Di balik pesona "nungnung waterfall"
Dari balik keindahan ‘nungnung waterfall’
5 agustus 2016
Seharusnya tulisan ini di tulis seorang traveler setelah travelingnya selesai atau di sela-sela kegitannya. Ketika rasa lelah yang ia rasakan masih menempel di raganya. Ketika ribuan kata masih ia lontarkan. Disaat detik-detiknya masih ia hitung dengan segala asa dan impian. Pijakan yang ia lewati. Baju yang ia kenakan masih dalam keadaan kotor belumlah sempat ia mencucinya. Namun aku lebih suka menulisnya ketika aku tau hikmah di bali sebuah perjalanan itu. Meski melebihi sebulan aku mencari atau berhasil mengungkapkannya. Di saat kesadaran diri mulai ingin mencari sebuah arti perjalanan yang Allah perintahkan pada hambanya. Allah telah mudahkan bumi untuk kau iringi, bertebaranlah, nikmati arungi, kuasa Allah. Ayat-ayat kauniyahnya yang begitu indah, begitu menakjubkan.
Nunung waterfal, target tujun kami. Letaknya di banjar nungnung desa pelaga kecamatan petang kabupaten badung provinsi bali. Tepatnya di koordinat 8* 19’47’’S 115*13’45” E. Berjarak sekitar 45 km dari denpasar yang keberadaannya dekat dengan jembatan tukad bangkung. Sebenarnya tujuan kita adalah ke jembatan ini. kabarnya jembatan ini adalah jembatan yang terpanjang di bali dan tertinggi se asia ,luar biasa kan. Tentunya jembatan ini merupakan daya tarik pertama ketika tante menyebutkan keunggulan destinasi ini. bagaimana tidak tinggi. Jembatan ini memiliki panjang 360 meter, lebarnya 9,6 meter ketinggian pilarnya mencapai 71,14 meter dengan pondasi yang menancap sampai ke bawah tanah sedalam 41 meter. Yang sanggup bertahan selama 100 tahun. Masya Allah luar biasa . jembatan yang menghabiskan biaya 49 miliar ini, memiliki peranan yang luar biasa, selain pemandangan yang sangat bagus , juga menghubungkan tiga kabupaten sekaligus.
Jembatan yang indah. Bukan karna kokohnya keindahan jembatan itu, namun lukisan Allah yang berada disekelilingnya. Sejauh mata memandang disanalah hinggap kehijauan. Udara yang segar tak seperti di kota terlebih di ibukota.
Perjalanan itu berlanjut menuju nungnung waterfall, nama air terjun yang di ambil dari nama banjarnya atau desa. Sekilas kurasa diambil dari nama seorang pelawak wanita. Mungkin dia pernah berkunjung ke sini. Hehehe, dan mungkin ada juga yang berfikiran sepertiku. Karena namanya lebih mirip nama orang jawa.
Melihat kenyataan bahwa akses menggapainya merupakan tantangan yang besar. Aku suka itu. Tantangan. Karna kita bisa lebih percaya diri dan bisa mengukur diri sendiri. Kenyataannya ratusan anak tanga menanti untuk di lewati, sungguh menakjubkan sekali pesona alam yang mendampingi anak-anak tangga ini, memberikan kesemangatan tersendiri dalam diri. Menuruni ratusan anak tangga mungkin bukan hal yang terlalu dipertimbangkan, sementara ini bayangan untuk menaikinya kusimpan saja dalam hati. Pasti ada kekuatan untuk melewatinya nanti, begitu fikirku. Karena sebentar lagi air terjun yang indah akan menemani.
Ratusan tangga tadi terlewati terdengar jelas suara air terjun itu memanggil-manggil ingi lekas dijumpai. Masya Allah,.... mataku tak bisa mengalihkannya pada yang lainnya. Hanya tertuju padanya. Air terjun setinggi 70 meter dengan debit air yang keras juga angin yang membuat air itu seperti bertaburan kemana-kemana. Subhanallah........
Puas menikmati hempasan air yang tidak bisa di dekati, merendam tubuh dengan dingin air. Gelombang yang sama seperti di pantai dengan gunung-gunungnya. Foto yang sudah mengisi HP. Kami menyudahi bercengkrama dengan air terjun yang megah ini. di balik pesonanya setelah itu hanya memandangi. Dan berniat akan pulang meninggalkannya.
Inilah ujianya, menaiki ratusan anak tangga yang jaraknya bisa dikatakan tinggi. Dengan baju yang masih basah dan kekuatan yang melemah. Diawal tak ada rasa menyerah, semangat yang tinggi pasti bisa melampauinnya. Baiklah. Aku yang akan memulainya. Satu set anak tangga terlewati, rasanya sendi-sendi kaki terasa mau lepas, tulang belakang panas dan badan gemetar. Ada apa ini, langkah menaiki tangga selanjutnya pun nafasku serasa tak sampai. Ya Allah kuatkan aku, setiap dua anak tangga aku beristarahat sejenak, kupaksakan bangkit namun mata memudar pandangannya. Aku takut pingsan di tengah anak tangga itu dan jatuh ke bawah. Untungnya di setiap tikungan didirikan gazebo kecil sekedar untuk mengistirahatkan diri. Yaaa aku berusaha menggapainya untuk merebahkan diri, mungkin penglihatanku kembali normal. Kaki yang gemetar, badan yang terasa panas di dalam, sayangnya ia tak mau direbahkan, sangat tidak nyaman. Dan hanya aku yang mengalami kondisi ini. mungkin terlalu lama berendam di air terjun yang melenakan, hingga angin dengan mudah menguasai badan.
Ayahku yang mengetahui keadaanku mengeluarkan handphone yang digunakan untuk murattal kebanyakannya, takut sesuatu terjadi padaku dari alam lain yang mengganggu. Dittempat seperti inilah tempat tinggal mereka, kusadari itu sejak awal. Al-Qur’anadalah obat bagi manusia. Istarahat beberapa menit . aku tetap terus harus naik, karena masih banyak anak tangga yang harus di tempuh. Mungkin 10 set lagi beberapa gazebo diantaranya. Disitulahaku selalu merebahkan diri. Tak ada kata yang keluar, dan tak perlu banyak menatap anak tangga di atas. Itu akan membuat lebih berat, dan menyiutkan diri. Tetaplah optimis dan jangan menyusahkan orang lain af.... ku berhasil meyakinkan diri. Meski nafas serasa terputus-putus, mata mulai bertambah kabur. Kuselami dengan istigfar agar Allah memberiku kekuatan .
‘Ini akan segera berlalu, berjuanglah sampai batas kekuatanmu, di kala kekuatanmu habis beristirahatlah sejenak menghimpun kembali tekad dan kekuatanmu lalu tetapkanlah lagi tujuanmu, ia yang menyayangimu takkan meninggalkanmu’
Filosofi sederhana dalam pendakian anak tangga ini. yang berhasil mebuatku kembali bangkkt untuk segera pulang, meski dengan raga yang terkulai lemas.
Disana ada syurga yang Allah simpan, ia jelas-jelas bisa kau raih. Namun ketika kau sadar itu hanyalah syurga Allah di dunia dan haruslan kau kembali pada jalan perjuanganmu, disitulah letak ujiannya. Disaat engkau tau impianmu begitu indah di hadapanmu lalu engkau tersadar bahwa impian itu haruslah diperjuangankan maka disitulah letak ujiannya.
Seorang mukmin yang berikrar dirinya percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, ia takkan dibiarkan dengan iming-iming syurga yang dijanjikan Rasulnya kala itu. Ada penyiksaan, pemboikotan, pengusiran, perlawanan, kesabaran , kesakitan yang harus dialaminya seperti muslimin di awal dakwah Rasulullah. Sungguh kuatnya mereka hingga puluhan tusukan tak menggubris semangat syahid mereka, juga tak menciutkan nyali mereka. kehilangan anggota tubuh , akan semakin memberi mereka angin segar yang mereka fikirkan adalah semakin dekatnya syurga di hadapan mereka.
Disaat pasukan muslimin dikhianati dengan rekannya sendiri dalam kejadian bi’ir ma’unah, ketabahan dan sikap yang kuat takkan membuat pamor pasukan fii sabilillah katanya runtuh namun tertanya tetap berjaya. Tak tik jitu dan strategi pun harus di luncurkan, dengan begitulah datangyna kemenangan.
Pasti ada hikmah di setiap perjalanan. Itulah yang harus kita gali dan pahami. Pasti ada rasa sakit tapi Allah ciptakan rasa gembira dan bahagia. Pasti ada kesusahan namun Allah ciptakan pula kemudahan dan beribu jalan keluar. Selagi langkah-langkah kita tetap menuju pada keridhoaannya, tetaplah berjalanan. Jika kesakitan datang selidiki kesalahan dan ambil hikmah yang bertebaran. Dan agungkanlah Dia Sang Maha Menguasai Alam raya dalam segala keadaan.
#catatan perjalanan avnie suhayla
#pastiadahikmah dibalik perjalanan
Komentar
Posting Komentar