsy agar cepat turun dan berangkat ke sekolah Dengan langkah sigap mereka berdua sudah ada dihadapan Novi. “ Ehh... kalian lama banget sihh, nanti anak-anak 


nakal yang di sekolah itu ngadangin kita loo, kalian gak takut”. Tanya Novi menakut-nakuti Chelsy dan Aisyah. Dengan cepat Aisyah menjawab “Enggak, aku takutnya sama Allah aja”. Chelsy juga ikut-ikutan menjawab. “Yau udah,... ayo kita lewat sana”. Tantang Novi agak kesal. Mereka benar-benar melewati jalan itu. Jalan di depan Islamic International  School. Awal mulanya Chelsy agak gemetar namun perlahan ia semakin pemberani. Beda dengan Aisyah yang mengeluarkan jiwa premannya.” Astagfirullah.... apa ini”. satu gumpalan kertas  terkena kepala Chelsy. “aduh....” satu lagi terkena kepala Novi. Dan satu lagi meleset ketika ingin mengenai Aisyah karna ia buru-buru menghindar. Dipandanglah sumber lemparan itu. Dan terlihat siapa yang melempar gumpalan kertas berisi batu kerikil kecil. Arah sumbernya dari sebuah kelas yang Aisyah salah masuk dulu. ‘Rupanya chacha yang melempar’ gerutu Aisyah. Aisyah maju memberi pembelaan atas temannya yang sudah didzolimi. “Kalian  sengaja melempar kertas tadi?”. Tanya Aisyah pada chacha dan teman-temannya. “Iya... emang kenapa?”. “Apa salah kami?”. Tanya Aisyah pada Chacha. Karna kalian  lewat jalan ini”. jawab Chacha menimpali. “Emang ini jalan kamu?”. Novi angkat bicara sinis. Chelsy hanya diam ketakutan sambil memegang baju Aisyah. “Iya... ini jalanku, ibuku yang punya sekolah ini”. Chacha semakin sombong dengan kedudukannya. “Bukan.... ini jalan umum dan ini jalannya Allah, emang kamu gak takut disiksa Allah sama neraka  karna sudah menyakiti orang?”. Jelas Aisyah ketus. “udah yukk... ngapain ngeladenin anak nakal mending berteman sama anak pinter”. Aisyah menggandeng tangan kedua teman dekatnya dan  berlalu pergi. “Tunggu,....... kamu harus tau kalau Chacha selalu juara kelas setiap tahun” kata salah satu teman chacha membela. “Kalau gitu buktikan kepintaran kamu Chacha, aku tantang kamu kalau bisa hafal jus 30 dalam seminggu, aku gak akan pernah lewat sini lagi. Dan kalau kamu gak bisa, berarti jangan ganggu aku lewat sini”. Dengan mantap Aisyah bicara seolah-olah chacha takkan bisa menyanggupi tantangannya. Chacha terdiam, ia berfikir sejenak tantangan Aisyah yang mengejutkan. Chacha memang jarang menghafal tapi sifatnya yang tak pernah ingin dikalahkan menguatkannya. “okey” tegas Chacha. Teman-teman Chacha  keheranan dengan sikapnya, padahal Chacha  tak suka menghafal. Apalagi harus hafal jus 30 yang banyak itu dalam waktu seminggu. Temannya masih terkejut mendengarnya. Tapi Chacha kekeh dengan keputusannya. Aisyah menganguk   dan pergi.
Hari selanjutnya tak ada halangan dan rintangan ketika Aisyah juga Novi dan Chelsy melewati sekolah itu. “Kita aman seminggu nih” kata Chelsy nyeletuk. “Abis itu kita gimana?” keluh Novi. Dengan santai Aisyah hanya mengangkat sedikit bahunya, “Ya udah setiap hari kita lari aja biar gak dikejar, kayak gini nih”. Aisyah berlari sekuat tenaga. “Tunggu......” teriak Chelsy tertinggal.
Bel sekolah telah berbunyi, semua santri bergegas pergi ke masjid untuk sholat dhuha. Setelah sholat dhuha Ami Aris memberikan pengumuman. “Sebentar lagi akan diadakan Perkemahan Festival tahfidz Anak Sholeh Indonesia di Malang, persyaratannya adalah sudah hafal jus 29 dan 30, nah untuk yang dari sekolah ini dari laki-laki dipilih Khalid, untuk perempuannya masih dimusyawarahkan dan calonnya adalah Ukhti Uul, Ukhti Chelsa dan Ukhti Sita. Jadi untuk ukhti-ukhti ini dipersiapkan hafalannya yaa, untuk tes sama Umi Aini seminggu lagi”. Jelas Ami Aris. “Ami.... kok yang laki-laki gak di tes dulu?”. Protes Jovan pada Ami. “Jov,... kan yang hafal jus 29,30 Cuma Khalid yang lancar soalnya kelompoknya Ami” jawab Ami Aris yang dibalas senyum cengengesnya Jovan. Semua santri mengangguk dan bangga pada Khalid sebagai anak baru tapi hafalannya melesat, sudah 4 jus dia hafal. Ia hafal jus 30,29,1 dan 2 . Semua stuju kecuali Aisyah yang merengut dan mulai menangis. Tangisannya melirih tapi mengeras. Khalid menoleh padanya, dia tau sifat adiknnya yang suka iri dan tidak mau dipisahkan oleh Khalid kakaknya. “Aisyah kenapa?”. Tanya Ami Aris pada Aisyah. Sambil menangis Aisyah mengutarakan isi hatinya “ Aish... mau ikut festifalnya” kata Aisyah. “tapi kan Aisyah belum hafal jus 29”. Tannya Ami Aris. “Kan masih seminggu lagi mi”. Kata Aisyah dengan suaranya yang mengecil. “Emang Aisyah bisa melancarkan hafalannya dalam waktu seminggu?”. Tanya Ami Aris. “Bisa in sya Allah mi......”. jawab Aisyah. “Gini aja dua tahun kedepan kan ada festifal lagi, nah Aisyah siapin aja dulu yaaa, sekarang biar kakak-kakaknya yang maju. Besok kan Aisyah sudah siap”. Rayu Ami pada Aisyah. “Tapi Aisyah kan pingin pergi sama Abang”. Aisyah semakin menangis. Ami Aris memandang Abang Khalid. “Aisy....” panggil Khalid memanggil Aisyah lembut tanda Khalid ingin mendiamkan adiknya. Ami Aris menyuruh yang lain kembali ke kelasnya. Semantara Aisyah masih mogok ,ngambek di tempatnnya. Khalid mendekati adiknya, berkompromi. “Kenapa abang gak belaiin Aisyah, abang lupa, abang harus jagain Aisy” Aisyah masih menangis. “Abang mau bilang ke Umi Aini, biar  kamu bisa ikut tesnnya. Yang penting Aisy hafalin dulu sampe selese dan 

dilancarin nanti abang bantu”. Kata Khalid. Tangis Aisyah mereda dan Khalid mengajaknya untuk pergi ke kelas.
Hanya empat hari Aisyah berhasil menyelesaikan hafalannya yang sebenarnya tinggal etiga surat terakhir jus 29 dengan semangat membara Aisyah melancarkan hafalannya selama tiga hari. Dan hasilnya sangat luar biasa. Aisyah melantunkannya dengan sangat baik dan benar  tajwidnya. Amah, Ami juga Umi Aini pengasuh Pesantren sangat takjub dengan semangat Aisyah, dan mengizinkannya mengikuti tes dengan kakak kelasnya. Chelsa yang sudah memiliki banyak hafalan merasa bangga dengan Aisyah, demikian pula Uul dan Sita yang rela memberikan kesempatan emas itu pada Aisyah. Aisyah dan Khalidlah yang terpilih menjadi kontingen dari Pesantren ini bersama peserta dari sekolah lain mewakili kotanya pergi ke Perkemahan Festival Tahfidz Anak Sholeh Se-Indonesia.
Udara sejuk meliputi kawasan Perkemahan Festifal Tahfidz Anak Sholeh Se-Indonesia. Bus-bus besar terparkir di area parkiran dengan tanda kontingen masing-masing. Acara pembukan Fesifal  akan dimulai. Para peserta mempersiapkan diri.  Dengan segala tenda yang sudah terpasang dan juga aksi yang akan mereka tampilkan untuk perkenalan peserta. Acara yang megah dimulai dengan suara takbir keras dari Kak Alfin seorang artis yang biasa manggung di Hafidz Indonesia lantang menjadi Mc dalam acara pembukaan kali ini, ditemani tiga kembar Hafidz  Kak Hannan, Kak Mannan dan Kak Ihsan. Acara sangat meriah disusul penampilan dan atraksi peserta yang sangat memukau peserta yang lain. Aisyah tampak sangat grogi, Umi Aini yang menemani mengetahui perasaan itu, lalu menghiburnya dan menyemangitinya. Demikian Khalid dan peserta lainnya dari kontingen yang sama. Aisyah tampil dengan ceria dengan bacaan Al-Qalam dengan suara emasnya. Mereka menampilkan sebuah Drama yang ada pada cerita Al-Qalam tersebut tentang seorang pemilik kebun yang sangat kaya,  sholeh dan sangat dermawan kepada para fakir. Khalid yang berperan sebaik pemilik kebun. Lalu meningallah Sang pemilik kebun digantikan dengan anak-anaknya yang tidak sesholeh bapaknya. Mereka kikir lalu Allah membakar habis kebun mereka. dan akhirnya mereka bertaubat. Penonton  bersorak-sorai takjub dengan drama ini. Singkat namun luar biasa. Aisyah menjadi sangat semangat untuk mengikuti lomba diesok harinya.
“Umi..... Aisyah hilang” jerit Nada salah satu peserta Festifal di malam hari sebelum tidur.
Umi Aini kebingunan mencari kemana Aisyah pergi, kenapa  ia pergi, dan apa yang terjadi. Khalid mendengar kabar itu  dari temannya yang baru saja pergi ke tenda Putri. “jangan-jangan ..... Aisyah pergi karena ingin membuktikan dugaannya tentang serigala jadi-jadian itu, dia memang sangat keras kepala”. Khalid berbicara sendiri. Ia putuskan untuk mencari. Sepertinya dia tau arah kemana Aisyah pergi. Karna sebelumnya ia mendengar dari Aisyah tentang cerita serigala itu. Khalid pergi tanpa pamit pada Ust. Anwar pembimbingnya.
Khalid memasuki kawasan Hutan yang gelap yang hanya disinari cahaya kecil senter miliknya. Ia yakin Aisyah pasti kesini. Berulang ia berteriak. Tak ada respon. Lalu bayangan hitam tiba-tiba terlihat dengan cepat. Khalid sedikit takut, namun ia tepis . bayangan hitam itu datang lagi bahkan lebih lambat. Apa benar ada serigala jadi-jadian. “tidak” teriak Khalid dalam dirinya. Ia terus berjalan sambil memberi tanda jalannya yang tadi ia lewati. Bayangan itu terdiam. ia semakin takut, bulu kuduknya merinding ia ingin teriak kencang, tapi langkahnya mendekat. Semakin ia dekati. “ Aisyah........”. Khalid masih mencari adiknya. Tiba-tiba ada suara isakan tangis tapi timbul dan tenggelam. Ia membaca ayat kursi dan semua yang ia hafal berulang-ulang. Namun suara itu tak hilang. Ada sesosok bayangan anak yang duduk di bawah pohon, seperti Aisyah dari bajunya. “Aisyah.....” berkata kak Khalid. Benar itu Aisyah, sukur ia tak menemukan serigala jadi-jadian itu. “Abang.....”. Aisyah melihat ke arahnya sambil ketakutan. Khalid yakin itu adiknya dan memeluknya agar ia tak ketakutan. Khalid bertanya padanya kenapa dia ke tempat ini, Aisyah tak menjawab. Khalid khawatir pada keadaan adiknya. Dan membaca ayat kursi dengan keras. Aisyah mulai menjawab. “Aisyah gak papa, Aisyah gak takut, tapi pingin nangis”. Jawab Aisyah dengan menangis. Khalid  mengangguk dan tertawa dalam hati, adiknya memang kadang lucunya keluar saat seperti ini, padahal sedari tadi dia sudah menangis masih juga izin ingin menangis. Lalu Khalid mengajak adiknya murajaah jus 29 sambil berjalan pulang ke kemah masing-masing. “Abang, Aisyah minta maaf yaaa”. Kata Aisyah lembut disela-sela hafalannya. Khalid tersenyum sambil menggandeng adiknya.

Perlombaan dimulai. Semua peserta sudah sangat siap meski banyak yang terlihat gerogi. Perlombaan estafet hafalan dimainkan oleh 2 orang dari setiap kontingen. Aisyah dan Khalid mengambil tempat. Satu perserta harus bisa menjawab pertanyaan hafalan baru dia boleh berlari ke teman yang lain sambil membawa bendera estafet. Ada sepuluh pertanyaan Aisyah dengan cepat menjawabnya dan benar semua, ia berlari ke arah Khalid. Sepuluh soal lebih susah di jawab oleh Khalid denagn tegas dan tartil yang indah,  semua penonton terperangah sementara peserta lain masih menjawab soal kedua. Khalid berlari ke arah Aisyah balik. Kencang ia berlari namun kaki nya berdarah,  entah karena tertusuk benda di hutan tadi malam bersama Aisyah. Khalid menyeok kakinya ,  memaksa untuk terus berlari. Semua pandangann penonton juga Aisyah tertuju pada Khalid. Yang menyeok-nyeok kakinya yang berdarah. Para juri terkesima dengan kakak beradik ini. semua suara menyemangati Khalid yang masih berjalan pelan kesakitan. Aisyah berteriak menyemangati abangnya dengan semangat dan tangisan . “ Abang...... Abang.....”. Aisyah berteriak sambil menangis melihat perjuangan abangnya. Khalid kesakitan namun yang ia liat air mata adiknya, dan tersirat wajah bunda dan ayahhnya disebelah Aisyah. Khalid membawa bendera itu. ‘Allahu Akbar’ teriak salah seorang penonton ketika Khalid tlah berhasil satu langkah melebihi peserta lain. Khalid tak ingin mengecewakan siapapun. Perjuangan ini menjadi sejarah kemenangan kontingennya dalam festifal. Aisyah mengangkat pialanya. Khalid tersenyum lebar setelah sujud syukur. Santri-santri ini luar biasa. Tetap berjuang meski keadaan sangat sulit. Khalid masih ingat janjinya pada ayahnya dan bundanya. “Ayah bunda , Khalid dan Aisyah in sya Allah jadi anak yang sholeh”. Dengung  Khalid  berdo’a dalam hati di atas panggung Festifal.
Santri kecil ‘Al-Kahfi’ ini di temani Al-Qur’an dalam jiwanya. Mereka takkan pernah menyerah menggapai sebuah cita dan mimpi dalam naungan  cinta Allah.





Komentar

Postingan Populer