"Saya sih.... netral saja" ( Pembahasan Islamic Worldview)

“Saya Sih...... Netral saja”

 

Membahas Islamic Worldview “Konsep Tuhan”

“Jadilah kelompok yang netral”, nyanyian yang sering terdengar akhir-akhir ini. Maka siapakah sebenarnya kelompok yang netral itu?.  Apa yang dipandang masyarakat tentang kelompok yang netral?. Dari pengamatan segi manakah  manusia itu dianggap netral?. Apakah ia yang senyap dalam memahami kontroversi kehidupan?. Ataukah ia yang netral  yaitu ia yang memisahkan antara sosial keilmuannya dengan agamanya?. Atau bahkan netral ialah yang tak beragama?. Siapakah sebenarnya kelompok yang netral itu?.

“No human being lives without a worldview ( tidak ada manusia yang hidup tanpa pandangan hidup)”. World view merupakan frame work yang mengikat segala sesuatu menjadi satu, yang dengannya kita bisa memahami dunia. Ialah yang mengatur cara berfikir hingga tindakan seseorang, merespon  dan berinteraksi dengan sesuatu yang di luar dirinya.  Lima hal yang mempengaruhhi worldview seseorang, yaitu agama, kepercayaan, pendidikan penyelidikan, tradisi dan kebudayaan. Seberapa persenkah aspek itu melekat pada diri seseorang maka itulah yang menjadi frame work seseorang. 

Seperti halnya aksi bela Islam pada tanggal 4 november 2016 lalu dimana datang umat Islam dalam jumlah yang sangat banyak dan tercatat sebagai demo terbesar dalam sejarah menyuarakkan keadilan ketika sesuatu yang di anggap suci dilecehkan oleh oknum tertentu. Mungkin dari masyarakat ada yang bertanya-tanya tentang hal itu “Bagaimana bisa mereka dengan biaya sendiri datang  memperjuangkan agamanya meski dari tempat yang jauh dan resiko yang besar?”. Atau ada juga yang bertanya “Bagaimana bisa seseorang yang tertulis dalam dirinya Islam namun tak ada rasa marah sedikitpun ketika kitab sucinya dihina?” atau ada juga yang bertanya-tanya “ Untuk apa mereka melakukan sesuatu yang sia-sia , bukankah agama tak perlu di bela, Tuhan tak perlu di bela?”. 

Begitulah worldview seseorang bekerja pada dirinya. Lima aspek diataslah yang menetukan cara berfikir seseorang hingga jika ada seseorang yang berpendapat bahwa dirinya netral namun tetap mengintervensi, membuat suatu opini yang mempengaruhi publik atau mempunyai pendapat sendiri dengan tegas maka sesungguhnya ia bukanlah orang yang netral. Maka sejatinya tak ada yang netral di dunia ini. 

Maka Islam mempunyai sebuah bingkai pemikiran. Islamic worldview  yang membatasi ruang berfikir seorang muslim agar ia tak terlalu jauh dari hakikat yang seharusnya manusia fikirkan. Dalam Islam tak ada yang namanya kebebsan mutlak. Karna pada dasarnya Islam atau setiap agama mempunyai ikatan yang membatasi seseorang untuk melakukan hal yang buruk dalam pandangan agamanya. Makna akidah yang berarti ikatan juga perjanjian menjadikan seseorang muslim diatur  dalam bingkai syariah (hukum Islam). Itulah makna syahadat yang di dalamnya mengandung makna penyerahan diri pada Allah dan persaksian bahwa tak ada Tuhan selain Allah. Secara simbolis menjadi seorang muslim adalah seorang hamba, yang tak lain mengabdikan dirinya untuk Allah dalam setiap jalan kehidupannya. Dan inilah yang sering kita lupakan. 

Islamic Worldview  mencakup konsep Tuhan, konsep Manusia, konsep Wahyu, konsep agama, konsep ilmu, konsep kitab suci, konsep Nabi, konsep kebenaran. Antara satu konsep dan yang lainnya berkesinambungan dengan yang lainnya. Karna pada dasarnya konsep-konsep ini memiliki ikatan yang kuat. Yang menjadi sentral dalam setiap agama adalah konsep Tuhan. hingga inilah yang membedakan agama satu dengan yang lainnya. Pluralisme menjadi konsep gagal yang banyak dipahami masyarakat sebagai konsep yang ideal. Dengan premis bahwa setiap agama mengajarkan kebenaran bukan kejahatan maka setiap agama adalah sama. Premis yang tak mendasar sama sekali, premis ini menjadi salah karna diambil dan point yang salah. Dimana Sentral agama ada pada konsep ketuhanan seseorang. Dan setiap agama memiliki konsep Tuhan yang berbeda maka jelas setiap agama adalah berbeda. Bahkan kita sangat paham dalil dalam Al-Qur’an bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Islam. Lalu dimana letak kesamaan itu?. 

Dalam filsafat Yunani, Aristotle menyebutkan adanya Tuhan dengan bahasanya yaitu “ Unmoved mover” karna munkin ia meyakini adanya Tuhan namun tak menyebut namanya. Lalu pendapat Epicurus yang menyebut adanya Tuhan namun ia membatasi daya gerak Tuhan yang tidak bisa mengintervensi hambanya. Dalam agama Hindu mengenal Tuhan yang banyak/banyak Dewa. Dalam agama Budhha mengenal Tuhanya sebagai sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan tidak diciptakan. Yang mutlak. Dalam Yahudi mengenal Yahweh sebagai Tuhan. Kristen yang terkenal dengan trinitasnya. Bahkan di Era Modern Tuhan dianggap telah mati oleh banyak kalangan Barat “ God is dead and we have killed him”. Dampak Pluralisme sudah sangat melekat pada msyarakat bahkan banyak juga yang  terjerat dengan atheisme. Dimana ia tak mempercayai adanya Tuhan. 

 Hingga banyak tokoh pluralis yang menganggap Islam adalah agama yang intoleran karena menganggap  agamanya yang paling benar dan yang lain salah. Dalam sebuah buku yang berjudul “ When religion becomes evil” oleh Charles Kimbal bahwa salah satu agama jahat adalah apabila  agama tersebut mengajarkan bahwa ajaran agamanya sajalah yang benar dan lainnya salah. Sungguh ini merupakan ranah yang tak bisa dicampuradukan. Sejak kapan makna toleran dan intoleran masuk dalam unsur akidah di dalamnya. Jika kita menganggap semua agama adalah benar lalu untuk apa beragama?. Lalu keyakinan mana yang bisa dipegang?. Apa makna keyakinan itu sendiri?. 

Ada tiga alsan dalam Islam untuk menolak pluralisme, yang pertama dalam fakta historis yaitu ketika Rasulullah mengirim surat pada raja-raja di negara non muslim untuk mengajak masuk dalam agama Islam. Tentu ini merupakan bukti historis yang nyata tentang pentingnya dakwah dan ada contoh dari Rasulullah. Yang kedua alasan teologis turunnya surat Al-kafirun yang dalam hal ini Rasulullah diajak menyembah berhala oleh Kafir Quraisy yang dengan syarat mereka juga akan menyembah Allah. Dan alasan yang ketiga adalah alasan Da’wah jika semua agama sama maka tak ada kata dakwah dalam kehidupan manusia, dimana seseorang mengajak kepada kebenaran yang diyakini. 

Bagaimana konsep Tuhan dalam Islam?. Konsep Tuhan dalam Islam sangatlah jelas,Tuhan dalam Islam  disebut Allah, yang disematkan oleh Allah sendiri. Tuhan dalam Islam tersimpul dalam kalimat Tauhid. Tauhid dalam Islam berarti mengesakan Allah dalam seluruh dimensinya, rububiyah ( pencipta alam semesta), uluhiyyah ( Ketuhanan), ‘ubudiyah (penghambaan). Dan Tauhid ‘Ubudiyah inilah tujuan risalah Nabi dari Adam hingga Nabi Muhammad yaitu mengajak menyembah pada Allah saja. 

Islam secara bahasa bermakna ketundukan, merendahkan, menghinakan dan kepatuhan. Ini yang menyebabkan seseorang akan selalu di dalam kendali kebaikan karna peraturan itu terpatri dalam sanubarinya. Ia percaya akan kekuatan yang Maha Besar yang selalu melihat perbuatannya, mempercayai akan hari pembalasan sekecil apapun perbuatannya itu. Hingga Islam akan menjadi rahmat bagi penganutnya. Dimana ia mempunyai hubungan yang baik pada Tuhannya, dan juga hubungan yang baik pada sesamanya. 

Maka Tauhid akan memberikan pengaruh dalam kehidupan seorang muslim, dimana ia mempunyai percaya diri, keberanian dan harapan yang tinggi dimana tujuan hidupnya adalah untuk mencari ridho—Nya  dan kebahagiaan yang kekal  di syurga-Nya. 

Avnie suhayla

#resume SSPI Intermediet konsep Tuhan by Dr. Nirwan Syafrin Manurung

      

Komentar

Postingan Populer