Kelembutan yang tertunda

Kelembutan yang tertunda

Seseorang yang sering berpindah-pindah tempat pastinya pernah merasakan hal ini. ketidaknyamanan, kurang keadilan, kebosanann, atau yang terparah mungkin penyiksaan hati, wuihhh..... dasyat. Yaa pasti begitu. Apalagi buat anak kos atau seorang yang sering berpindah-pindah tempat bertinggal, karena sebuah alasan tertentu, namun tidak semuanya jelas, karena ada juga sih yang pindah-pindah kos karena pekerjaan. Hmmm yaaa, setiap seseorang pasti punya kisahnya sendiri, demikian pula aku,  riwayatnya gak serem-serem amat sih, tapi setelah kuteliti dengan penelitian tanpa data  atau hanya praduga aja, bisa diambil kesimpulan disetiap suatu tempat ada ujian atau adaaaa aja orang yang membuat ketidaknyamanan, mungkin hanya satu orang saja, dan berbeda di setiap tempat. Tapi kenapa yaa, kasusnya pasti sama, ada orang rese’, terlalu ikut campur, atau kasar keras kepala, dia yang gak ngerti  sedang menyakiti hati, cieeee lebay yaa. Tapi buat jiwa-jiwa melankolis kayak aku gak bisa diperlakukan seperti itu, terutama unsur kekecewaan yang dalam.

Dari dahulu banget aku punya presepsi bahwa seorang yang menghafal Qur’an dalam hatinya pasti ada cahaya,yaa benarr pasti ada cahaya. Dan setiap aku menemukan  ia yang lancar menghafalkannya dengan indah pasti punya hati yang lembut, murah senyum, suka berbagi canda dan tawa. Sejuk dipandang, enak buat diajak diskusi atau sekedar ngobrol dan menerima siapapun, mengajak pada kebaikan kepada siapapun. Itu dia garis besarnya presepsi yang tinggi, kadang aku lupa tak semua orang mungkin seperti itu, entah apa sebabnya. Karena apa atau bagaimana. Yang jelas aku ingin  berbagi sesuatu yang membuat seseorang tau akan hal ini. bagaimana mungkin cahaya itu pudar, bagaimana bisa cahaya itu berubah menjadi merah saga yang menakutkan. Sebuah kesalahan besar. Seseorang yang selalu meminta kesempurnaan pada orang lain namun dirinya seakaan merusak semangat jiwa, menghancurkan keteguhan dan  kepercayaan akan kesanggupan dirinya. Mungkin aku mengalaminya dalam hal ini. Dalam sebuah kisah tak kasat mata

Jadi gini looo ceritanya, niatku kuat banget pengen ngafalin Al-Qur’an, semoga  Allah selalu membantuku yang pas-pasan ini. setidaknya sebelum mengakhiri masa-masa kesendirianku ( hihihi) ada hadiah  terindah buat kedua orang tuaku. Juga hadiah buat anak-anakku yang bisa belajar ngaji dan mengetahui agama dari ibunya sendiri. Sekarang nih,... untuk mewujudkannya aku tinggal di sebuah rumah Qur’an. Semuanya menyambut, indah dan hangat. Setiap pagi dan setelah magrib tugasnya adalah menyetor hafalan. hari-hari pertama masih sangat semangat, sehari mungkin bisa 5  halaman, di pagi 2 halaman, dan di maghrib 3 halaman, mengingat  aku kuliah juga. Nah,.. semakin hari bukan semangat kurang berkurang namun kepercayaan diri yang merendah dan merunduk,  bukan karena suatu alasan males sih,... karna sebisa mungkin aku buang jauh-jauh, meski kadang sering tiba-tiba ada rasa kantuk menyerang dan kerajaan api membabi buta. Beliau seorang ustdzah yang hafalannya keren banget, gak perlu pake qur’an lagi deh kalau lagi nyimak. Apa sih yang kurang. Perfect hafalannya. Tapi yaa gitu, kekecewaan itu lahir disini, seperti yang aku dah jelasin diatas, seorang yg biasa  kuketahui itu lembut, ramah, murah senyum. Disini enggak, mau ngafalin aja kadang aku kurang percaya bisa, coba bayangin, satu kesalahan aja mukanya dah berubah bener- bener gak ngenakin, suaranya meninggi, marah terlihat. Siapa sih orang melankolis yang gak takut digituin, buat perasaan yang teraduk-aduk jadi memuncak dan melebar. Hafalannya mungkin dah gak bisa dicari kemana-kemana. Gak hilang sih, Cuma dah gak fokus, dan rasanya Cuma pengi nangis aja yaaa. Kan  cewek kalau udah nangis yang diinget apa coba,....lost focus.

Sebel plus kesel pula lah,.... namanya juga sensitiffisme itu gak mudah dirubah. Nyatanya beliau menyamakan dirinya dengan orang lain. Aneh yaaa, kelembutan itu tak tampak sama sekali. Gak nyalahin sih, Cuma kita harus ambil ibroh dari crita ini. kelembutan Allah menyapa hambanya dengan kalimat bismillah “Dengan menyebut asma Allah yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang”, menjawab segalanya. Ia merengkuh hambanya yang dosanya seberat apapun, karna Allah maha pemberi taubat. Allah sangat bahagia dengan seseorang yang senantiasa bertaubat. Hmm,...... indahnya kasih Allah itu nyata terasa.

Ada banyak hikmah yang bisa kita ambil. Cinta, ia berkuasa kuat pada setiap hambanya, ketika cinta pada Allah menghagemoni, maka cinta itu memberikan kerja besar pada kedamaian hati. Mengingat ciri-ciri orang yang Allah cintai itu adanya kelembutan pada dirinya. Seperti kelembutan Rasulullah pada orang buta yang memakinya, kelembutan abu bakar pada kekasihnnya Rasul, umar yang memutuskan lebih mencintai Rasul dari dirinya sendiri. Juga merupakan keputusan dan evaluasi dini. 

Jika anda pernah mengalami hal yang sama, jika saat itu pengen nangis, yaa nangis aja keluarkan unek-unek tapi jaga lisan dan hati jangan sampai ada do’a-do’a jahat dari syeithan yang menyarang, do’akan terus dengan Allah memberikan kelembutan hati atau cepat memberikan jodoh dan juga juga menguatkan hati. Yaa Allah mengabulkan do’a ia yang terdzolimi. Bahaya jika ternyata do’a jahat itu naik keatas benar-benar terjadi lalu kembali pada diri kita sendiri. Naudzubillah.

Kita tegar, karena kita yang memutuskan. Semoga Allah selalu memudahkan tujuan kita. Kita yang memulainya, dan kita yang merasakannya. Bantu do’a yaa kawan . semangat kawan.

Komentar

Postingan Populer