Orientalis...... Mereka Yang Mencari Cahaya dari Timur
Orientalis.................
Mereka Yang Mencari Cahaya dari Timur
Saat itu ada
kegelapan yang menyelimuti bangsa barat. Gelap dengan kekuasaan extrim pihak
gereja yang mengharuskan segala kegiatan untuk gereja. Menjadikan segala
gerakan dan tujuan harus dengan seizin gereja. Saat itu mereka diselimuti
kegelapan, buta akan ilmu pengetahuan dan miskin akan peradaban. Mereka sadar akan hal itu, lalu keterpurukannya membuat
suatu keputusan besar, meraih cahaya dari timur lalu merebut cahaya itu dan
mengendalikannya. Ambisi mereka adalah “Oriente Lux” merebut secercah cahaya
dari timur juga menguasainya, mereka adalah orientalis.
Orientalis, Siapa
mereka?. Mereka yang mempelajari, meneliti, mengkaji, menulis segala aspek ilmu
yang mereka pelajari dari timur (orient) yaitu muslimin, dengan sebuah misi
khusus dan motivasi yang kuat, untuk mempengaruhi pihak yang mereka kaji,
mengubah cara pandangnya, pemikirannya menjadi idiologi seperti yang mereka
susun. Tujuan mereka adalah mempelajari untuk menguasai. Jadi menurut mereka
sesuatu yang menjadi objek kajian itu
adalah kelompok yang lemah dan berarti tidak berdaya terhadap apa yang
peneliti lakukan, begitu mungkin perasaan mereka. Yang mereka cari adalah
kekuasaan. Sumber daya alam yang melimpah hanya terdapat di negara-negara yang
berpenduduk Muslim, jadi upaya mereka
untuk mempelajari Islam adalah agar menghancurkan Islam dari dalam. Dimisalkan
jika seseorang ingin menguasa tanah sebuah tempat, bukan berarti memerangi tanah
itu ,namun siapa yang memilki tanah itu. Menguasai seseorang yang memiliki
tanah itu berarti menguasai pemikirannya atau sudut pandangnya baru bisa
menguasai tanah itu. Karna manusia itu pikiran dan idiologinyalah yang
menguasai manusia. Maka dengan susah
payah rencana licik ini mereka susun serapi mungkin. Mengecoh kaum muslimin
terjerat dengan rencana mereka.
Jadi singkatnya
kata Orientalis merujuk pada orang barat bukan hanya kristen barat maupun yahudi
tapi keseluruhannya yang mempelajari Islam. Pemikirannya, syariatnya, keadaan
muslimnya, tanahnya juga kebudayaannya.
Mereka berkonsentrasi bukan hanya dikalangan umat muslim tapi juga
peradaban yang lain seperti China, India, Mesir dll.
Sejak
kapan rencana ini tergagas?. Perang Salib abad ke 11, ada semangat yang
tampak dari pasukan mereka yaitu
semangat untuk mempelajari pemikiran Islam, syariat-syariatnya juga
kebudayaan-kebudayaannya. Seperti bersuci dengan mandi menggunakan sabun. Juga
mempelajari sumber agama mereka yaitu pegangan umat muslim, yang mereka
terjemahkan ke bahasa mereka, yaitu bahasa latin juga inggris. Dan semenjak itu
mulailah kitab-kitab para ulama mereka terjemahkan kebahasa mereka agar mereka
pelajari. tepatnya pada tahun 1143 AL-Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa
latin oleh Robbert of Ketton dan memberi judul: “Lex Mahumet Pseudo-prophete”
. Diterjemahkan pula buku-buku Ibnu Sina “AlQanun fi At-tiib (Liber
Sufficientiae), Al-Farabi, Kitab Az-Zahrawi dan banyak yang lainnya. Cahaya
keilmuan disinilah yang mereka gali. Maka mulailah pusat kajian kelimuan ini
tersebar di abad ke 16 dan banyak membuka study islamic di beberapa universitas
besar di Eropa seperti Oxford, Paris(1635), Cambridge(1636), Leiden, Salamanca,
Roma dan Bologna. Tapi bukan karena ingin mencari cahaya kebenaran Allah, tapi
cahaya bagi mereka dalam memerangi kaum muslimin. Dalam pengembangannya mereka
bangkit dengan cahaya yang mereka ambil dari kaum muslimin ketika tradisi keilmuan
mulai melemah diantara kaum muslimin. Juga pemikiran-pemikiran yang tersebar di
antara umat muslim saat itu.
Mendekati abad ke
19, mereka membuat suatu pertemuan khusus untuk membicarakan tujuan-tujuan
mereka. Tepatnya di tahun 1873 para Orientalis yang tersebar ke berbagai cabang
kajian ilmu di seluruh pelosok dunia mengadakan pertemuan pertamanya di Paris
dan setelah itu mengadakan pertemuan-pertemuan rutin dengan tempat yang
berbeda-beda, dengan materi pokok mereka adalah membahas tentang apa yang
mereka pelajari di suatu daerah, mulai dari peradabannya, pola pikirnya,
agamanya hingga geografisnya. Hingga terciptalah hasil ensiklopedia dunia karya
mereka yang berisi tentang segala hal yang ada di dunia ini. Tak heran
menjelang abad ke 20, mereka tampil layaknya seorang ilmuan-ilmuan hebat dari
segala bidang ilmu dan disebar ke seluruh pelosok dunia untuk menyebarkan
pemahaman-pemahaman mereka. Menerangkan Islam dengan prespektif barat. Diibaratkan
seperti seorang ibu yang sedang memasak opor misalnya, dengan hasil yang luar
biasa lalu datanglah orientalis menolak bahwa yang dimasak itu bukanlah opor
dengan segala alasan-alasan ilmiahnya dan mengajarkan kembali bagaimana
sebenarnya cara membuat opor. Begitulah siasat Orientalis, menolak ajaran agama
Islam yang sekarang lalu membuat ajaran yang baru yang mereka klaim itu adalah
hasil penelitian mereka dengan alasan-alasan ilmiah juga dengan menyangkutkan keobjektifannya
dalam mempelajarinya untuk mengubah sudut pandang seorang muslim yang hanya
menerima ajaran Islam secara turun menurun tanpa mengkaji serta memperkuat
pengetahuannya.
Kolonialisasi yang
didukung oleh orientalisme menyebar, maka dengan tujuan merampas juga mengubah
sudut pandang mereka agar pribumi terusir dari tempatnya sendiri. Seperti yang
terjadi pada suku asli amerika yaang terbinasakan. Di zaman penjajahan dan
kolonialisme penyebaran agama mereka juga diikuti dengan siasat yang licik
seperti membangun sekolah-sekolah yang berdekatan dengan gereja. Tujuan
jelasnya sebenarnya bukan untuk memurtadkan mereka secara lansung tapi memurtadkan
pemikiran-pemikiran muslim, jika jasad tak kristen tapi akalnya sudah
terindikasi dan tersusun kuat doktrinnya maka puaslah mereka.
Pandangan para
Orientalis terhadap semua agama adalah dari sudut pandang sejarah juga
kevalidan bukti-bukti tulisan juga data. Jadi celah yang mereka kejar adalah
bukti fisik tentang ajaran itu tanpa meyakini adanya wahyu yang tersingkap.
Mulailah mereka mencari kekurangan-kekurangan dari Al-Qur’an yang lebih menjurus
pada periwayatannya. Munculah konsep-konsep
dan teori-teori dari hasil kajian mereka tentang agama. Yang terdiri
dari beberpa teori:
1.
Theories of
influence
2.
Theories of
Origins
3.
Theories of
borowwing
4.
Theories of
evolution
5.
Theories of
Devolepment
Theories of Influence, (teori pengaruh) juga
theories Origins (yang menguak keabsahan dari agama tersebut). Anggapan mereka
bahwa semua agama memilki sejarah, maka suatu agama dan gerakan tidak akan
muncul kecuali setelah ada subuah propaganda dan pemikiran-pemikiran
sebelumnya. Para Orientalis menguak dan
mengobok-obok serta memcampuradukan agama. Yang berarti agama Islam tidak murni
berasal dari agamanya sendiri tapi ada kaitanya dengan agama-agama yang sudah
tersebar sebelumnya. Seperti Kristen dan Yahudi. Mengait-ngaitkan dengan
kitab-kitab yang sudah banyak perubahannya yang berada di tangan mereka. Lalu
munculah karya-karya sesat mereka yang seakan-akan berbau ilmiah seperti The
Origins of Koran oleh Josef Horovits yang berisi tentang kritik kemurnian
Al-Qur’an “On Schacht’s Origins of Muhammad Jurisprudence”. Juga banyak karya
tulis lain yang membuat isu-isu besar tentang kekliruan Al-Qur’an menurut
mereka. Isu-isu tentang kesalahan-kesalahan ulama-ulama Islam dalam
memandang Al-Qur’an yang mereka buat-buat
dengan kekafiran mereka.
Theories of borrowing yaitu meminjam sebuah
hukum dari agama sebelumnya. Seperti kata seorang orientalis Reynold
A.Nicholson : “Muhammad picked up all
his knowledge of this kind by hearsay and makes borowwed trappings-largely
consisting of legends from the Haggada
and Apocrypha”. Yang intinya pernyatan Reynold bahwa ajaran yang dibawa
Muhammad dalam agama Islam adalah hasil pembelajaranya tentang agama-agama
sebelumnya dan banyak diambil dan dipinjam hukumnya dari Haggada yaitu Yahudi dan Apocrypha yaitu dari Kristen. Pantaslah mereka kaum Orientalis memiliki
teori-teori diatas yang berdasarkan Teori kekufuran mereka.
Theories of evolution and development yaitu
teori evolusi dan pengembangan sebuah agama yang diutarakan Orientalis
Goldziher, “ For us, the hadits are not authentic record of Islam’s early
history,but merely reflect opinions of conflicting groups within the community
which emerged during various stages of its development”. Inilah pemikiran
mereka yang menyatakan bahwa apa yang dibawa muhammad dari hadits-hadits adalah
tidak adanya kesesuaian dengan sejarah islam yang lalu atau hadist yang
sekarang bukanlah rekaman yang valid, karna banyak terpengaruh oleh
konflik-konflik kelompok yang ada serta perselisihan maka mengalami pengembangan-pengembangan.
Isu-isu besar yang berkembang saat itu
menjadikan timbul sebuah rekonstruksi yaitu penyusunan ulang sejarah serta
ajaran Islam versi mereka dengan memasukkan idiologi mereka tanpa mengambil
dari ulama-ulama Islam terdahulu. Puncaknya di bulan Juli 2003 dengan Edisi
Khusus mereka yang mengkritisi Al-Qur’an.
Itulah mereka, Orientalis. Yang sejatinya
mencari cahaya lalu membenamkannya kembali. Mengejar cahaya tapi menimbunnya
kembali. Telah menggemgam cahaya tapi membinasakannya dan merelakan cahaya itu
menjadi gelap bagi mereka. tetap gelap dalam kekufurannya. Dan dengan bangga
mengumunkan kegelapan hati mereka.
siapakah mereka? siapalagi...... merekalah Orientalis.
31 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar