Syukuri ajalah Neng!
Syukuri ajalah Neng!
Teacher's Diary 2
Ada banyak hal yang mendorong kita untuk bersyukur dalam kehidupan ini. Tak
bisa dipungkiri, melihat selalu ke atas itu akan membuka mata-mata jahat kita
untuk bertindak serakah terhadap sesuatu. Melihat kehidupan orang lain yang
berbeda dengan kehidupan kita. Bolehlah kita berharap, bahkan sangat boleh.
Mintalah apa yang kau inginkan, tanpa bersikap serakah dan tamak terhadap semua
ini. lantas frustasi dan termakan emosi. Lupa diri bahkan, atau fokus pada yang
satu itu hingga konsentrasi terpecah karenanya, ibadah gak tenang, makan gak
tenang, serba tak tenang, tak tuntuang.
Ada saatnya kita ditunjukkan oleh Allah atas kuasanya. Mereka yang tinggal
di pedalaman, berikhtiar untuk kehidupannya, bahagia dengan kondisi yang ada.
Atau kita diperlihatkan dengan seseorang
yang selalu saja bersikap tidak cukup. Diberi oleh Allah kelapangan gak cukup, bahkan yang mewah masih saja gak
cukup. Maka harus ada terselip rasa syukur dalam hati kita. Dan itu cukup untuk
menajalani kehidupan yang penuh ujian ini.
Sebenarnya dalam kamus Allah tak ada kemiskinan, tapi kecukupan. Apa yang
Allah beri itu sebenarnya cukup. “Dan sesungguhnya Dia-lah yang memberikan
kekayaan dan kecukupan” ( An-najm 48). Bila memang angka kemiskinan di
Indonesia itu tinggi berarti ada dua
makna disini. Pertama, kemiskinan yang merupakan ujian dari Allah yang harus
ditempuh dengan usaha dan do’a. Mengusahakan mencari yang halal dan lebih
mendekat pada Allah. Karna Allah-lah yang memiliki bumi dan isinya, rezki
manusia berada di tangan-Nya. Ia berikan pada semua hamba-nya dengan adil,
sifat Rahman-Nya yang sangat agung ini menjadikan semua manusia memiliki
rezkinya masing-masing, sampai yang kafir pun ada rezkinya. Namun apakah
kekayaan itu selalu memberikan
keberuntungan dunia akhirat. Jawabannya tidak. Ia yang tetap dalam kekafirannya
dan diberi tengggang waktu dalam
segala tanda-tanda Allah namun tidak
pula bertaubat maka Allah Jalla Jalaaluh berfirman “ Dan janganlah sekali-kali
orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka
lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang kami berikan kepada mereka
hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah, dan mereka akan mendapat adzab
yang pedih” ( Ali-imran: 178).
Kedua, kemiskinan hati. Yaaa.... hati yang miskin selalu gak cukup jika
diberi. Meminta lebih dan menolak syukur, selalu tidak puas dan mengemis pada
yang lain. Ia tak beprasangka baik pada Rabbnya. Padalah Allah sangat sayang padanya.
Dalam sebuah hadis bahwa Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Maka kemiskinan hati
ini yang menyebabkan ia kurang bahagia dalam hidup dan takdir Allah. terkadang
ia cukup kaya namun hatinya miskin menyebabkan ia mencari harta yang tak halal,
dan hal yang haram itu membuat hatinya semakin terpuruk.
Di Pesantren kita diajarkan
bersyukur, dengan segala apa adanya. Kita menyadari bahwa tak selamanya
kesusahan itu ada, bahkan hidup di pesantren. Entah ada saja rezeki itu. Menurut
pengalaman jika saat kelaparan ada saja teman yang membawa makanan dan
dibagikan, atau ketika orang tua temen datang bawa segudang makanan asyikk....
makan gratis. Masya Allah. Lauk anak pesantren yang paling seru adalah lapar. Ia
adalah lauk penuh kesyukuran dan energi yang membuat kita ketika makan nasi
dengan garam saja ketika ditambah lauk lapar itu rasanya sungguh lezat. Yang pernah
nyantri pasti pernah ngerasain deh. Apalagi jika lauknnya spesial SaTe, sayur
terong, sayur tempe dll.
Lalu nikmat apa yang kau dustakan. Segala yang disukuri akan indah
dijalani. Kemudahan itu ada jika kita menganggap itu mudah, takkan sulit dan
terus berusaha, termasuk jika diberi target hafalan di pesantren. Nikmati itu,
suatu saat jika hari ini kita belum sadar bagaimana syukur itu, suatu saat
pasti ......... in sya Allah
7 Januari 2018
Avnie suhayla
Komentar
Posting Komentar