Bunda..... jangan sampai pahala direbut orang lain

Penting untuk para Bunda  dan calon Bunda!.


Bunda,...

Jangan sampai pahalamu direbut orang lain.

Ibrahim tak berhenti meminta anak yang sholeh pada Rabb-Nya, ia berharap pada-Nya dengan sepenuh keimanannya, pastilah Allah akan menolong agama-Nya dan takkan membiarkan Ibrahim as sebagai manusia terakhir yang beriman pada-Nya. Sarah yang sudah tua pasrah dengan semua  kehendak-Nya. Setelah itu ia karuniakan Ismail dari rahim hajar istri keduanya. Ibrahim yang sangat meridukan buah hati itu yakin bahwa Allah memberi rezki pada hamba-Nya tanpa disangka-sangka. Namun ujian keimanan dan ketaatan Ibrahim barulah dimulai, ia diperintahkan  untuk membawa Hajar jauh darinya,  namun dekat dengan Baitullah. Hajar, seorang istri dan bunda yang sholehah tlah banyak mengajarkan kita perilah ketaataan, kesabaran, keimanan dan jauh dari keputus asaan. Ia sendirian hanya bersama bayinya yang masih merah. Di sebuah lembah tandus yang tak berpenghuni. Namun dengan segenap keimanannya, ia berkata pada Ibrahim “ Jika ini adalah perintah Allah sekali-kali Allah takan pernah menyia-nyiakan kita”.  Masya Allah, Super sekali.

Pelajaran yang kita ambil disini adalah, ketika Hajar ditinggal oleh suaminya, hanya ialah yang mendidik Ismail. Tumbuh dewasa dengan keimanan dan ketaqwaan yang serupa. Kecerdasan dan kesabaran serta kekuatan ruhani yang sangat melekat.  Ketika bertahun-tahuan Ibrahim datang kembali karena sebuah perintah Allah. Ia datang dengan ujian yang sangat tidak mudah, yaitu menyembelih anak kesayangannya. Namun Ismail menjawab dengan penuh keteduhan dan kepastian dirinya” Wahai Ayah, lakukanlah apa yang Allah perintahkan padamu. Dan engkau akan mendapatku sebagai seseorang yang bersabar”. Masya Allah,... super sekali.

Pertanyaannya adalah, bagaimana cara Hajar mendidik anaknya hingga menjadi pribadi yang seagung itu.  Tak ada keraguan dalam iman-Nya. Dekat dengan Rabb-Nya. Hajarlah pendidik Ismail. Memberitahuanya tentang siapakah Tuhan-Nya , untuk apa kita hidup, apa tujuan kita. Yaaa Hajar tlah menjadi sosok teladan dengan segala perjuanganya hingga setiap tahun betapa banyak orang yang berhaji  yang melakukan Sa’i dari sofa ke Marwa mengenang perjuangannya. Masya Allah,... super sekali.

Anak adalah  titipan Allah juga  perhiasan dunia. Ialah  amanah, semua Ibu mengetahui hal itu. Apa saja yang kita ajarkan padanya adalah pahala yang terus mengalir jika ia terus melakukannya. Dan do’anyalah salah satu amal yang tak pernah putus, ketika nafas kita sudah tak ada lagi dalam ruhnya. 

Bunda,...ajarkan anakmu membaca Al-Qur’an. Mencintai ayat-ayat-Nya. Dari setiap huruf yang keluar dari mulutnya yang mungil adalah sebuah keberkahan dan sebuah anugerah yang sangat luar biasa. Meski berulang kali ia mengucapkannya dengan salah, namun ia berusaha untuk itu. Bukankah itu merupakan kebahagiaan yang dalam bagi setiap Ibu?. Tidakkah ada rasa bahagia ketika perlahan ia mengenal surat cinta Allah ‘Al-Quran’ dengan segenap kemauannya. Bukankah itu alasan Allah menganugrahkanmu sang buah hati. Agar ia mengenal Rabb-Nya, mengetahui tujuan hidupnya, bagaimana ia bahagia di dunia dan juga di akhirat. Taukah Bun......, sebetulnya ia sangat ingin mengetahui hal itu. Jelaskanlah bahwa Allah lah yang menciptakannya, dari air mani dan berubah menjadi segumpal darah lalu segumpal daging, lalu Allah tiupkan ruh dalan tubuh itu. Ceritakanlah bahwa ia hidup dengan tujuan ibadah, mencari hak dunia  dan juga bekal akhirat. Jangan salah memberikan pengertian padanya bahwa kita hidup haya sekali di dunia saja, sebab ia akan menuntut padamu suatu saat, karna kau tlah membuatnya lalai dalam mengingat Tuhannya. 

Ajarkan ia surat Al-fatihah dengan baik dan benar. Agar di setiap sholatnya ada pahalamu yang mengalir bunda, jangan sampai orang lain yang mengajarkan itu. Sesunggguhnya itu adalah kesempatanmu, jangan sia-siakan. Sebab pastilah sering ia baca surat itu. Minimal engkau lah yang pertama kali mengajarkannya. 

Bunda,... jangan sampai pahalamu di rebut orang lain, meski engkau tlah mendatangkan guru ngaji khusus untuknya. Dengan biaya yang tak sedikit. Tetap saja, engkau tak mengambil bagian pahala terpentingmu. Jangan orang lain yang mengambilnya. Dengan dalih kau masih lemah dalam urusan itu. berusahalah... seakan saat itu ia seperti Ismail yang menangis karna kehausan. Kehausan untuk mengenal kalam-kalam-Nya.

Bayangkan ketika anakmu tumbuh menjadi anak yang taat pada Tuhannya, disaat kulitmu tlah keriput dan tak berdaya apa-apa, suamimu tlah meninggalkanmu karena usia yang tlah lanjut. Namun anak-anakmu mengerti kewajiabannya terhadap orang tuanya, karena selama ini engkau tlah mengajarkan agama padanya. Disaat anak-anak lain menelantarkan ibunya. Anakmu takkan pernah melupakanmu di setiap do’anya. Mengharap kesehatanmu, dan ampunan-Nya terhadapmu. Memberikan pelayanan yang sangat ramah padamu, menemanimu disaat-saat rentamu. Disaat anak-anak lain tak lagi memperdulikan orang tuanya, namun disisimu ia masih dengan senyumannya menyuapimu di saat-saat lemahmu. Tidakkah itu sangat membahagiakan dirimu.

Bunda,.... atau calon bunda mungkin. Ada beberapa alasan kenapa Ismail dititipkan pada rahim hajar, Isa as dititipkan pada rahim Maryam. Yaaa,.... karena sebuah ketaqwaan, bagaimana mungkin seorang anak bisa mengenal Rabb-Nya jika ibunya jauh dari-Nya.  Setiap hari engkau berusaha untuk memberikan gizi dan makanan yang berlevel tinggi kelas bintang 6 mungkin, namun engkau lupa memberi gizi rohani dalam jiwanya. Sedangkan segala sesuatu  itu baik karena hatinya ‘Qalb’. 

Lihatlah kerusakan negri yang disebabkan karena para Ibu lupa terhadap generasinya, tanggup jawab untuk mendidiknya dengan akhlak dan intelektual yang baik. Lebih senang melihat apa yang mereka senangi atas dunia dari membuat maslahah di bumi. Para Ibu sibuk dengan fashion serta trendnya. Kesibukannya dan kesenangannya. Hingga ketika ia melihat televisi banyak anak-anak yang rusak akhlaknya dengan segala kejahatan dan kriminalitas, ia hanya bisa mencela dan khawatir terhadap anaknya. Hanya cukup sampai disitu. Mengeluh kepada pemerintah yang juga ternyata lahir dari rahim-rahim seorang ibu juga. 

Mungkin saat ini engkau tak terlalu menganggapnya. Masa bodo dengan segalanya. Namun pandanglah ia buah hatimu kini, yang masih kecil dalam timanganmu. Ia adalah bagian dari  dirimu, jangan sakiti ia, hanya karena mementingkan dirimu.

Moga kita menjadi bunda-bunda yang sanggup diberikan amanah. agar cahaya merekah dalam sebuah kapal rumah tangga yang berkah. Aamiin,...... Ya Rabbal ‘Alamiin.

Avnie suhayla  



Komentar

  1. It's so inspiring, Afni! Semoga kita menjadi seorang ibu yang berkualitas dalam mendidik dan membesarkan anak kita dengan bekal iman dan ilmu yang bermanfaat.. Amin :) Pray for me too!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer