Lapis-lapis keberkahan dalam pernikahan



Lapis-lapis keberkahan dalam pernikahan

Kata berkah artinya jiyadatul khoir, yaitu bertambah kebaikan. Usia yang berkah berarti usia digunakan seluruhnya untuk taat, seperti sabda Nabi SAW  khoirun naas man thaala umruhu wa hasuna amaluhu, orang yang paling baik adalah yang panjang usia dan digunakan untuk kebaikan. Pernikahan yang berkah adalah sebagai sumber kebahagian, sempurnakanlah agama dengan menikah. Untuk itu nabi menolak orang-orang yang meniadakan konsep menikah. Dalam sebuah riwayat ada tiga orang yang takjub mendengar kualitas ibadah Rasul, orang pertama mengatakan saya akan qiyamul lail tanpa selesai, orang kedua mengatakan ia berpuasa tanpa berbuka puasa, dan orang yang ketiga mengatakan bahwa ia takkan menikah. Mendengar pemaparan itu Nabi meluruskan seraya bersabda; “man ragiba an sunnati falaisa minni, barang siapa yang tak menyukai sunnahku bukanlah golonganku”. Karna itu Nabi menganjurkan menikah karna ada kebahagiaan, dan ada kehidupan di dalamnya.

Dalam pernikahan, Allah akan memberikan rizkinya. Dia turunkan rahmat-Nya yang luas seperti yang telah ia janjikan dalam surat An-nur ayat 32 “ Dan nikahilah orang-orang yang membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak menikah dari hamba-hamba sahaya mu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberiannya), Maha Mengetahui”. Janji Allah adalah nyata, dan Allah selalu menepati janji-Nya. Namun fonomena yang kita lihat disekitar kita,  banyak yang berfikir panjang sebelum nikah. Sibuk  mencari modal sana sini, memikirkan kenyamanan yang mungkin berkurang setelah pernikahan. Sejatinya ia kurang yakin pada janji Allah, bahwa Allah akan menjadikannya kaya, mencurah-curahkan rahmat-Nya, karena rahmat Allah luas tanpa batas, cukup tanpa surut. Jika  niatnya benar-benar lurus maka Allah lah yang akan menjamin. Jika ia benar-benar yakin bahwa yang ia cari adalah berkah, yang ia jaga adalah kesucian diri, yang ia takuti adalah murka-Nya. Maka Allah mudahkan dia menggapainya, semudah Allah ciptakan langit dan bumi ini dengan segala hiasannya dan penguatnya. 

Teladan menyimpang yang Banyak kita lihat dan menjadi trend terkini seperti contohnya mengikuti rutinas artis memperkaya materi, meningkatkan popularitas  lantas menunda untuk menikah. Dan terlalu bermegah-megah dalam resepsi pernikahan, hingga menjadi gengsi seseorang yang menikah dengan kemampuannya sedikit untuk melakukan resepsi.

Adakalanya kita mengambil sebuah pembelajaran, hikmah dari sejarah Islam ketika datang seorang wanita menawarkan untuk dinikahi Rasulullah, karna menikah itu  fitrah untuk setiap insan dan juga untuk menjaga dirinya. Namun tak ada kecenderungan Rasul dengan wanita itu, lantas Rasul memanggil seseorang dan menikahkannya dengan sahabat yg lain. Ketika sahabat tersebut setuju, Rasulullah SAW memintanya untuk memberikan mahar, namun apalah daya ia hanya seseorang sahabat yang miskin. Tak ada yang ia milliki bahkan tak ada cincin yang terbuat dari besi, hanya sarung yang tersisa itu pun yang ia pakai sehariannya. Pribadi yang kurang dalam meteri namun tegas dalam keimanan dan keilmuan. Lalu Rasululah menyuruhnya untuk memberikan mahar  hafalan Qur’an untuk diajarkan kepada istrinya. Subhanallah.........

Begitulah sekiranya pernikahan di zaman Nabi ketika menikah itu urusan yg alami, simple, fitroh. Sebagaimana para Nabi mengajarnya, tidak dipersulit. Karna keberkahan itu bersama kemudahan. Seperti Musa yang menjadikan maharnnya adalah ijaroh (upah bekerja) pada Syuaib, selama 8 thn. Ketika ia menikahkah salah satu putri untuk Musa as. Seharusnya memang disitulah muncul Keberkahan yang identik dengan kemudahan-kemudahan.

Adanya Fonemena penghilang keberkahan dalam keluarga modern. Apa sebabnya?. Yaitu ia yang Menjadikan menikah adalah gaya hidup, bukanlah tuntutan agama. Sehingga  niatnya salah maka proses dan tujuannya adalah juuga salah. Seperti keluarga modern hari ini, bukannya tambah kebaikan namun bertambah sulit menambah ketataan. Banyak pula yan baru saja menikah lalu bubar keluarganya. Tradisi yang dibenci Allah seperti sabda Nabi “ Abghadul halaali at-thalaaqu, perbuatan yang halal yang dibenci Allah adalah Talaq”. Jadi menurut mereka menikah hanyalah cara untuk meluapkan emosi semata. Setelah mengetahui sifat sesungguhnya dari pasangan tak dapat memahaminya lantas memilih untuk berpisah.

Lalu bagaimana solusinya agar keberkahan itu melimpah?. Ialah dengan ilmu yang seharusnya didahulukan sebelum perbuatan dan pengamalan. Dan  dengan landasan kuat. landasan Yang pertama adalah memahami bahwa Tali  pernikahan itu ikatan tali yag sangat kuat Ghalid. Dengan  itu hubungan laki-laki dan wanita menjadi halal. Landasan membangun keluarga yang dibangun diatas perjanjian yg kuat Miisaqonn Gholida dijelaskan dalam surat An-nisa 21. Bukan hanya sekedar janji biasa. Ketika nafas mengeluaran kata qobiltu/saya terima nikahnya..........., maka Allah tlah menjadi saksi janjinya. Juga disaksian oleh malaikatnya yang juga mendoakannya. Redaksi yg kuat dalam qur’an yg salah satunya adalah  akad yg kuat. 

Landasan yang kedua adalah  membangun keluarga untuk mendapatkan ketenanga hidup, as-sakiinah. (Al-A’raf 89). Identik dengan kalimat sakinnah / sukunn, sakan yaitu tempat. Yaitu memiliki tempat meneduhkah jiwa-jiwa. Mungkin mirip seperti rumus nahwu yaitu ketika fiil mudhori’ (present tense)  tidak berubah, kapan dia sukun/ tenang tidak rafa’ (ُ) tidak nasab (َ) jika bertemu dgn nun niswah ( Ù† ) biasanya digunakan untuk kata kerja yang dilakukan perempuan. Begitulah filosofinya laki-laki itu jika bertemu perempuan maka akan tenang. Carilah separuh agama kalian dengan menikah kata nabi. Disanalah timbul ketenangan dan kenyamanan.

Landasan ketiga adalah membangun keluarga atas dasar ibadah, niatnya ibadah bukan hanya menyalurkan biologis saja namun membantu menyempurnakan untuk beribadah. Inilah yang melahirkan keberkahan.   

Betapa lembutnya rahmat Allah yang Ia berikan pada seseorang yang dia bangun malam lalu sholat dan membangunkan istrinya dan keluarganya, jika istrinya menolak maka dipercikkan dengan air. Begitu  pula istrinya ketika ia bangun kemudian sholat, lalu membangunkan suaminya dan keluarganya, jika menolak dipercikkanlah dengan air pula. 

Dalam hadits diatas menjelaskan urgensi memberikan sebuah keteladanan dalam keluarga. Seperti yang telah Allah peringatkan kepada kepala keluarga  “ jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka quu anfusakum wa ahliikum naarann.

Inilah ibadah yang saling tolong-menolong, saling mengajak, pastinya akan mengundang rahmat Allah, dan pasti berkah keluarganya.

Dalam riwayat yang lain, dari Abu Sa’id dan Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “apabila seorang suami membangunkan istrinya pada tengah malam, kemudian keduanya sholat 2 rakaat berjamaah, maka keduanya ditulis di kalangan  laki-laki dan wannita yang berdzikir” dzaakiriin wa dzaakirat. Artinya bahwa dalam berkeluarga maka salah satu tujuannya adalah tolong-menolong dalam tujuan ibadah, bukan karna niatnya mencari ke-ganteng-an atau ke-cantik-an, atau harta dan nasabnya. Hilanglah berkah bagi ia mencari hal-hal selain untuk beribadah. 

Inilah Landasan yang keempat dalam mencari lapis-lapis keberkahan dalam pernikahan yaitu membangun keluarga atas dasar ta’awun ( saling menolong. Saling memahami, saling menghormati dan saling melindungi. Yang diibaratkan dalam Al-Qur’an Al-Baqarah 187 adalah sebuah pakaian,  “Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka”

Landasan yang kelima adalah membangun keluarga atas dasar amanah, dimana setiap individu harus memahami bahwa dirinya adalah seorang pemimpin dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah. Jika ia seorang suami maka tanggung jawabnya adalah istri dan anak-anaknya, jika dia seorang istri maka tanggung jawabnya adalah anak-anaknya.

Dengan landasan-landasan yang dibangun indah dan megah seperti diatas, muncullah berkah yang berlapis-lapis. Seperti Nahkoda yang tak bingung akan kemana kapal yang ia bawa, yang pada akhirnya ujung ridho Allah akan menyelamatkan mereka. 

“Baarokallahu laka wabaaroka ‘alaika wajama’a bainakuma fii khoir” 

Semoga Allah memberkatimu dan melimpahkan berkah yang kekal atas kamu dan mengumpulkn antara kamu berdua dalam kebaikan.

Catatan kecil dari kuliah Mpprewed Ust.akhmad Alim lc

-Avnie suhayla-

Komentar

Postingan Populer