Ukhuwah semanis coklat fruit nut
Pernah gak sih berfikir bagaimana jika hujan
dateng sendirian, sungguh gersang. Tak membersihkan debu , tak bisa menyegarkan
dedaunan, tak bisa menimbulkan kesegaran. Akan berubah jika menjadi sendirian,
takkan jadi hujan seperti yang diharapkan.
Lalu bagaimana dengan sabut sapu yang bekerja
sendirian. Tak bisa ia berdiri teggak, takkan membersihkan kotoran, dan takkan
menjadi bermanfaat seperti yang diinginkan.
Dan bagaimana dengan toge dalam ketoprak yang
dimakan sendirian, apalah rasanya . hambar tak berbekas dan takkan jelas
rasanya. Dan tak bisa jadi together jika togenya sendirian
Begitulah arti kesendirian dalam dakwah yang
takkan pernah menimbulkan manfaat kesegaran , kebaikan dan kejelasan. Mungkin
sesaat ia terasa kuat tapi lihatlah waktu yan menjawab. Ia berdiri menyakiti
dirinya sendiri. Dan dalam dakwah
perlulah mengikat ukhuwah. Seperti kata pepatah “ jika kau ingin
berjalan cepat maka jalanlah sendirian, tapi jika kau ingin berjalan jauh ,
maka jalanlah bersama-sama”. Kata-kata padat yang penuh makna. Menjelaskan akan
pentingnya ukhuwah. Ukhuwah akan terwujud jika ada satu kesatuan visi dan misi
dalam kehidupan. Ia akan terikat satu sama lain secara alami, karena setiap ruh
akan bergabung dan menginngat dengan ruh lainnya yang memiliki tujuan yang
sama. Ikatannya kuat. Karena bukanlah uang yang mempersatukan, bukan pula
kejayaan, bukan pula sesuatu yang didambakan. Ukhuwah itu akan lekat karena
satu kalimat yang menyatukannya ialah kalimatul ikhlas “ tauhid” laa ilaaha
illa Allah. Dengan itu pandangan mata tertuju, dengan itulah tangan bergandeng
erat, dan dengan itulah langkah menjadi searah.
Mencari sahabat itu bukanlah seperti mencari
baju yang ketika kita cocok kita pakai dan ketika kita bosan kita buang. Juga
bukan seperti mainan yang ketika kita
butuh kita dekat dan ketika kita tidak
membutuhkan kita jauh. Jika laut memiliki pantai dan sungai memiliki muara maka
lautan persaudaran dan sungai persahabatan yang dilandaskan karena iman dan
cinta karena Allah,.... takkan pernah bermuara dan berpantai. Seperti
persahabatan para sahabat antara muhajirin dan anshar . ketika salah seorang
sahabat muhajirin yaitu abdurrahman bin auf berhijrah tanpa membawa hartanya
yang berlimpah di mekkah, maka dengan persaudaraan yang luar biasa salah
seorang sahabat anshor menawarkan setengah hartanya untuk ia pakai sebagai
modal dalam berbisnis. Bukan hanya itu saja tapi iapun berkata “ wahai
sahabatku, aku memiliki dua istri maka pilihlah salah satu diantaranya yang
kamu sukai”. Masya Allah... luar biasa sifat persaudaraan diantara kaum
muhajirin dann anshor yanng di zaman sekarang ini sangat sulit kita
menemukannya. Namun abdurrahman binauf adalah seseorang yang terampil dikatakan
bahwa segala sesuatu yang ia pegang pasti akan berhasil, maka dengan azzam yang
kuat dan juga do’a ia tak mengambil sescuilpun harta itu , tapi ia berkata “
tunjukkanlah aku dimana pasar”. Tak lama dia muncul kembali menjadi pengusaha
sukses dan sudah menikah dengan seorang muslimah madinah.
Dengan
begitu persahabatan dalam islam ada empat tingkatan, pertama adalah
ta’aruf yaitu saling mengenal. Kedua adalah tafahum yaitu saling memahami.
Ketiga ta’awun yaitu saling menolong. Dan yang terakhir adalah takaful yaitu
saling mencukupi. Ketika tingkatan ini terlaksana maka berkahlah persahabatan
itu dengan cinta Rabbnya yang tulus.
Ketika ukhuwah
semanis coklat friut nut
Pepatah mengatakan , “jika engkau mencari
teman yang sempurnakan selamanya engkau tidak akan mendapatkan teman”. Tentu pepatah ini searah dengan kalimat ketika ukhuwah
semanis coklat fruit nut. Cokklat rasanya manis, tapi kreasi dengan friut nut
membuatnya berbeda dari yang lain. Rasa asamdari friutnya dan renyah ditambah kacangnyna.
Ukhuwah memang seperti itu, sering sekali ada perdebatan, perbedaan pendapat,
atau masalah-masalah lainnnya. Tapi disitulah letak indahnya, disaat seperti
ituah terlihat siapa yang benar-benar sahabatdan teman yang harus
diperjuangkan.cukuplah berbeda pada lisan namun tidak dengan hati , cukuplah
berbeda pemikiran namun tidak dengan hati. Para sahabat dahulu
pun sering berbeda pendapat karena alamiyah memang akan seperti itu namun tidak
dengan hati mereka yang kuat terpaut dengan cinta dan kasih sayang Rabbnya. Begitulah
ukhuwah kuat melekat , sahabat bukan hanya di dunia tapi juga akhirat.
Komentar
Posting Komentar