Bukan pencitraan tapi merekayasa kebaikan
Bukan pencitraan tapi merekayasa kebaikan
Entah mengapa rasa keislamian timbul saat bulan Ramadhan. Ketika semua orang mengambil peran dalam menciptakan lingkungan yang Islami. Suasana nyaman dalam lingkup yang besar. Saat semua artis mendadak jadi Islami. Iklan pun tak kalah mengambil peran. Pasti terbayang selalu iklan syrup yang segarnya dinanti saat berbuka. Atau iklan mie seduh yang enak disantap saat sahur. Belum lagi tak lupa iklan obat magh penangkal mujarab bagi penderitanya. Suasana begitu dramatis lagi ketika film-film di televisi mendadak Islami pula, belum lagi obrolan entertaiment yang presenternya mendadak menjadi cantik dengan kerudung di kepalanya dan koko keren bagi presenter laki-lakinya. Semua mengambil peran kebaikan dalam bulan suci ini.
Di sekolah-sekolah sibuk mengurus pesantren kilat dengan banyak programnya. Dari anak usia dini sampe tingkat tinggi di perguruan mempunyai target sendiri dalam pencapaian amal kebaikan di bulan ramadhan. Semangat untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an dan juga sedekah gencar dilakukan. Di bulan ini seakan awam hitam tlah sirna dan tergantikan dengan matahari yang cerah.
Namun di bulan lain terasa kadang sungguh berbeda. Bahkan banyak dari muslim lupa akan sholat wajibnya karna keasyikan mencari penghidupan. Yaaa ia lupa meminta terhadap yang maha Memberi Rizki. Ia terlupa, bahkan tak ada yang mengingatkan terlebih semua orang juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Anggota keluarga yang sudah mempunyai agenda padat sendiri-sendiri. Terlebih stasiun televisi yang menyediakan aneka hiburan yang melalaikan. Kehidupan mengejarnya tanpa menyisakan waktu untuk akhiratnya. Dan ia tertawan dalam sebuah roda kehidupan.
Dalam kehampaan tak ada yang mengambil peran ini di masyarakat. Ada yang mengingatkan namun segelintir saja. Orang tua tak mengambil peranya untuk menciptakan suasana nyaman dan harmoni dalam keluarga. Mungkin teori ini bisa digunakan yaitu rekayasa kebaikan. Bayangkan jika seseorang memasuki masjid yang ternyata sangat banyak orang di dalamnya. Membuat halaqah-halaqah tahsin Al-Qur’an. Sebagian yang lain mengerjakan sholat sunnah. Sebagian yang lain sibuk tilawah. Ia memasuki kawasan yang tenang dan nyaman. Suara gemuruh kesemangatan beribadah pun timbul dalam dirinya. Otomatis hatinya tergerak pula melakukannya meski sebelumnya ia terheran dengan kejadian ini. Namun pasti dirinya ingin pula mengerjakan amalan yang banyak di lakukan orang. Inilah rekayasa kebaikan.
Jika dalam sebuah asrama atau kos-kosan mahasiswa seseorang memulai membaca Qur’an dengan lantangnya dan merdu lalu membangkitkan naluri temannya yang lain. Menggerakkan tangan untuk mengambil mushaf dan membacanya, ternyata teman seelahnya pun tergerak, ia juga tak mau kalah dalam hal ini . Hingga suasana itu terbangun. Menjadi suasa yang nyaman dan tenang, terselip ribuan kebahagiaan di dalamnya. Maka tentu kita tlah mengambil peran kebaikan dalam memulai kebaikan. Maka ambil peran itu.ciptakan suasana kebaikan bukan terjebak dalam suasana ketidaknyamanan dan terpaksa mengikutinya.
Banyak orang mengikuti tingkah laku kebanyakan orang. Munculah sifat ketidaknyamanan jika ia berbeda dengan yang lainnya. Lantas awalnya ia melakukannya dengan dalih ikut-ikutan. Seperti fenomena “om telolet om” yang menjadi trending topic waktu lalu. Bahkan masih dilakukan sampai saat ini. ini menandakan bahwa masyarakat kita hobi dengan mengikuti tren zaman dalam bahasa halusnya. Namun terkesan ikut-ikutan dan kehilangan identitas.
Jika kita bisa mengambil peran kebaikan dan menjadikan arus kebaikan itu mengejawantah pasti kita yang melakukannya juga mendapat pahala orang yang mengikuti perbuatan kita tanpa mengurangi pahala seseorang itu. lalu apa ruginya untuk kita. Ciptakan suasana itu, buat arus kebaikan dan sebarkan.
Jika sejarah berbicara bagaimana bisa Ahli Hadits dahulu bisa berjalanan dengan perjalanan jauh hanya untuk mencari sebuah ilmu ringan bagi mereka?, salah satunya adalah kebutuhan dan juga lingkungan yang mendukung dan contoh yang banyak. Hingga trending topic saat itu adalah sebuah karya yang fonemenal seperti buku-buku yang dihargai mahal oleh negara. Haus akan ilmu bagai arus yang kuat membawa para pembelajarnya.
Jika kita lihat saat ini. Arus apa yang cepat sekali meluas. Jarang sekali arus kebaikan mengambil peran lautan kehidupan ini. lebih sering arus-arus yang membuat seseorang lalai dengan sebutan dirinya seorang hamba. Masih dalam topic yang sama, fashion, food, film,fun atau biasa kita dengan F4. Boleh lah sesekali, namun bukan itu tujuan kita. Sangat rendah sekali jika yang kita kejar dalam hidup ini adalah empat hal tersebut.
Merekayasa kebaikan bukanlah sesuatu yang buruk lalu diberi pencitraan menjadi baik. Namun bagaimana kita bisa menciptakan kondisi menjadi baik dan mempengaruhi seseorang menjadi baik. Simple kan, setiap kita pasti bisa menyebarkan virus kebaikan ini. Mari Bersama-sama merekayasa kebaikan bahkan bisa menjadi inisiator kebaikan dan investor kebaikan.
Avnie suhayla
Komentar
Posting Komentar