Iakah Laksamana Cheng Ho
Iakah
Laksamana Cheng Ho?
“sejarah itu akan
terulang, hanya tokohnya yang berganti”
Aku melihat ke arah
jendela pesawat. Indonesia sungguh begitu indah, begitu istimewa, dan begitu
menawan hatiku. Bagaimana tidak, pantainya yang menyihir hati, gununngnya yang
membelalakkan mata, air terjun yang harum derasan airnya, sawah, parit, danau,
lautnya sungguh keindahan dunia yang Allah anugrahkankan pada kami, orang
Indonesia. Pantas saja mereka para penjajah sangat serakah ingin menakhlukan
nusantara ini. Sungguh berandai-andai bukanlah jalan keluar jika ingin sangat
menikmati keindahan nusantara pada zaman dulu sebelum nusantara seperti ini.
banyak penebangan, banyak kerusakan, keserakahan hinggga membakar hutan-hutan.
Membuat diri ini resah dan gelisah memikirkan
keindahan alam ini yang terkikis karenanya. Kulihat siapa yang duduk di
sebelahku. Seorang suami istri yang
mungkin aku tebak berasal dari ambon, atau wilayah NTT atau NTB. Di sebelah
sana terlihat dua laki-laki cina mungkin, karena perawakannya yang mirip,
matanya yang lebih sipit dari orang
indonesia, kulitnya yang kuning. Setidaknya deskripsi ini cukup membuktikan
bahwa mereka bukan warga negara indonesia. Apalagi kudengar percakapan mereka
sedikit yang tidak memahamkanku. Tujuan apa mereka datang kesini. Bisinis
mungkin, karna memang itu tujuan mereka ke Jakarta. Kekuasaan pasar Indonesia
memang sebagian besar dikuasai Cina, lihat saja toko-toko dan Mal-mal serta segala
jenis usaha dikuasai oleh Cina. Sangat menyebalkan melihat negri ini yang
dengan susah payah dimerdekakan oleh harta dan nyawa, tenaga bahkan darah.
Terlihat masih dijajah kesejahteraannya.
Sepertinya pemahaman
tentang sejarah kitalah yang salah, bagaimana agama Islam ini berjaya, jika
tidak didukung oleh para wirausahawan yang merelakan harta di jalan Allah,lihat
para sahabat yang pekerjaannya adalah sebagai wirausahawan, menguasai pasar.
Juga terlebih Nabi kita yang agung Rasulullah SAW yang juga seorang
wirausahawan. Juga berkat wirausahawan arab, agama Islam menebar kesejahteraannya
di Bumi Nusantara. Yang menyebabkan politik serta ekonomi dengan sistem Islam
berjalan dengan baik, banyak yang tidak kita tau dan bahkan disembunyikan dari
sejarahh tentang keberhasilan Islam dalam naunagan kesultanan Islam yang
menyebar di seluruh pelosok Nusantara. Bahkan para Ulama nya seorang pedagang,
yang menyebaran dakwahnya hingga ke pelosok nusantara. Dakwah dalam perdagangan
atau perdagangan dalam dakwah. Kita kehilangan kejayaan itu.
Sepertinya orang cina itu
berbeda, aduh,... seharusnya mata ini menjaga pandangannya. Tapi entah kenapa
ada hal yang berbeda telihat dari wajah mereka itu. Seperti ada cahaya atau
sinar yang tak ada di orang-orang cina yang biasa aku temui sebagai mitra
bisnisku. Pandangan mereka lebih sejuk dan tenang. Sepertinya memang harus
diselidiki mereka. sepertinya mereka muslim, atau hanya pikiranku saja. Pesawat
terbang dengan lancar tanpa hambatan, cuaca yang cerah mendukung perjalanan
kami dari bali yang akan menuju Surabaya, memang tujuanku adalah Jakarta tapi
karna kepergian ini mendadak maka tersisa pesawat yang harus transit dahulu ke
surabaya, dan menunggu hingga keberangkatan kembali ke Jakarta. Membutuhkan
waktu yang tidak lama untuk sampai ke surabaya. Namun sempat memejamkan mataku,
pesawat akan landing . Kelihat disekelilingku sudah siap untuk turun.
Orang cina itu menatapku
ketika aku ingin beranjak dari pergi dari tempat dudukku, ia
menatapku lagi seperti ingin memberitahuku sesuatu, ia menunjukkan
tangannya. Oh, rupanya aku terlupa sesuatu, dompetku terjatuh dan orang Cina
itu melihatnya. “thank you” kataku spontan. Ia hanya mengangguk. Lalu aku turun
dari pesawat menuju ruang transit sambil mencari mushalla untuk sholat, rupanya
mereka di depanku. Dan memiliki tujuan yang sama, mereka memasuki mushalla, untuk apa?. Pikirku, apa
mereka ada keperluan, ahh tentu saja. Atau mungkin mereka muslim seperti dugaan
awalku tadi. Ohh, inikah jawabanya dari asal cahaya itu. Jika diperhatikan,
seorang muslim itu memiliki cahaya yang tidak dimilki orang beragama lain. Aku merasakan cahaya itu di wajah
seorang muslim, yang tak aku dapatkan pada mereka non muslim. Mungkin karna cahaya
Allah selalu ada hati mereka dan terpancarkan dari wajahnya, atau karena air
wudhu yang selalu mensucikan wajah dan hati yang rindu akan pertemuan wajib di
setiap harinya. Yaa , orang Cina itu muslim, bagaimana bisa?. Mereka muallaf ,
itu pendapatku terakhir ini. Waktu yang
panjang untuk menunggu kedatangan pesawat dalam penerbangan selanjutnya. Selesai
sholat aku keluar menuju ruang tunggu untuk garage selajutnya, bergantian
dengan pengunjung lain. Karena tempat sholatnya tidak terlalu besar. Aku mencari
kursi yang masih kosong , hanya ada satu tempat di dekat orang cina itu.
“You are moslem and chinest?, tanyaku.
“Ya”. Mereka mejawab serempak.
“Where do you want to go,
I think we have same purpose”. Kataku lagi dengan spontan saja.
“Jakarta, dengan nomer
pesawat S0957 Jam 15.00 “. Jawab salah seorang dari mereka dengan bahasa
Indonesia yang lancar.
“Wah, anda bisa berbahasa
indonesia, saya fikir tidak” aku terheran.
Dengan terkejut mendengar
salah seorang dari mereka bisa berbahasa indonesia, aku semakin penasaran seperti
reporter yang akan mengambil berita mereka, anggap saja begitu. Karna aku
adalah penulis abal-abal jika dibilang, meski belum menghasilkan satu buah buku
pun. Sudah banyak karya nonfiksiku dimuat di majalah, maupun di koran atau
media online. Yang paling menarik hatiku adalah tentang keislaman mereka. Apa
mereka muallaf. Namun jawaban mereka tidak, mereka bilang mereka adalah
keturunan muslim dari Dinasti Ming. Apalah itu sungguh aku tidak mengerti
banyak tentang sejarah. Kurasa banyak sekali sejarah Islam yang disembunyikan. Termasuk
agama Islam yang berkembang di Cina. Kurasa aku belum puas dengan
pertanyaan-pertanyan ini mengenai sejarah islam di Cina. Salah seorang dari
mereka mengeluarkan buku dan memberikannya padaku, aku mengabilnya sambil
mendengarkansedikit tentang isi buku itu.
Setengah jam kita mengobrol aku belum puas dengan jawaban mengenai
Dinasti Ming yang beragama Islam sejak lama. Sungguh aku tak mengerti, namun
waktu menujukkan keberangkatan pesawat ini. Bersama, kita menuju arah pesawat
dan duduk di tempat masing- masing yang lumayan jauh. Aku buka buku itu yang
al-hamdulillah berbahasa indonesia, memudahkanku untuk mengerti. Kubuka sejarah
cina .
Perjalanan
Muhibbah laksamana Agung Muslim Cheng Ho Yang Terlupakan , judulnya begitu menyisir hati.
Dituliskan perjalanan
Laksamana Agung Muslim Cheng Ho dengan armada yang sangat besar dan menakjubkaan.
Lengkap dengan gambar kapalnya yang sangat besar jika dibandingkan dengan kapal
Vasco De gama yang panjangnya hanya 23 m dan lebarnya 5 meter, sedangkan armada
Cheng Ho yang menakjubkan dengan panjangnya 122 m dan lebar 52 m dengan 9 tiang
dan geladak seluas 4600 m2. Armada itu diawaki dengan 30.000 pelaut serta marinir,
7 orang kasim berpangkat tinggi dan ratusan pejabat lainnya, 180 tabib dan
sejumlah pakar perkapalan, herbalis, pandai besi, tukang jait, koki, akuntan,
wiraniagawan dan penerjemah. Luar biasa sekali pikirku, membuat bulu kudukku
merinding sesaat membayangkan betapa besarnya armada itu dan menandakan betapa
jayanya muslim di Cina saat itu. Namun kenapa berita ini tak pernah terdengan
di telingaku. Hanya bangsa Cina dari Gengkhis Khan yang perlakuan bidabnya
merusak kekhilafan dan muslim saat Dinasti Abasyiyah. Sungguh ini ketidakadilan
pertama yang disembunyikan setelah aku membaca buku ini. Perjalanan dengan
armada yang hebat itu berkisar 28 tahun dari tahun 1405-1433 M, bukanlah tanpa
tujuan. Perjalanannya yang bertujuan untuk membangun kerjasama diplomatik antar
negara, juga wiraniaga, dan terpenting adalah diutusnya laksamana Cheng Ho,
seorang laksamana muslim oleh Kaisar Yung Lo dari dinasti Ming 1363-1644 M. Adalah
untuk mengangkat nama baik Cina yang telah terkesan rusak oleh adanya invasi
dari Gengkhis Khan ke Aisa, Timur Tengah
dan Eropa. Yang menebarkan kehancuran sebelum raja ini masuk Islam, namun
setelah masuk Islam Gengkhis Khanlah yang berperan melindungi Kejayaan Islam
dari serangan Katolik Gereja serta Protestan
yang dipimpin oleh Paus di imperialis Barat saat itu.
Maka perjalanan hebat ini
yang diikuti denngan 27.000 pasukan muslim dan 62 kapal. Sebenrnya Kaisar Yung
Lo ingin memberitahuakan Dunia bahwa Cina memiliki rasa simpati besar terhadap
Islam, sekaligus menunjukkan Dunia Muslim bahwa Cina memilki pasukan Muslim dalam
jumlah besar yang menjelaskan bahwa di Cina, memilki kemerdekaan beragama, juga
tak terdapat pertentangan antara penganut Kong Fu tse, Laotse, Kristen
Nestorian, dan Islam. Dan kebijakan Kaisar yang biijaksana ini menempatkan pasukannya
musllim berada dalam kepemimpinan militernya.
Perjalanan dengan
memberikan hadiah kepada negara-negara atau bangsa-bangsa yang di lewatinya. Seperti
mendirikan masjid di Indonesia, tepatnya di Semarang yang dinamakan masjid Sam
Po Kong, juga mendirikan mercusuar, membasmi para perompak laut, juga menjalin
perdagangan yang baik. Tanpa merusak bangsa tersebut, apalagi membasmi pribumi
yang berada disana. Tujuan dakwah mulia ini tidaklah tersebar di telingaku. Sangat
berbeda dengan tujuan kaum barat serakah yang ingin menghancurkan dan mengambil
serakah wilayah Nusantara. Seperti mereka yang memberantas suku pedalaman
Indian Amerika ketika sampai di Benua itu yang mereka klaim itu adalah penemuan
mereka, mereka imperialis barat sungguh kejam. Dan misi mereka pun menyebarkan
agama katolik mereka dengan paksa. Dengan sebuah misi , mission sacre, misi
suci dan genosida mereka.
Semakin penasaran aku
dengan kekaisaran Islam di Cina, aku ingin menanyakannya pada mereka sungguh
sangat jauh tempatku denga tempat duduknya. Aku juga lupa menanyakan nama
mereka. Atau setidaknya tau salah satu nama dari mereka yang sedari tadi
mengobrol denganku, dengan bahasa Indonesia. Yang aku ingat tadi tujuan mereka
kesini adalah untuk bertemu dengan salah satu ustad , yang aku lupa juga
namanya. “Saya ingin mengabarkan pada mereka bahwa kita muslim Cina dari Dinasti
Ming masihlah ada dan sebenernya berkembang di salah satu kota kecil di Cina
yang jarang di sorot media. Kami ada dan kami bersatu, dan kami ingin menjalin
kerjasama dengan Indonesia dalam hal ini”.
Tujuannya mirip sekali dengan laksamana Cheng Ho yang memiliki misi
dakwah dalan armada perjalanannya. Sungguh aku baru menyadarinya. Mungkin sampai
detik ini aku bisa mengarang namanya sebagai Cheng Ho. Yang dengan laksamana
Cheng Ho mungkin mirip sedikit. Hanya pakaiannya saja yang tak berubah.
Aku tak mendapatkan
kesempatan bertanya kali ini. mereka sangat terburu-buru. Bahkan dijemput oleh
salah satu petugas pengamanan bandara. Ada apa?, ada masalah kah. Tapi tidak ,
karena tidak ada masalah di raut muka mereka bahkan ada mobil istimewa,
kenapa??. Sekali lagi kubertanya tentang muslim Cina ini dalam haati. “Yaaa sudahlah. Mungkin
aku mencurigakan bagi mereka, dan tidak membuat mereka nyaman dengan segala
pertanyaanku” keluhku. Hingga seseorang petugas mendekatiku dan memberikanku
sebuah bingkisan, berisikan gantungan kunci dari Cina. Lucu, pikirku . Yang
sangat aku inginkan adalah berita mereka, bukan gantungan kunci ini. Aku hanya
melihatnya dengan raut wajah yang tak
puas. Kuperhatikan ada sesuatu yang tersembunyi dalam gantungan kunci itu. Yaaa
ada sebuah kertas kecil. Bertuliskan “Cheng Ho, 082114051433, Cheng_ho@gmail.com”.
Benar....... namanya Cheng
Ho, seorang muslim yang memilki misi yang sama hanya saja di zaman yang
berbeda. Mungkin lain waktu aku bisa bertemu dengannya lagi. Bahkan mungkin
bisa dekat-dekatini jika Allah mengizinkannya. Aku tersenyum dengan kebenaran
ini, harus terkuat dan harus terkabarkan.
Pikirku “Sejarah itu akan
terulang, hanya tokohnya yang berganti”.
Komentar
Posting Komentar