Visi dan Misi Para Penghafal Qur'an

Visi dan Misi Para Penghafal Al-Qur’an

Sebuah Kisah bagaimana agar mempunyai hafalan yang kuat .

Menghafal Al-Qur’an itu memang butuh perjuangan, tak afdhol rasanya jika dalam prosesnya tak tangisan atau tekanan. Entah tangisan karena menghayati maknanya atau tangisan karena tak lancar dalam menghafalnya. Yaaa,... memang sesuatu yang mulia harus di raih dengan sebuah perjuangan yang mulia pula. Itulah mengapa jalannya itu begitu sulit selalu di hadang oleh hawa nafsu yang jahat, karena hadiah dari itu semua adalah syurga tempat yang sangat indah, jikalau hadiah dari kesabaran dalam iman itu hanya kipas angin atau jam dinding pasti rasanya beda.

Kisah ini saya dengar dari musrifaah Al-Qur’an saya. Seorang hafidzoh yaang sangat tegas dan mungkin terlihat agak galak, namun sesungguhnya beliau adalah sosok yang memegang komitmen tanpa kompromi. Jangan pernah melihat ekspresinya ketika kita nervous ketika menyetor hafalan karna seketika hafalan itu akan kocar-kacir entah kemana.

Kisah ini merupakan akibat ulah saya yang mengambil waktu panjang dalam ujian Qur’an setelah satu juz selesai. Murajaah maksimal namanya, karena dari hafalan yang di setor satu hari dua halaman itu, yang nyangkut  hanya sedikit dan terkesan seperti hafalan baru, jadi bagaimana bisa maju untuk hafalan pikir saya yang sebenarnya ketakutan.

Beliau memulai ceramahnya hampir sejam mungkin dan teman setelah saya tak kebagian menyetorkan hafalannya karena sudah waktunya untuk berangkat kuliah. Namun kisah ini merupakan sebuah ide cemerlang yang bisa kita ambil hikmahnya. Beliau bercerita bahwa  beliau  mempunyai sahabat setia yang mempunyai visi dan misi yang sama, yaitu istiqomah menghafal Al-Qur’an. Sampai saat ini persahabatan itu masih dalam terikat misi, meski jarak yang jauh terpisah ukhuwah itu masih dirasa.

Beliau mempunyai dua sahabat. Sahabat yang pertama katakanlah Aisyah yang mempunyai tugas pertama untuk membangunkan yang lain. Kak Aisyah bangun jam 12 lalu melaksanakan sholat malamnya sampai jam 2 lantas membangun teman yang satu lagi, anggap saja Kak Rania namanya, ia dibangunkan oleh Kak Aisyah jam 2 dan menunaikan sholat malam  dan musrifah saya dibangun jam 3 untuk sholat malam. Begitu setiap hari sampai saat ini. luar biasa kan. Inilah sahabat dalam ketaqwaan.

Beliau menekankan bahwa hafalan bisa kuat jika kita sering mengulang-ulangnya dalam sholat kita. Terutama saat Qiyamul lail. Mereka telah menikmatinya dan melaksanakannya dan itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Sebuah amal sholeh yang dibangun bersama. 

Beliau memberikan tipsnya untuk bagaimana setelah hafalan baru bisa langsung ujian agar tidak memakan waktu lama untuk murajaah. Caranya begini, hafalan yang disetor hari ini di murojaah dalam sholat malam, bahkan luar biasa jika dalam sholat lima waktu. Setiap hafalan bertambah murajaah pun ditambah. Kita bisa melafadzkan satu halaman atau dua halaman pada rokaat pertama dan satu atau dua halaman dalam rokaat kedua. Jika kita melakkan empat rokaat dalam sholat tahajud maka kita telah memurojaahkan hafalan delapan halaman. Jika kita rutin melakukannya, hafalan akan semakin lekat dan mudah. Begitulah beliau dengan tegas memotivasi.

Dari 3 sahabat ini, setiap orang memiliki prinsip sendiri dalam hafalan. Kak Aisyah yang paling semangat dalam menghafal meski hafalan agak lambat namun motivasinya terasa tersalur pada  teman yang lain, cepat dan lambat dalam menghafal bukanlah sebuah kendala, namun ia merupakan berkah yang besar dari Allah untuk kita. Jika terasa agak susah maka Allah ingin kita berlama-lama bersama dengan Al-Qur’an tandanya ia takkan ingin jauh dari kita. Jika seseorang diberi karunia cepat dalam menghafal maka ia pun telah di beri nikmat yang banyak. Bersyukurlah dan jangan sombong.

Kalau Kak Riana juga semangat dalam menghafal namun terlihat sedikit santai. Berbeda denngan Musrifah saya yang komitmen dengan target-targetnya, beliau takkan mau menambah hafalan sebeluam ia lulus ujian per juz. Dan memberikan hadiah pada dirinya sendiri jika ia berhasil menyelesaikan targetnya. Yaaa... semacam apresiasi untuk dirinya , hadiah kecil yang ia senangi seperti makan enak atau jalan-jalan atau sekedar membeli barang ia sukai. 

Beliau  menjelaskan kembali jika seseorang yang menyetorkan hafalan dengan mutqin tanpa terbata-bata akan lebih kuat hafalannya meski disambi dengan pekerjaan lain. Jadi bukan hanya sekedar yang penting hafal lalu tak memperhatikan tajwid dan kelancarannya. Namun hafalan itu adalah usaha terbaik yang kita miliki. Disimak dengan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah di luar kepala, jadi ia bisa dibawa sambil nyuci, sambil masak atau pun sambil bersih-bersih. Di setiap aktifitas bisa mengulangnya kembali.

Point yang kedua adalah pentingnya mengujikan hafalan. Jangan menundanya atau pun menggampangkannya. Karena itu merupakan salah satu cara  untuk memutqinkan hafalan. Terbukti bahwa  musrifah saya bisa mengujikan hafalannya per 5 juz. Sungguh bagi seorang pemula itu merupakan hal yang sulit namun bisa diusahakan dan diikhtiyarkan. Sahabatnya yang lain seperti Kak Aisyah dan Kak Rania tak bisa menujikan hafalannya per 5 juz pada saat yang sama. Karena tak berkomitmen untuk mengujikan hafalan per juznya di awal, jadi upaya murojaah jadi makin maksimal jika ingin mengujiakannya.

Terakhir beliau menyarankan untuk murajaah dengan cara tilawah. Sampai ia terbiasa dalam lisan kita. Tak ada yang hilang atau pun terselip dalam hafalan lama. Namun kita selalu mengusahakannya dalam hati, pikiran dan lisan kita. Contohnya jika kita sudah hafal 30 juz maka target tilawah 3 juz, dibagi menjadi 3 bagian, dimulai dari juz 1, 11, dan 21. Beggitu seterusnya. 

Semoga sedikit tips ini bisa bermanfaat untuk kita yang juga menginginkan mutqin dalam hafalan Al-Qur’an. Teruslah optimis dengan usaha dan do’a. Mengikhlaskan niat dan mendambakan syurga. Serta berusaha mentadubbrinya agar ada rasa indah saat bercengkrama dengannya. 

Avnie suhayla

   

Komentar

Postingan Populer