Cahaya Cinta dari Mesir

Cahaya Cinta dari Mesir


Awan yang cerah menemani indahnya taman di sore hari Jakarta. Angin yang ringan berhembus memurnikan  dedaunan yang rapuh dari tangkai. Seorang anak berlarian mengejar bola tangan yang dilempar oleh kawannya. Mengagetkan seorang pemuda yang duduk di kursi taman yang hampir saja handphone yang dipegangnya  terjatuh. Matahari  sudah tak menampakkan panasnya terganti senja indah memenuhi langit di angkasa. Seorang wanita berjilbab ungu muda melambaikan tangan pada wanita berkerudung biru yang duduk di dekat pemuda tadi. Wanita itu terus mendekat sambil memanggil namanya. 

“Assalamualaikum warahmatullah, Kak Syafira....Ezzayik amlah eih?, Wahastiny awy. 5 tahun kita gak bertemu yaa kak” kata Amira dengan sedikit campuran bahasa Amiyah Mesir.

“Kuweis, Al-Hamdulillah, Ana bardu”  

Keduanya berpeluk rindu seorang sahabat. Keduanya memang bukan saudara namun seperti Saudara. Kairo yang tlah mempertemukan mereka 5 tahun yang lalu, namun Amira masih melanjutkan studinya di sana dan Syafira berhenti dari pekerjannya.

Syafira adalah alumni Camridge University. Setelah lulus ia tak langsung kembali ke Indonesia namun ia ikut dengan kakaknya di Mesir untuk bekerja di salah satu perusahaan. Inggris telah banyak mengubur kepercayaannya tentang Islam, mengajarkan banyak kebebasan mutlaq dan kebebasan mengkritik agamanya sendiri hingga Islam tak ada dalam dirinya. Syafira adalah Mahasiswi terpelajar dan  berprestasi, namun minimnya pengetahuan  tentang agamanya yang membuat hidupnya rapuh. Tak ada ilmu untuk menjadi tameng bagi akidahnya. Syarif dan Amirah lah yang banyak mengajarkan tentang Islam, memunculkan cahaya yang redup dan menyuburkan tanah yang gersang.  

Amira melihat sebuah buku  yang di bawa Syafira. 

“Cahaya cinta dari Mesir, buku apa itu kak?”

“Itu tulisanku mir, buat kamu. Bacalah... disana aku menceritakan kisahku berhijrah. Semuanya di bulan Februari”

Amirah mengambil buku dan  tenggelam dalam ceritanya. Langkah mereka menuju Bandara Soekarno Hatta. Ia akan mengantar Syafira pulang ke Semarang. Syafira melihat jendela mobil sambil mengingat masa lalunya tepat ketika kegelapan datang menghampirinya. Langit yang sama ia lihat malam ini sama seperti langit yang ia lihat 5 tahun yang lalu di Kairo.

Tepatnya 10 Februari 2012, Syafira memutuskan untuk melanjutkan karirnya di Mesir. Ia ikut dengan kakaknya yang sudah berkeluarga dan tinggal lama di Mesir. Meski tak paham dengan bahasa ammiyah Mesir ia menggunakan basic englishnya untuk berkomunikasi. Pesawat berangkat lebih cepat dan belum ia kabarkan kembali pada kakaknya, terancam ia akan tidur di Bandara malam ini. Segera Syafira mencari kontak teman yang tinggal di Mesir. Hanya segelintir orang dan itu pun mereka  tlah kembali ke Indonesia.  Tinggal satu nama, namun ia tak yakin karena dia tak begitu mengenalnya hanya dalam sebuah pertemuan umum dan bertukar nomer saja, ia yakin meski dia tinggal di Mesir mungkin ia sibuk dengan segala aktifitasnya. 

Syafira hanya menatap jamnya jam 01.30, terlalu pagi untuk tiba di Cairo International Airport, tempat yang belum ia kenal. Ia Posting info terbarunya di Facebook dan Ig-nya. Sekedar membuang rasa penat dan lelahnya. Ada sebuah nama muncul memngisi kolom komentar dalam Facebooknya. Yousouf, Ternyata orang yang ia ragukan kini berada di Bandara setelah mengantar temannya juga. Spontan Syafira bangkit dan menemuinya, setidaknya ia bisa sedikit menghilangkan ke-bete-an menunggu berjam-jam. 

Sebuah mobil mendekati pintu kedatangan bandara. Yousouf membuka kacanya dan mempersilahkan Syafira untuk masuk. Muhammad Yousouf adalah seorang pegawai swasta yang sudah punya kewarganegaraan Mesir karna dari kecil ia sudah ikut keluarga kakeknya di Mesir. Ternyata ia begitu ramah dan humble,  mengubah pandangannya tentang pemuda tampan ini. Syafira fikir Yousouf akan bersikap kaku dan dingin. Yousouf mengajaknya keliling Alexandria lalu mengajaknya untuk istirahat di rumahnya dan berkenalan dengan keluarganya. Yousouf mempunyai keluarga yang beragama Kristen Koptik juga Islam namun mayoritas Kristen. Jadi acara besar sering kali mereka berbaur dan itu merupakan toleransi yang baik diantara keluarga  Yousouf menurutnya. 

Ada sebuah kekaguman dalam hati Syafira dengan keramahan keluarga ini, santun dan juga berpendidikan. Perkenalannya dengan keluarga juga sangat istemewa, serasa ia tlah menjadi bagian dari keluarga ini. kebetulan kakaknya sedang ada di luar kota dan dia pun dipaksa menginap lebih lama. Sarah, adik dari Yousouf mengikuti agama mamanya, salah seorang Kristen Koptik yang taat itu selalu memberikan kehangatan dalam berinteraksi. Ia mengajari berbicara bahasa Amiyah mesir dan dia banyak belajar bahasa inggris darinya. 

Tempat kerja mereka berdekatan dan pertemanan itu semakin akrab. Syafira sering ikut meryakan natal bersama di keluarga. Ia terbiasa dengan upacara-upacara keagamaan di keluarga ini. ia terbiasa mengunjungi bar-bar jika suntuk. Atau memeriahkan perayaan Valentine dengan membuat coklat spesial untuk keluargnya juga keluarga Yousouf. Dari sebuah pemahaman menjadi sebuah kebiasaan karena sering di jalankan. Hingga saat kantor Syafira dipindah di dekat kampus Al-Azhar 3 tahun kemudian di Bulan Februari 2014. Dekat dengan mahasiswi berjilbab dan ratusan gamis lalu lalang. Sebenarnya Syafira tidak suka tempat yang terlalu monoton ini menurutnya, sungguh membosankan bersama pemuda-pemudi yang menghabiskan waktunya terlalu banyak untuk membaca kitab-kitab berbahasa arab yang susah dimengerti itu, pikir Syafira dalam hati. Sikapnya menjadi anti terhadap Islam,ia tak suka dengan seseorang yang terlalu fanatik dengan agamanya. Dan ia memandang semua mahasiswa-mahasiswi Azhar begitu. Hingga sikapnya menjadi lebih acuh dengan mereka. ia bekerja di Bank Syariah di dekat Azhar yang banyak mengurus transaksi Mahasiswa yang ia anggap eksklusif.    

Hingga pandangan ini terbantahkan pada suatu hari dengan sebuah statement mengejutkan yang ia dengar dari seorang Mahasiswa Al-Azhar. Saat itu Syafira sedang ngobrol di cafe kesukannnya dengan teman sekantornya. Lewat di depan mereka sorang gadis cantik dengan kerudung pink membawa banyak buku, sudah jelas temanku ini sangat mengenalnya David mendekati wanita itu dan memberinya sebuah coklat dan bunga. Syafira berfikir mungkin itu gadis yag ditaksir David baru-baru ini. Tepat di hari Valentine ia mengutarakan cintanya, ditambah dengan bunga mawar cantik di sebelahnya. Gadis itu awalnya menolak dan melangkah menjauhi David, ketika David menarik tangannya tiba-tiba seorang laki-laki menarik tangannya dan memukul wajahnya. Seketika Syafira tersentak dan langsung menghampiri, dugaan bahwa mahasiswa eksklusif itu  benar, mereka itu kasar dan tidak toleransi. 

“Berhenti!!! Apa anda  tidak bisa berlaku tidak kasar. Kenapa anda menjelekkan agama anda sendiri dengan menjadi Muslim yang tidak baik !?”

Syafira dengan Emosi membela David yang menjadi rekannya. Mahasiswa itu terheran dengan sikap ini lalu membalasnya dengan tegas.

“Anda tidak tau apa yang dilakukan laki-laki brengssek ini pada adik saya, dan itu kewajiban saya sebagai kakak. Jika Anda Muslim banyaklah belajar tentang agama anda, sebelum anda sok tau bagaimana harus bersikap!!” 

Nada tegas Mahasiswa itu terbayang dalam benaknya. Mahasiwa itu pergi bersama adiknya. Syafira juga pergi dan kesal dengan kejadian ini. Pertama kalinya ia dibentak dengan laki-laki yang tak dikenal dan juga karena ia menegurnya. Moodnya hilang belum lagi resiko menanggung malu karena ditonton oleh lumayan banyak orang. Berulang kali ia bertanya pada David tentang apa yang terjadi namun ia selalu bilang tak ada apa-apa. Syafira semakin curiga dengan tingkah laku David yang semakin hari menampakkan aslinya, perlahan Syafira menjauhinya dan berusaha mencari adik Mahasiswi itu. namun rupanya ia tak pernah melewati jalan yang sama lagi.

Langit Kairo yang cerah tak ia gunakan hanya berdiam di rumah, mengunjungi rumah kakaknya di dekat Alexandria. Namun di jalan ia bertemu dengan seseorang wanita yang rasanya ia pernah jumpai. Syafira mengenalnya, tatapan mereka sama-sama terpaut. Setelah berkenalan dua-duanya terlihat akrab dan dekat. Nama gadis itu Amirah dan kakaknya Syarif. Di sebuah cafe mereka mengobrol dan berdiskusi tentang sesuatu. Mulai hari ini cahaya Mesir tlah pindah dalam hati Syafira. Ia merasakan perasaan yang berbeda. Mengenal lebih banyak tentang Islam dari kejadian Valentine kemaren.

“Valentine bukan ajaran Islam, terlebih sejarahnya ia merupakan hari kebebasan seks. Awalnya itu merupakan perayaan Lupercalia yang diidentikkan dengan  Herra dan Zeus yang diyakini seorang Dewa yang melambangkan kesuburan. Lalu Uskup Gereja ingin menandingi perayaan ini dengan mengganti hari menjadi tanggal 14 Februari yang sebelumnya di tanggal 15. Ada banyak riwayat tentang historis Valentine day. Pendapat pertama tentang seorang Santa yaitu St. Valentine yang dibunuh karena  yang menikahkan bujang di kala pernikahan saat itu dilarang oleh Kaisar Cladius II. Ada juga yang mengatakan bahwa St. Valentine ditangkap oleh Kaisar Cladius II karena menolak menolak menyembah Tuhan-Tuhan orang Romawi dan tetap menyembah Isa Al-Masih lalu ia ditankap dan dipenjarakan dan banyak orang meminta do’a padanya. Dan yang ketiga sebelum St. Valentine ini gugur sebagai martir ia menulis surat cinta pada seorang sipir dan menuliskan ‘Dari Valentinusmu’” jelas Syarif dengan nada yang lembut . 

“Jadi mengapa kita mengikuti ajaran yang bukan dari agama kita sendiri, lalu menganggap ajaran lain lebih baik. Bukankah Islam lebih indah dan lebih menjaga?” Syarif kembali menambahkan.

Syafira mengangguk hanya terdiam dengan penjelasan ini. seakan aroma baru merasuk dalam tubuhnya. Mengetuk ruang-ruang kosong. Menyadarkannya bahwa  ia belum sepenuhnya mengerti tentang agamanya. Hatinya sendu, memaksa setiap ruang-ruang kosong itu tersisi dengan sebuah sapaan kelembutan ayat-ayat Qur’an. Ia langsung menganggukan ajakan Amira untuk mengikuti kajian-kajian dan diskusi di Al-Azhar. Mengeluarkan unek-unek yang ada di hatinya. Tidak membuatnya bingung malah memperjelas kehadirannya di dunia ini. Syarif Memberikan  pemahaman dengan bersikap objektif. Wawasannya luas dan tegas, terkadang ia yang memulai diskusi dalam sebuah kelompok diskusi. Semakin sering ia mengikuti kajian diskusi itu, semakin dekat ia dengan sebuah cahaya yang lama ia cari. Cahaya yang redup dari Camridge.

Lambat laun ia menjauh dari Yousouf dan keluarganya, ia merasa cukup mengerti apa arti hitam kelam kehidupan jauh yang pemahaman Islam. Sebenarnya ia tak menjauh begitu saja, tentu dengan tahap-tahap. Ketika ia mencooba mengajak Yousouf berdiskusi tentang agama Islam, ia hanya menanggapi dengan acuh. Bahkan ketika ditanya sholat ia marah. Dan tak mengizinkan untuk membahas tentang hal ini pada keluarganya. Ia berubah menjadi seseorang yang kasar dan acuh. Begitu juga keluarganya yang mengetahui Syafira sudah berjilbab. Mereka tak menyukainya, “apa maksud toleransi menurut mereka sebenarnya?”  pikir Syafira dalam hati.

Untuk mengerti kegelapan kita harus mempelajari cahaya. Begitu juga ketika mempelajari cahaya kita belajar tentang kegelapan untuk menghindarinya. Syafira merenungi cinta Allah padanya ketika ia mempertemukannya dengan dua orang yang berbeda dalam waktu yang sama 14 Februari. Namun seseorang menuntunnya pada kegelapan, dan seseorang menuntunnya pada cahaya. 

Kabar yang mengejutkan datang dari Jakarta, dimana seorang Gubernur petahana menghina Al-Qur’an dan agama, segala upaya telah dilakukan termasuk aksi besar-besara 4 November dan pada dua minggu setelahnya 2 Desember  2016. Entah ada rasa marah dalam diri Syafira, ia ingin pulang ke rumahnya. Rasanya rindu pada Tanah Airnya muncul berdambingan dengan rasa cintanya pada Islam.  Ia akan pulang ke Jakarta. Ternyata Amirah dan Syarif juga memiliki rasa yang sama. Mereka terbang bersama menuju Jakarta. 

“Syarif,... kenapa yaa ada rasa marah dalam hati, kesell banget sama gubernur yang melecehkan agama kita?” tanya Syafira mengeluh.

“Setau aku itu namanya ghirah kak” nyeplos amirah 

“Girah itu sifat seorang muslim, marahnya ia ketika agamanya dihina. Yang mengerti hanya seorang yang juga  merasakannya. Jadi tak perlu aneh jika banyak yang tenang-tenang saja” jelas Syarif menenangkan.

Mulai saat itu ia mengerti bahwa agama Islam yang ia takuti dahulu adalah sebuah kesalahan berfikir. Ia berfikir bahwa sudah saatnya ia bangun hubungan yang baik dengan Tuhan-Nya setelah lama ia menjauhinya. Tatapannya menjurus pada awan-awan yang lepas, ia menatap dirinya sendiri dikaca pesawat. Mulai saat ini  ia ikrarkan menjadi pembela agamanya. Membaur tapi bukan terwarnai, membaur tapi tak membuat akidah hancur, menengah tapi tak lengah. 

Syafira terbangun dari lamunannya. Amirah disampingnya menegurnya dengan menyikut tangannya, air matanya tumpah setelah membaca tulisan Syafira. Air mata itu tumpah diselipkan senyuman haru dan bangga. Yaa,... Amirah tak tau  bagaimana sebenarnya kisah hidup Syafira, ia hanya bisa menuliskannya dalam sebuah buku yang saat ini dibaca Amira. Terlihat sosok laki-laki datang menghampiri. Bersama seorang wanita yang terlihat lebih tua. Amirah terkejut, dan tersontak berdiri.

“Ibu, kok ibu gak bilang klo dateng sama Mas syarif?”

“Ibu sengaja gak bilang, wong ibu juga gak tau kok kalau mau datang, Cuma mas mu ini yang minta ibu datang. Mau sekalian silaturahmi ke tempat Mbak Syafira” balas Ibu dengan gaya ceplas-ceplosnya. 

“Loh,...emang mau ngapain mas” tanya Amirah dalam kebingungan.

“Kamu kok gak update toh mir,... kan mau ngelamar iya kan Rif” tanya Ibu pada anaknya. Syarif terlihat sedikit canggung dengan malu dengan ceplas-ceplos gaya Ibunya.

“Eh... maaf sebelumnya syafira mendadak kasih taunya, sebelumnya saya pernah berkomunikasi dengan Ayah kamu ingin datang, tapi ternyata saya datang lebih cepat, jika di rumam belum ada kesiapan, saya ke hotel aja dlu, biar Ibu sama Amirah. Karena saya masih harus ngisi acara di Jakarata Selatan” terang Syarif.

Syafira hanya terdiam masih dengan expresi yang tegang, dalam lubuk hatinya terdalam ia tersenyum. Namun ia juga terheran mengapa jawaban atas permintaan ini begitu cepat. Ayahnya tak pernah berkata apapun padanya tentang Syarif. Hanya bertanya sedikit tentangnya. 

Tiga Bulan berlalu, pernikahan tlah terlaksana dengan konsep yang sederhana. Syafira masih saja canggung dengan proses yang terlalu cepat ini. 

“Bulan Februari itu  begitu berarti  dalam perjalanan kisahku, saat itu aku menemukan gelap, terang, perjuangan juga alumni 212, iya kan?” Syafira memulai pembicaraan.

 “Ehm...... engak. Enggak salah. Aku liat kamu loo pas aksi itu, mau nyapa tapi gak enak. Tau gak apa yang di katakan St.Valentine dalam mitos hari Valentine itu?” 

Syafira mengingatnya dulu Syarif pernah menjelaskannya. 

 “Menurutku dia kurang gentle dengan statement akhir, karena cinta itu bukan menyakiti namun dia membersamai untuk mendekati Sang Pemilik Cinta.”

Langit memendung dengan gerimis kecil membahasi pepohonan.

“Lihatlah langit pun terharu melihat seorang bidadari sekrang berada di depanku” .

Islam tak pernah memunafikkan fitrah. Pada dasarnya manusia tercipta berpasang-pasangan. Allah tlah menunjukkan jalan terang dan gelap. Lantas kita yang memilihnya. Begitu pula cinta, yang halal atau haram. Halalkan ia atau tinggalkan karena Allah. 

    Profil singkat Penulis 

Avnie Suhayla, Muslimah kelahiran Pulau Dewata ini lahir tanggal 02-05-1994. Anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Abdul Haris dan Ibunda Siti Basriyah. Aktifitasnya selain sebagai mahasiswi di STIU Al-Hikmah jurusan Tafsir Hadits juga aktif dalam keorganisasian dan mengajar Al-Qur’an. Berawal dari menjadi Blogger amatiran juga kadang aktif di akun sosmed yang lain hingga mendalami kepenulisan di SBMB (Saya Bisa Menulis Buku). Salah Penulis Nubar dalam buku ‘Diplomasi Cinta’ dan ‘Perang Pemikiran abad Modern’. Penulis dapat dihubungi via; No Hp/WA : 082132075045, Fb/IG/twitter: avniesuhayla. Email: avniesuhayla@yahoo.co.id, Blog: aviceyna.blogspot.com.

*Picture by: Nussi Annasani
Syukron yaa atas inspirasi tentang Mesirnya...
* Cerpen ini saya ikutkan dalam lomba menulis cerpen dengan tema "valentine no writing yes". AL-hamdulillah mendapat juara 7 dari 120 peserta (kayakx) dan segere di bukukan sebagai buku antologi cerpen

Komentar

Postingan Populer