Jadilah Sholeh Sebelum Anda Menjadi Pemimpin Negara
Jadilah Sholeh Sebelum Anda Menjadi Pemimpin Negara!
Warisan Ulama yang telah lama dilupakan. Dia bukanlah sebuah ilmu yang baru namun ia adalah sebuah tradisi yang dibahasakan dengan worldview Islam pada saat ini. Tentu Ulama terdahulu dalam melihat dan mempelajari sesuatu berlandas pada paradigma Islam tentang suatu hal, namun bukan berarti konsep teori “Islamic worldview” sudah ada sejak dahulu. Karena sejatinya worldview Islam adalah mental dan pemikirian yang menjadi satu dalam sebuah pola kehidupan. Ia bukanlah teori seperti layaknya teori-teori sosial dalam perkembangan ilmu saat ini.
Tentu cara pandang Barat dan Islam sangat berbeda. Karna Barat hanya memandang melalui sisi fisik saja atau segala sesuatu yang bisa diindra oleh manusia. Dan cara pandang Islam terdiri dari fisik dan metafisik. Metafisik adalah sesuatu yang tak bisa diindra karena sebuah keterbatasan namun sejatinya ia ada dan disebut ghaib. Dalam Islam hal-hal yang ghaib ini diberitahukan dari wahyu oleh Rasul yang diutus Tuhan untuk manusia. Tentunya kabar-kabar ini sebelumnya tak diketahui oleh manusia dan dari wahyulah manusia mengetahui dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan besar tentang hal yang sangat dasar dalam kehidupan. Misalnya tentang dari mana manusia berasal, dari mana bumi dan kehidupan ini berasal. Akan bagaimana, tujuan, awal dan akhir dari kehidupan ini. Apakah ada syurga dan neraka?. Apakah ada hari akhir?. Tentu pertanyaan-pertanyaan ini adalah hal yang membutuhkan kepuasaan tersendiri jika terjawab. Dan agamalah yang bisa menjawabnya.
Agama sendiri adalah metafisik. Sesuatu yang diyakini dan dipercayai. Namun Barat yang hanya percaya pada fisik saja takkan pernah percaya tentang hal ini. maka dari itu munculah teori-teori yang menjawab pertanyaan mereka tentang dari mana asal manusia. Teori Darwin menyebutkan bahwa manusia berasal dari kera. Dan hal ini banyak di ajarkan di sekolah-sekolah. Kenyataannya teori ini banyak mendapatkan kritik pedas. Pasalnnya tulang atau fosil yang tua bukan berarti menunjukkan bahwa manusia berasal dari kera. Jika ada pertanyaan, mulai kapan kera melahirkan manusia?, dan apakah ada bukti otentik kera bisa melahirkan manusia? nyatanya sampai sekarang pun tak ada bukti untuk itu. Meski kera memiliki fosil yang sama dengan manusia. Lalu dalam pertanyaan lain, bagaimana bisa kera melahirkan jenis-jenis manusia yang berbeda?. Berkulit hitam, putih, kuning, merah atau perpaduan itu. Tentu tak ada jawaban. Namun parahnya hal itu masih saja diajarkan di sekolah-sekolah. Dan ini kenyataan bahwa sistem pendidikan kita masih merupakan sistem meterialistik.
Jika ditanya asal-usul manusia, tentu manusia tidak akan tau tentang hal itu. seperti ketika seseorang lahir ke Dunia dan beranjak dewasa ketika ditanya bagaimana dia lahir, dia tidak akan tau jika tanpa ada pemberitahuan kepadanya dari orang tua atau pun rumah sakit. Begitulah manusia, ketika dia baru lahir dia tidak akan sadar atau memiliki kesadaran penuh namun ketika otaknya berfungsi dengan baik ketika ia beranjak dewasa ia baru memiliki kesadaran. Maka dalam penciptaan manusia, selamanya manusia takan tau kecuali dengan wahyu yang diberitakan Tuhannya melalui Rasul-Nya.
Bagaimana Islam menjawab tentang hal ini?. Manusia pertama di Dunia dalam pandangan Islam adalah Adam bukan kera. Adam diciptakan dari seluruh komponen tanah di muka Bumi. Tanah hitam, tanah putih, coklat, merah , kuning yang indah dilihat atau yang tak bagus dilihat semuanya berada pada gen Adam. Selanjutnya Adamlah di perintahkan untuk memakmurkan Bumi, membuat sebuah peradaban, kholifah di Bumi. Anak-anak Adam mengambil satu gen dominan dalam diri Adam. Dan dari sinilah muncul berbagai jenis kulit yang berbeda dari ras yang berbeda.
Islam menjawabnya. Dan itu bukan sesuatu yang sulit untuk dicerna dalam pikiran. Karna manusia dari manusia bukan dari kera. Namun sejatinya meski Barat sudah mengakui kesalahan itu namun ia tetap dalam prinsipnya yaitu tak percaya dengan hal yang bersifat metafisik.
Selain Wahyu hal yang bisa mengarahkan kita untuk mengetahui sesuatu yang ghaib adalah Hati (Qalb) atau bisa disebut dengan intuisi. Dengan inilah seseorang bisa mendapatkan pengetahuan dengan pemahaman yang benar dengan cara mengamalkan hal yang diketahui. Contohnya: jika seseorang ingin lebih dekat dengan Allah, dan merasa bahwa keyakinan ini sungguh benar adanya. Allah benar-benar ada maka dengan cara mendekatkan diri pada Allah SWT. Dengan sholat, zakat, sedekah, haji dan tentunya dengan amalan batin seperti ikhlas dan akhlak yang baik. Ketika ia mendapaatkan yang dia cari. Menikmati indahnya iman dan ihsan. Lalu ia telah mendapat derajat ketaqwaan tentunya itu merupakan pengetahuan untuk dirinya bahwasanya yang ghaib itu ada. Hal ini bersifat Individual dan tak bisa dibagi. Jika ia ditanya bagaimana rasanya, maka lantas ia mengajak untuk berbuat seperti yang ia lakuakan. Seperti halnya seseorang yang ingin mengetahui rasa teh yang manis. Maka hal itu tak bisa diceritakan sebelum ia merasakan teh yang manis itu jika sebelumnya ia tak tau rasa manis.
Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Sebuah langkah tepat yang sekarang banyak dilakukan oleh para pencetusnya. Terutama dalam bidang ekonomi. Islamic finance, islamic economy, bank-bank syariah yang telah banyak tersebar di berbagai negara. Namun mengapa ini tidak mempengaruhi ekomoni dalam wilayah tersebut. Inilah celahnya. Disaat syariat-syarit Islam dibangun tanpa adanya akhlak syariat itu sendiri, bagaimana ia bisa terbangun. Tentu banyak ekonom-ekonom syariah namun apakah mereka menerapkan Islam dalam kehidupan seharinya?. Keilmuannya tentang syariah juga ia praktekan dalam kesholehannnya? Disaat ia menjadi seorang hamba Allah yang taat dalam penghambaan dan juga kuat dalam keilmuan inilah yang membuat Islam bangkit. Sayangnya banyak yang menerapkan syariat Islam namun ia sendiri bukanlah Islam atau tak taat pada Islamnya, lantas menggunakan sistem syariah untuk menipu, bahkan korupsi. Kebangkiatan macam apa ini?!.
Inilah mungkin akar yang rapuh dalam peradaban Islam khususnya umat Islam di Indonesia. Sebelum ia menerapkan ilmuanya ia tak mensholehkan dirinya terlebih dahulu. Jadi janganlah heran jika belum muncul kader-kader Ulama di Indonesia. Karna tak ada kesesuaian dengan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya: mengambil jurusan tafsir namun banyak mahasiswa yang tidak sholat, tidak bisa baca Qur’an, akhlak yang tidak baik bahkan ada yang mengabikan malamnya dengan hal-hal maksiat. Seperti juga banyak mahasiswa yang mengambil jurusan dakwah, masih terjebak pacaran, belum bisa menutup aurat dengan sempurna, bahkan sampai menistakan agama sendiri. Dan kejadian memilukan seperti ini tersebar di Universitas Islam di Indonesia yang negri maupun swasta.
Berbeda dengan para Ulama dan pelajar-pelajar Islam berabad lalu. Disaat keilmuan Islam sangat-snagat menyejarah. Seorang Ulama takkan mempelajari sesuatu sebelum ia mengerti betul tentang Islamnya. Mengahafalkan Qur’an memahaminya dan mempraktekannya sejak dini.Terlebih ilmu-ilmu syariah lainya. Keshalehannya sudah terbina sedari kecil. Dan bukan hanya itu ia menguasai berbagai keilmuan lainnya seperti kedokteran, penerbangan, sejarah, sastra dan yang lainnya. Otomatis ilmu-ilmu pengetahuan itu terbingkai oleh kesholehan dirinya dan worldview Islamnya. Namun saat ini kita banyak menemui seseorang yang tlah tinggi dalam ilmu syariahnya berbeda dengan kesehariannya. Atau faham-faham yang dianutnya. Ini disebut sebagai “Splade personality”.
Dalam penulisan sejarah seseorang tentu meiliki tujuan masing-masing. Seperti halnya tujuan penulisan sejarah Indonesia. Yang tujuannya adalah membangkitkan sikap nasionalisme rakyat Indonesia. Ini terwujud dengan gaya metode penyampaian dalam sejarah Indonesia. Bagaimana para pahlawan dengan sangat gigihnya mengusir para penjajah dengan segala tumpah darah yang ada. Hingga masa-masa kemerdekaan dan proses memulihkan negara dari serangan komunis. Untuk itu penulisan sejarah pasti memiliki tujuan. Maka jika tujuannya adalah materi munculah slogan: “maju tak gentar membela yang bayar” sejarawan bisa menuliskan tokoh baik menjadi jahat, dan tokoh jahat menjadi baik. Tergantung motif tersebut.
Untuk itulah penelitian sejarah harus mempunyai tujuan yang baik tentunya, seperti membangkitkan rasa jihad untuk membela agama, membangkitkan rasa untuk membela negara dan bukan untuk mengangungkan tokoh yang jahat seperti yang dilakukan sejarawan sekuler. Para sejarawan biasanya mempromosiakan dan menguatkan sejarah dengan sebuah icon tertentu maskot yang tak dilupakan oleh rakyat. Inilah alasan mengapa para Orientalis slalu mengangkat candi-candi sebagai maskot sejarah Indonesia. selalu di pugar dan di perbabaiki. Adanya upaya pemakasaan untuk membelokkan Indonesia lebih ke arah Hinduisme dan Budhaisme selalu diulang-ulang dan dibesar-besarkan. Inilah motif Barat untuk mengubur sejarah Islam di Indonesia. Padahal selanjutnya ada peradaban Islam yang membawa kedaimaan dan awal perjuangan dari masa penjajahan.
Kota kudus yang mirip dengan Quds Palestina belum menjadi perhatian rakyat terutama muslim untuk mencari tau mengapa Sunan menamakannya dengan nama itu “Kudus” dan menamakan masjidnya dengan masjidil Aqsa?. Pastinya adanya keterkaitan tentang hal ini. Namun tak gentar dibicarakan oleh muslim Indonesia.
Meski dengan visi dan misi yang jelas perlulah ada kejujuran dalam penulisannya. Dan sumber yang ada. Bukan berarti mengarang cerita meski niatnya adalah baik. Karna ini merupakan suatu kebodohan yang memalukan. Sumber-sumber sejarah bisa diambil dari peningggalan sejarah. Seperti wahyu atau hadits, jejak peninggalan, artefak, arsip-arsip dan yang lainnya.
Sejatinya sejarah memang membicarakan apa yang harus diingat dan apa yang harus dilupakan. Karna ia selalu menjadi penyemangat dalam mengahadapi kehidupan dan memandangnya. Menimbun kesholehan dalam diri, dan menyuburkannya. Memahat sebuah keilmuan dan memperindahnya adalah jalan agar tak terlalu lama Islam berada pada posisi tertahan. Jadilah sholeh sebelum anda menjadi dokter, jadilah sholeh sebelum anda menjadi dosen, jadilah sholeh sebelum anda menjadi jendral, pengusaha, guru, wiraswasta. Terlebih..... jadilah sholeh sebelum anda menjadi pemimpin negara!. Itulah yang dibutuhkan negri ini saat ini. sebuah kekuatan bukan hanya fisik namun mental dan akhlak yang kuat. Hiduplah seperti halnya tujuan Allah menghidupkanmu dan begitulah sejarah akan menyatatmu. Hingga disaat pertemuan yang sangat dirindukan kita memiliki sebuah jawaban dari apa yang sudah kita lakukan selama ini.
avnie suhayla
Resume SSPI INtermediet
UST.TIAR BACHTIAR
Komentar
Posting Komentar