Indahnya Kesabaran Bersinergi dalam Mempersatukan Ummat




Indahnya Kesabaran Bersinergi Dalam

 Mempersatukan Ummat

Persatuan Indonesia, sebuah dasar negara sila ke tiga yang menjadi landasan untuk mencapai tujuan yang di idam-idamkan. Para pemikir pun tentu mengetahui dengan jelas mengapa persatuan merupakan hal urgent yang harus diperjuangkan. Dalam hal ini pun Allah Jalla Jalaaluh menjelaskan pentingnya persatuan “Dan taatilah Allah dan rasul-Nya dan jangan kamu berselisih , yang menyebabkan kamu menjadi gentar, dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar” {Al-Anfal: 46}.  Begitulah dijelaskan bahwa perpecahan menjadi sumber hilangnya kekuatan, tameng kemuliaan sirna hingga hilang juga nilai-nilai kepatriotan. 

Bila kita melihat pada sejarah yang ada, sudah cukup mengisyaratkan pada kita bahwa kekuatan persatuan mengukuhkan peradaban. Dalam waktu yang singkat kekhilafan dari zaman Rasulullah hingga Utsmaniyah eksis dengan wilayah kekuasaan yang tersebar dimana-mana setelah dikuasai lama oleh Romawi dan Persia dua kerajaan yang besar sebelum Islam dimunculkan kembali oleh Nabi Muhammad. Kekuasaan yang berpusat dengan persatuan iman setiap wilayahnya membuat  kekhilafahan menjadi kuat. Namun apa yang terjadi setelah tidak ada lagi khilafah. Ketika penjajahan merajalela menguasai wilayah-wilayah Islam dan membaginya menjadi negara-negara yang kecil. Memberikan wasiat pemikiran sekuler agar Negara Islam meninggalkan prinsip baku dalam bernegara, meninggalkan Qur’an dan syariat sebagai dasarnya. Menerima demokrasi sekuler dengan mentah. Saat itulah terjadi kemunduran peradaban. Sebagai bukti Turki yang dahulu memilih menyingkirkan kekhilafahan Utsmani dan menukarnya dengan Demokrasi sekuler dan menetapkan negaranya sebagai negara sekuler, merekalah negara yang pertama kali hancur saat itu. Namun ketika Turki kembali pada syariat Islam dan meninggikan Al-Qur’an maka lihatlah bagaimana kekuatannya saat ini. perbedaannya adalah ketika Barat berkembang karena meninggalkan agama namun Timur mengalami kemunduran ketika meninggalkan agama. Sungguh terlihat jelas bagaimana sempurnanya Islam hingga ia mengelola kehidupan beragama.

Bagaimana dengan Indonesia? Tidak jauh dengan negara-negara mayoritas lainnya. Sebab keterbelakangan ummat ada yang menyatakan penjajahan sebagai sumber keterbelakangan, namun ada juga yang berpendapat bahwa hal ini disebabkan karenakebodohan ditengah umat, kerusakan akhlak, kondisi jumud dalam pemikiran dan keilmuan.

M. Natsir menyebutkan ada tiga tantangan dakwah Islam secara menyeluruh. Yaitu Pemurtadan, Sekulerisme, dan Nativisasi. Rupanya inilah yang menjadi awal sebab dari perpecahan ummat. Propaganda pemikiran-pemikiran Barat yang telah disusun dan di rancang dengan sangat baik. Hingga pokok landasan pemikiran inilah yang membuat sebuah perbedaan pendapat yang seharusnya tak perlu ada. Warisan penjajahan Belanda dengan jargon mereka ‘gospel’ menyebarluaskan pemahaman bathil yang merusak generasi Islam dalam memandang suatu hal.  Pemikiran Liberal yang merangsang semua orang untuk menuhankan pikirannya tanpa mengerti batas-batasnya membentuk sebuah kebebasan berfikir yang systematis hingga keluar dari koridor yang sebenarnya. Dengan dalih terus mencari kebenaran dengan melanggar persepsi  mutlaq dalam beragama. Liberalisasi, pemurtadan, sekulerisasi, nativisasi dan berbagai pemahaman ini ditelan mentah oleh banyak pelajar atau mahasiswa yang haus akan pengetahuan. Bagaikan gelas-gelas yang kosong maka ia akan dengan mudah menyerap segala apa yang diterimanya tanpa berfikir kritis. Kekosongan hati dan kelemahan dalam memahami agama ini yang membuat virus-virus itu dengan mudahnya berkembang biak dalam tatanan masyarakat. 

Namun perlu kita ketahui bahwa upaya untuk meng-counter pemikiran-pemikiran ini telah lama diupayakan. Sosok-sosok pejuang Islam dalam Dakwah Islam selalu muncul ketika kerusakan  moral semakin rusak. Para pembaharu dan mujahid akan muncul dalam setiap massanya. Tapi apa yang membuat   pergerakan ini belum menuai hasil yang di idam-idamkan. Jawabannya adalah Kurangnya Kesabaran dalam bersinergi. Tentu kita mengetahui bahwa medan dakwah sangat luas dalam berbagai segi kehidupan. Dan tak mungkin atau sangat jarang seorang bisa mengusai segala bidang untuk berjuang menegakkan dakwah di dalamnya, hingga  yang di butuhkan oleh sekolompok orang yang ikhlas menginvestasikan kebaikan dirinya untuk bersinergi membuat sebuah keterikatan Dakwah dalam setiap bidangnya.

Bagaimana kita kita melihat kekuatan Fir’aun yang bukan hanya bersifat pada pemimpinnya saja namun juga bersinergi menjadi tiga kekuatan besar.  Yang mana Fir’aun menjadi pemimpin Dzolim yang  ditakuti. Hamman seorang panglima perang yang disegani dan mempunyai taktik luar biasanya. Juga Qarun Sang miliyarder tak tertandingi saat itu yang dengan sigapnya berkolaborasi dengan Fir’aun untuk memusnahkan musuhnya. 

Teladan Rasulullah pun begitu, ketika semangat untuk bersinergi mengencangkan pasak-pasak dakwah Islam dalam setiap elemennya. Khulafaur Rasyidin yang dengan sigap membela dan menjadi penasehat setia. Ada Kholid bin walid sebagai pedang Allah yang terhunus, ada Abdurrahman bin Auf sebagai pengusaha yang akan dengan sigap memberikan apapun untuk dakwah Islam. Juga banyak keistimewaan para sahabat dalam setiap bidangnya yang dengan sigap membela dakwah.

Kekuatan bersinergi memang haruslah membutuhkan sebuah kesabaran. Tampaknya sikap sabarlah yang banyak menggugurkan para pejuang Islam. Hingga setiap kelompok memandang  jalan yang di tempuhnyalah  jalan terbaik dalam menyatukkan ummat. Mencita-citakan persatuan visi dam misi mungkin adalah sesuatu yang susah untuk diraih, namun ia bisa diusahakan  dan itulah yang membuat sebuah pergerakan yang berlandaskan atas dasar keimanan terus berlanjut hingga hari ini. keyakinan akan janji Allah atas kemengan Islam memang takkan pernah tergoyahkan meski hari ini terlihat ribuan orang menghancurkan bangunan pondasi kekuatan Islam yang perlahan diupayakan. Dalam setiap massa para personil ini pasti akan tersaring oleh keganasan modernisasi dan westernisasi dunia. Akan muncul musuh Islam dari belakang layar yang mengadu domba dan akan hadir pemikir atau ilmuan yang berwajah munafiq membela mereka. Namun dalam massa yang sama Allah akan munculkan pula tokoh pejuang Islam yang dihiasi dengan bingkai keikhlasan, selalu memperjuangkannya dan meneguhkan maknanya. 

Dan regenerasi adalah sesuatu yang patut untuk dipersiapkan dengan segala upayanya. Untuk melahirkan seseorang yang tergiur oleh akhirat di tengah jutaan orang yang berlarian mengejar dunia. Memunculkan generasi yang menangis takut kepada Allah di tengah himpunan orang yang dengan bangga membusungkan dada. Mencari seseorang yang menjauhkan perselisihan dan persengketaan, di antara orang-orang yang perang mengatas namakan Agama. Disinilah peran pemuda yang berpotensi kuat mengukuhkan persatuan Islam. Rindu yang mempertemukan pada individu-individu yang mencurahkan segenap daya mereka dengan penuh kesabaran untuk satu tujuan yang mulia yaitu kejayaan Islam dan  menyentuh setiap individu akan kebenaran Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. 

Avniesuhayla

Komentar

Postingan Populer