siapakah diriku??
Ada pepatah
mengatakan “If you fail to plan, you are planning to fail” jika kamu gagal
dalam menyusun strategi maka kamu telah menyusun kegagalanmu. Pepatah ini memberikan
gambaran bahwa dibutuhkan strategi untuk
sukses menjalani kehidupan, tegas dalam mengambil sebuah tindakan, tidak terhanyut dalam waktu luang atau tidak menyia-nyiakan
waktu dengan segala sesuatu yang tidak
bermanfaat. Seorang tukang bangunan harus membuat gambaran arsitek dan desain
rumah jika ingin membangun rumah yang bagus. Bisa dibayangkan bagaimana
hasilnya ketika seorang tukang bangunan yang
memulai pekerjaannya dengan merancangnya terlebih dahulu, pasti
pekerjaannya tidak akan pernah selesai dan hasilnya tidak akan memuaskan juga
dengan waktu yang terbuang. Begitu pula seorang prajurit akan berperang ,
beribu macam strategi harus ia miliki agar , cara kerja tertata dengan rapi dan
musuhpun kocar-kacir kewelahan dan kemenanganpun teraih. Juga seoran ibu yang
hendak berbelanja ke pasar , pasti akan lebih mudah dan menyingkat waktu jika
dari rumah sudah dipersiapkan semua yang akan dibeli. Lain halnya jika ia tak
mengetahui apa yang akan dibelinya pasti akan lebih banyak waktu terbuang. Mondar-mandir
tanpa tujuan dan jika sudah terbeli lalu sampai rumah pasti ada saja barang
yang terlupakan meski hanya sebungkus garam. Apalagi
seorang hamba yang menjalankan roda
kehidupan yang pada masanya nanti perjalanan itu bisa tiba-tiba saja berhenti. Karena maut memang tak pernah
memilih ketika tuhannya berkata bahwa ajalmu telah datang, maka manusia pasrah
dengan ketetapan yang ada. Karena pada dasarnya manusia memiliki waktu yang
sempit dan tak tereka-reka. maka sangat perlulah adanya strategi hebat seorang
muslim untuk menggunakan seluruh waktunya tanpa berleha-leha juga kehilangan
banyak waktu yang ia miliki sedangkan ia belum melakukan apapun. Itulah yang banyak terjadi di sekitar kita. manusia
bingung dengan tujuannya sendiri, tidak memiliki goal atau tujuan yang jelas
dalam kehidupannya , maka sering kali terlihat kita melakukan sesuatu yang
sangat tidak bermanfaat atau malah membuang-buang waktu tersebut. Maraknya pemuda
yang terseok-seok kebingungan akan tujuan, visi dan misi sehingga ia lebih
tenggelam dan terlarut pada dunia khayalannya di jejaringan sosial juga segala
bentuk media entertaiment . lebih memilih diam tak bergerak , berbicara tanpa
kata, terkenal tanpa imbalan, dipuji dan diperhatikan dengan kefanaan. Jiwa seperti
apa yang terlahir dari hati yang kosong. Seperti singa yang tak ditakuti
musuhnya ketika terus mendekam dalam kandangnya. Seperti air yang keruh ketika
tak mengalir bersama alirannya lantas mengangkut semua kotoran lalu membusukkan
warna dan baunnya. Maka buatlah target kehidupan itu sekarang, target perhari
, per minggu , per bulan. Satu tahun
kemudian lima tahun kemudian. Sepuluh tahun kemudian. Buatlah target itu tentukan visi dan misinya jadikan dirimu
bukan hanya baik untuk dirimu tapi juga untuk saudaramu.
Dalam neurogical
level ( level pemikiran). Seorang pakar menyatakan Kadar pemikiran orang berbeda-beda
dan pemikiran itulah yang mempengaruhi tingkat kecerdasan dan pola pikir
seseorang.
1. Dari sisi lingkungan (Environment). Segala bentuk
kejadian yang terjadi disekeliling kita.
Karena kejadian ini begitu nampak oleh mata kita maka ini merupakan standar
pikiran seseorang. Dan biasanya pertanyaan-pertanyaannya berupa, kapan?, dan
dimana?.
2. Dari sisi
perilaku (behaviour). Pemikiran manusia yang pertama muncul dalam benaknya. Biasanya
kalimatnya adalah “apa yang harus saya lakukan”
3. Dari sisi kemampuan (capability). Yaitu bagaimana
seseorang merealisasikan dari apa yang dia lakukan , biasanya kalimatnya berupa
“ bagaimana caranya agar aku
melakukannya”
4. Dari sisi keyakinan ( value/belief). Yaitu derajat
pemikiraan seseorang ketika dia berfikir “ kenapa hal ini penting bagiku”
5. Dari sisi identitas (identity). Yaitu ketika
seseorang mengenal dirinya sendiri, bagaimana seseorang tersebut. Apa tujuan
dan visi misinya , maka ia bisa menjawa pertanyaan “ Siapakah aku”
6. Dari sisi spiritualitas ( spirituality). Puncak pemikiran
tertinggi seseorang ketika ia benar-benar bisa menjawab dan terealisasikannya
pertanyaan yang ia buat : “ untuk siapa aku melakukan ini dan demi apa aku
perjuangkan ini”
Maka terlihatlah jejak pemikiran kita sudah
sampai level manakah?.
Sifat kecerdasan ini terlihat jelas dalam
diri sayyid hasan al-banna. Suatu saat dia ditanya oleh seseorang dan si
penanya mengharapkan Hasan Al-Banna menjelaskan tabiat dirinya. Al-Banna
berkata, "Saya adalah seperti seorang pengembara yang sedang mencari
kebenaran, orang yang mencari jati diri yang sebenarnya, warga negara yang
mendambakan kemuliaan, kemerdekaan, ketenteraman, kehidupan yang mudah di bawah
naungan agama Islam yang lurus. Saya berusaha untuk menerapkan Islam yang
sebenarnya."
Hasan Al-Banna kemudian meneruskan pembicaraannya, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Tuhan alam semesta yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah diri saya yang sebenarnya... Sekarang siapa diri Anda yang sebenarnya?" . sang penanya pun tak bisa menjawab pertanyaan itu. Dan bagaimana dengan anda ?. siapakah anda ?.
Hasan Al-Banna kemudian meneruskan pembicaraannya, "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku adalah untuk Tuhan alam semesta yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah diri saya yang sebenarnya... Sekarang siapa diri Anda yang sebenarnya?" . sang penanya pun tak bisa menjawab pertanyaan itu. Dan bagaimana dengan anda ?. siapakah anda ?.
Komentar
Posting Komentar