Sepakat kita adalah umat islam yang tertidur
Detik ini kita masih merasa dalam keadaan yang tenang, seakan tak ada
gejolak nafas seorang muslim terguncang.
masih merasa nyaman , terlena dengan kenyaman berkomunikasi, terbuai
oleh khayalan efek televisi, tidak memperdulikan visi dan misi. Permisi
mengahadapi krisis imanisasi, tak peduli terhadap luntur jati diri. Dalam
keadaan yang beginipun kita masih merasa bahwa kita, umat muslim masih duduk
dalam permadani indah berkainkan
sutera, bermahkotakan cinta juga kenyang dengan minuman tak terhingga. Apa kita
benar-benar seperti ini?. Yakinkah kita dalam
keaadan yang nyaman. Dalam menjawabnya
bisa disimpulkan dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pertanyaannya adalah seberapa dekat kita dengan ilmu , ilmu yang membuat
kita takut kepada Rabb yang menciptakan diri kita, membangkitkan ruuh islam dan
kebangkitannya , atau malah kita menjauhi ilmu –ilmu itu atau mencarinya dengan
tujuan yang lain. mencarinya dengan tujuan titel atau ijazah, lapangan kerja ?. Lalu seberapa
luaskah islam menyentuh segala aspek kehidupan kita?, apakah dia berada dalam
situasi kemasyarakatan kita, di sekolah, di rumah dijalan atau dimana-mana?
Merasa kenyamanan dan keamanan ketika berada dimanapun. Atau justru kita
menjauhkan islam dari setiap gerakan kehidupan kita? Memisahkan Islam dengan
pendidikan, memisahkan Islam dengan bernegara , memisahkan Islam dengan
sosialisasi. dan menyempitkannya hanya sekedar ritual saja? . Dan pertanyaan
terakhir adalah, apakah kita benar-benar bangsa yang merdeka, bebas dari perbudakan
atau penghambaan terhadap selain ALLAH , entah kepada manusia lain atau uang
atau kekayaan ,kekuasaan , trend zaman, kecantikan?.
Kita benar-benar faham jawaban dari semua pertanyaan diatas bahwa kita sepakat kita adalah umat Islam yang tertidur.
lalu lantas apa akar dari tidur
kita yang begitu lelap? Seseorang
yang tidur atau umat yang tertidur apa yang harus dilakukan ?, seseorang yang tertidur adalah dia yang tak sadar,
begitu pula umat kita tidak sadar denngan genderang perang yang sudah
ditabuhkan , kita tak sadar akan
sekelumit permasalahan-permasalahan yang berada disekitar kita. Sementara musuh
dengan mulut manisnya terus
meninabobokkan kita dengan lantunan yang lembut. maka terbangunlah, dan tersadarlah dulu dari tidur ini. “PEKA”. Kita kehilangan kata ini.
kita tau bahwa pembunuhan meraja lela, kita sadar bahwa tak ada lagi batas
syahwat juga kemaksiatan . kita keilangan kata ini . kepekaan bahwa kita adalah
umat yang sedang sakit. Beranjak dari asumsi
kita bahwa “SHOLAHUDDIN AL-AYUBI”. Yang namanya tak asing, seseorang
penakhluk Al-Quds. Tidaklah lahir begitu saja , tidaklah datang begitu saja.
Menurut sejarah ada banyak konflik dan juga kemorosatan akhlak dan iman umat
sebelum Al-Quds berada di tangan Umat Islam oleh Sholahuddin Al-Ayyubi . yaitu menyebarnya
keserakahan dan kemaksiatan yang sangat dirasakan oleh para ulama dan berusaha
mencari akar dari semua penyebabnya. Beberapa tindakan dilakukan, dari perkumpulan membahas Al-Quds,
orasi-orasi dengan kalimat yang sangat
menyentuh. Namun tak berbekas melainkan hanya beberapa minggu atau bahkan
beberapa hari. Saat itu ulama mencari tau bagaimana agar umat ini bangkit.
Janganlah melihat Al-Quds dulu. Karena sebenarnya itu hanyalah symbol dari
gambaran kekuatan umat. Palestina adalah jantung dari negri Syam, dan
Rasulullah bersabda yang
intinya Jika Syam baik maka umat ini baik , namun jika Syam bergejolak maka sebenarnya umat ini
bergejolak. Yang digaris bawahi disini adalah keadaan kita saat ini.
Setelah mencari akar dari permasalahan umat
ditemukan adalah “PENDIDIKAN”. Munculah sekolah-sekolah yang didirikan ulama
yang tujuannya ingin membangun kecerdasan serta kepedulian umat dan menjawab
solusi dari kemundurannya umat. Karena pada saat itu sekelas madrasah nidzomiyyah
pun yang dibuat oleh NURDIIN ZANKY tak
sanggup menjawab permasalahan umat.dari pendidikan yang sangat baik itu
munculah kesadaran dan kepekaan umat dalam memajukan bangsanya. Semua kalangan,
entah itu kaya maupun miskin, dari segala ormas-ormas lapisan masyarakat
berbondong-bondong untuk berkontribusi dalam kebaikan ini. setiap orang
memiliki rasa untuk meninggikan Islam
daan menguatkannya kembali. “ KESATUAN VISI DAN MISI ,NIAT YANG KUAT, TEKAD
YANG LEKAT.” UMAT BANGKIT, dari kemunduran dan pemikiran-pemikiran liberal saat
itu karena maraknya filsaat-filsafat yang beredar.
Dari situ umat bangkit. Dan sholahuddin al-ayubi
adalah buah manis dari kontribusi, dan tanggung jawab kolektif dari seluruh
umat. Memang harus diketahui masa untuk memperbaiki generasi bukanlah masa yang
singkat , sejak Quds di ambil alih oleh tentara salib atau jauh sebelum itu .
kondisi umat memang tidak sehat. Namun adanya rasa “rasa akan sakitnya umat “,
terobati . dan bangkitlah umat .
Kita lihati bangsa kita saat ini. kita lihat umat
kita saat ini. sudahkah cukup kita merasa kita adalah umat yang sakit. Dan
kapan kita akan tersadar dan mengobati diri kita. Yang harus kita sadari adalah
Islam itu luas, bukan hanya masalah ibadah tapi Islam itu adalah agama
peradaban . terbukti surat –surat dalam Al-Qur’an yang dimulai dengan
surat Al-fatihah lalu surat Al-Baqoroh yang menjelaskan tentang sejarah-sejarah
kepemimpinan, lalu Ali Imron yang
menjelaskan dasar dari adanya peradabadan adalah keluarga, dan sebagai contoh hebat
bukti kepemimpinan dan didalamnya ada prinsip-prinsip kepemimpinan. Setelah itu
ada surat An-nisa yang menggambarkan yang harus dilindungi adalah seseorang
yang lemah yaitu wanita . karena awwal
dari sebuah peradaban generasi terletak pada wanita.dari rahimnyalah generasi
itu ada, dan berkembang engan didikannya. Terbukti Sumayyah adalah mujahidah
pertama dalam perjuangan Dakwah Rasul, lalu perjuangan wanita-waniita muslimah
dalam hijrah ke habasyah. Bahkan senantiasa ikut berjuang dalam peperangan yang
tentunya sesuai dengan kadar porsi wanita. Jadi wanita adalah garis depan
perjuangan sebuah generasi peradaban. Menjelaskan bahwa perjuangan dialakuan
dari pihak laki-laki maupun
perempuan.dan ini adalah bukti kongkrit
bahwa Islam adalah agama peradaban.
Permasalahannya adalah pendidikan kita yang sangat
meradang, entertaiment yang dijadikan tujuan, pondasi keluarga yang berantakan,
pemerataan kehancuran keilmuan serta akhlak yang transparan.
Membuat umat yang kehilangan jati dirinnya, selalu mengekor pada trend,
seakan-akan jauh dari perdaban jika
menjauh dari trend tersebut. Entertaiment yang meluas , merusak akhlak dan
tujuan anak-anak bangsa. Lalu terlahirnya generasi-generasi alay, yang
pikirannya mengambang . yang jika ditanya jawabnya, terserah....., jika diminta
pendapat jawabannya, yaaa gitu deh..... sehingga disimpulakan generasi alay ini
tercipta karena adanya thingking shock pada otak anak-anak yang membatasi daya
fikirnya . terjerat dalam dunia khayal televisi
yang sangat menjanjikan kebahagiaan abadi. Padahal gaya bahasa Al-Qur’an
mengajarkan untuk selalu berfikir , terlihat dari sering diulang-ulangnya
kalimat afalaa tatafakkaruun, afala tatadzakaruun. Jelas Allah ﷻ mengajak hambanya
untuk menjadi hamba yang cerdas. Sementara media barat beserta antek-anteknya
murusak fungsi berfikir itu. Relakah
kita menjadi generasi yang seperti ini.
Lalu kesimpulan terakhir terhadap sikap kita setelah kita
mengetahui problema ini:
1. Senantiasa menambah keimanan dengan serius, serta
diiringi pengetahuan yang mendukung dari
segala bidang dan menjadikan bidang itu menjadi medan dakwah kita dan kita ahli
dibidangnya. Jayanya umat karena kita ahli disegala bidang . seperti di zaman Umar bin khattab yang tediri dari
sahabat yang ahli di segala bidang dari
keilmuan juga strategi perang.
2. Mengokohkan karakteristik , visi dan misi dalam hidup
bahwa kita adalah perjuangan dan menjadi pemimpin di bumi. Menimbulkan ruuh
tanggung jawab dalam setiap kita dengan kemajuan umat.
3. Jauhi perpecahan , apalagi yanng bersifat furu’iyyah .
karena perbedaan dalam furu’iyyah itu wajar dan pasti akan terjadi . bahkan di
zaman Nabi saja perbedaan itu terjadi dan hikmahnya adalah rahmat bagi kita
semua. Yang salah adalah kita saling
menghakimi antara satu dengan yang lainnya, menyalahkan bahkan mengkafirkan
sesama muslim , padahal kita jelas-jelas memiliki ushul yang satu dan sama.
Perpecahan inilah yang membuat umat tidak bersatu , tidak memiliki
kekuatan dan disibbukan dalam masalah yang itu-itu saja. Padahal tugas kita adalah membangun Islam peradaban. Namun kita tegas terhadap aliran yang
jelas-jelas salah seperti ghulaatu syiah
laknatullah, kaum liberal, ahmadiyyah dan yang sejenis itu.
4. Menjadi pribadi yang berpotensi melahirkan
generasi-generasi yang yang lebih baik,generasi yang memiliki ketaatan pada Allah, cinta akan Rabb, Nabi-nabi dan
Rasul-rasulnya , perjuangan dakwahnya serta cerdas dan berkeahlian, berkarakter
islami . menjadi garis depan perjuang Islam. Karena peradaban itu dibangun dari
keluarga . keluarga islami akan membangun peradaban yang Islami.
Kita akan bangun peradaban ini, kita akan bangkit dari
keterpurukan. Yang selalu kita ingat bahwa sholahuddin al-ayyubi tidak
lahir dengan begitu saja namun terlahir dari kebangkitan umat dan kesadaran
dirinya pada agamanya. Kita pasti bisa
merebut Al-Quds. Kita optimis itu pasti akan terjadi. Kita benar-benaar yakin
bahwa umat Islam akan bangkit lagi seperti kabar dari rasulullah , pertanyaannya adalah seberapa besar
kita akan berkontribusi demi mewujudkan kejayaan itu. Dan setiap kita bertanggung jawab atas itu.
Komentar
Posting Komentar