Taubat seorang jomblo
Taubat seorang Jomblo
Kesendirian kadang tak memberikan sebuah kepastian, terkadang yang terpikirkan adalah khayalan-khayalan semu, atau mungkin perencanaan-perencanaan yang terus berubah seiring kedewasaan, kegemaran dan keilmuan bertambah. Dalam hal ini bisa kita lihat dari sejarah ketika di zaman Umar bin abdul aziz tak menemukan mustahiq zakat, langkah yang beliau lakukan adalah mencari para jomblo yang sebenarnya sudah layak untuk menikah dan membantunya untuk menikah dengan segala kendalanya. Al hasil para jomblo yang sudah tak menjomblo ini berkarya, berusaha, meyakini bahwa dirinya memiliki tanggung jawab unuk menafkahi keluarganya di hadapan Allah.
“Misi pernikah adalah mengajak pada syurga dan ampunan Allah dengan izin-Nya. Bagi seorang jomblo, taubatnya adalah mengucapkan ijab, karna membersihkan iman dan hati lebih menjaga kehormatan diri” jelas Ust. Deden Mukhyaruddin dalam kuliah Mpprewed pertemuan ke enam.
Kata kuncinya adalah bagaimana kita memilih, dan dari segi apa kita memilih. Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya, “wanita dinikahi karena empat perkara. Pertama hartanya, kedua kedudukan statusnya, ketiga karena kecantikannya, keempat karena agamanya. Maka carilah wanita yang beragama Islam engkau akan beruntung”. Dengan terang keberuntungan bagi kita jika kita memilih dalam segi agama yang kuat. Bukan hanya sekedar Islam tapi juga memiliki ketataan yang kuat. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah 221, meski sebenarnya ayat ini adalah larangan untuk menikahi seseorang berbeda agama atau yang selain Islam meski ia sangat menarik hatimu, dengan rupanya ataupun kedudukannya, ataupun hartanya dan statusnya.
“Dan jangan lah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik dari pada perempuan musyrik meskipun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang laki-laki musyrik dengan perempuan yang beriman sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebbih baik dari pada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke syurga dan ampunan dengan izin-Nya. Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.”
Dalam konteks sampai dalam bahasa arab disini adalah memakai kata hatta (حتّى) bukanlah ila (إلى) dalam kalimat Walaa tankihul musyrikiina hatta yu minn. Adanya perbedaan makna kata ila dan hatta dalam bahasa arab. Yang berarti Ila: sudah mencapai dengan pasti dan Hatta : sudah melewati batas terjauh. Berarti makna mu’min disini yakni sampai batas terjauh keimanannya, maksudnya adalah sudah tak ada sisa syiriknya yaitu terbebas dari penghambaan selain Allah. Lekat hatinya dengan penghambaan pada Allah, dan sangat mencintai Rasulnya.
Begitupun Status sosial tak berpengaruh seperti penjelasan dalam penggalan ayat, walaamatun khoirun min musyrikiw walaw a’jabatskum. Meski mereka cantik dan memikat dirimu tapi tetap dalam kemusyrikinnya, lebih baik hamba sahaya yang mukmin. Itulah kenapa Allah melarang hal ini, untuk wanita pula laki-laki. Karena tujuannya pernikahan yg berbeda keyakinan pastinya akan berbeda. Karena mereka musyrik mengajak kepada neraka. Dan Allah mengajak kepada Syurga, rahmat, dan ridhonya dengan izinnya. La’allahum yatadazakaruun artinya Agar mereka mengambil pelajaran. Ujung-ujungnya pernikahan itu mengajak untuk berdzikir. Bersama-sama masuk dalam syurga-Nya yang penuh dengan karunianya yang tak pernah habis.
Tanda-tanda kekuasaan Allah sungguh sangatlah jelas ketika Allah beri manusia hawa nafsu yang tidak ia berikan pada makhluk mulia lainnya yaitu malaikat, namun Allah jadikan hawa nafsu itu ujian bagi hambanya. Apakah ia bisa menjaganya dan mengarahkan ke arah yang telah disyariatakan oleh Allah dengan menikah atau terarahkan oleh hawa nafsunya dengan memuaskan diri dengan sesuatu yang Allah murkai yaitu zina.
“Dan diantara tanda-tanda( kebesaran-Nya) ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah ) bagi kaum yang berfikir.”
Memahami unsur keadilan dalam pernikahan
Konsep keadilan yang sering disalah artikan sebagai ayat-ayat poligami. Dalam surat An-nisa ayat pertama hingga ketiga. Di ayat yang pertama Allah mengulang kata taqwa sebanyak dua kali “Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang tlah menciptakanmu.........., bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan peliharalah hubungan kekeluargaan.............” lalu disebutkan di ayat kedua yang menjelaskan tentan anak yatim.
Lalu apa hubungan ketaqwaan dengan konsep keadilan?. Karena seseorang yang bertaqwa pasti ia adil. Dan rasa adil adalah tahapan seseorang menjadi taqwa. Hubungan dengan anak yatim adalah di zaman jahiliyah dulu seorang anak yatim yang ditinggalkan harta banyak oleh keluarganya banyak diincar pemuda-pemuda untuk dijadikan istrinya, namun ketertariknya itu dikarenakan harta banyak yang perempuan yatim punya, lantas setelahnya mendzolimi wanita tersebut.
“Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu meukar yang baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sungguh, itu adalah dosa yang besar”
Dalam ayat selanjutnya dijelaskanlah sebuah pernikahan dengan konsep keadilan,
وَإِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِي الْيَتمى فَانْكِحُوْا مَاطَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَآءِ مَثْنى وَ ثُلثَ وَ رُبَعُ فَإِنْ خِفْتُمْ اَلَّاَ تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ذلِكَ اَدْنى اَلَّاَ تَعُوْلُوْا
“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang menyenangi kamu; dua , tiga atau empat . tetappi jika kamu khawatir tidak mampu berlaku adil maka nikahilah seorang saja, atau hamba sahaya yang kamu miliki. Yangdemikian lebih dekat agar kamu tidak berlaku dzalim”
Ada dua kata adil dalam konteks yang berbeda dalam ayat ini, ketika Allah berbicara tentang keadilan anak yatim dugunakanlah kata al-qist (القسط) namun dalam hal lain Allah menggunakan kata al-adl (العدل). Dalam hal ini al-qist memiliki arti adil yang takut lebih menjurus kepada sikap dzolim namun al-adl derajatnya dibawah itu. “fankihuu maa thooba lakum” ism maushul atau kata penghubung yang dugunakan untuk yang berakal adalah menggunkaan man(من) namun disini duganakan maa(ما) apa maksudhnya? dijelaskan dalam penggalan ayat berikutnya minannisaai masna wa tsulaatsa wa ruba’ artinya maka nikahilah perempuan yang menyenagi kamu; dua, tiga, atau empat. Di masa kenabian dahulu banyak kaum perempuan yang kehilangan keadilannya, entah karena banyak ditinggal wafat ataupun meninggal. Hingga ia kekurangan untuk mencukupi kebutuhan makanan seharinya. Dalam hal inilah syariat memuliakan wanita dengan diberinya penjagaan terhadapnya yaitu dengan konsep poligami (تعدد). maka nikahilah perempuan yang menyenangi kamu. Para perempuan yang dinikahi karna agar dirinya terjaga kehormatan dan tidak bersikap kritis terhadap cinta. Berbeda dengan kata wahidah (واحدة) yang Allah berikan kata ini diambil dari asma-Nya yang agung. Ia adalah wanita yang kritis yang dinikahi atas dasar cinta seperti Rasulullah menikahi Khodijah yang tak duakan ia dengan wanita lain,ialah atas dasar cinta bukanlah keadilan memiliki pribadi yang kreatif dan multi talent. Meski beliau usia terpaut diatas dari Rasulullah namun cinta Rasulullah tak terlupakkan padanya dan sempat membuat Aisyah ra cemburu.
Sudah jelaslah ayat diatas bukanlah mutlaq ayat tentang poligami, namun pernikahan atas konsep keadilan. Islam tlah memberikan soolusi tepat disaat negara manapun, agama apapun tak dapat menjawab persoalan dimana kaum perempuan di akhir zaman lebih banyak dari laki-laki. Bahkan ketika kaum feminis sangat menentangnya namun setelah mengetahui dampak penentangan mereka dan penyimapangan-penyimpangan sosial yang terjadi, mereka hanya ketakutan dengan pilihannya.
Indahnya Islam menempatkan konsep dengan begitu indah dan adil bagi siapapun. Kebenaran hanya milik Allah. Maka bertaqwalah...... kata Allah bertaqwalah.
*catatan kecil kuliah Mpprewed pertemuan ke enam bersama Ust. Deden Mukhyaruddin
-avnie suhayla-
Komentar
Posting Komentar