Tempatnya ada di dalam hati

Tempatnya ada di dalam hati

Sebuah kisah yang luar biasa yang diceritakan salah satu Dosen saya  yang berasal dari Yordania, tentang temannya yang terkena penyakit struk dan tak bisa berbicara lagi. Saat dosen saya menjenguk temannya itu, Beliau dapati kejadian yang sangat luar biasa. “Ust,..... mintalah bacaan Al-Qur’an darinya” terang anak temannya yang mendampingi ayahnya ketika di jenguk teman-temannya. Spontan Dosen saya terkejut, bagaimana mungkin dia memintanya, berbicara saja sangat susah. “Tidak mungkin saya meminta, saya tidak enak padanya” kata  Dosen saya menolak iba melihat kondisi temannya yang tidak bisa bicara lagi. Namun sang anak tetap memaksa, “Tak apa mintalah ust” jelas Sang anak merayu sekali lagi. Masih dengan keheranan atas sikap anaknya dan Dosen saya pun akhirnya meminta dibacakan Sepotong dari Al-Qur’an.

 “ALLAHU AKBAR”. Mulailah teman Dosen saya membuka mulutnya dan membaca surat Al-Fatihah tanpa sedikit pun terbata-bata, seakan-akan  ia dalam kondisi yang sangat sehat. Dengan suara lirih dan merdu masuk ke dalam sanubari setiap orang yang mendengarnya. Air mata pun mulai menetes, tak sanggup menghentikan haru mendengar bacaan seseorang yang mengidap penyakit struk  yang tak bisa berbicara lagi. Namun tidak untuk melantunkan ayat-ayat Allah. Bahkan ia melanjutkan bacaannya ke surat Al-Baqarah dengan lancarnya. Kursi roda yang ia pegang tak menjadi masalah dalam melantunkan kalam mulia ini. sungguh berbahagialah ia yang menyimpan hafalannya jauh dalam hati mereka, di dalam hati mereka. karena ketika mulut dan otak terdapat gangguan, selamanya Al-Qur’an masih terjaga dalam organ yang paling mulia yaitu di dalam hati manusia. Karenanya Al-Qur’an pertama kali turun, bukanlah di jaga dalam kepala Rasulullah ataupun lisan Rasulullah namun tersimpan dan terjaga di dalam hati Rasulullah.

“Maka dari itu anak-anakku” sebuah motivasi sekaligus cambuk diri dari seorang Ustdzah dalam  kesempatan yang lain menjelaskan “Jika lisan-lisan kecil sibuk dalam menghafalkan ayat-ayat yang mulia ini, janganlah sampai hanya pada lisanmu saja, dan janganlah hanya kau hafal dalam akal pikiranmu saja, tapi hafal ia dalam hatimu. Karena tempat ayat-ayat mulia ini bukanlah hanya sampai di lisan, terlebih banyak ia berdusta. Dan tempatnya ia bukan hanya pada akal , terlebih ia terlalu mulia. Namun simpan dan himpun ia di dalam hatimu dekat dengan rusukmu agar Allah jaga dirimu dengannya, agar Allah jaga  dirimu karenanya. Kalamullah sungguh sangat mulia yang akan memberikan kemulian pada yang menjagannya. Maka jangan engkau himpun ia karena meminta nila-nilai yang tertinggi, juga jangan engkau hafal ia karena meminta pujian serta sanjungan. Sesusah apapun dirimu dalam tahap-tahap menghafalnya, tetaplah jaga keikhlasanmu. Karna Allah melihat sebuah prosesnya, bukan hanya hasilnya. Buat apalah hafalan yang lancar namun niat dan ketulusan hati tak seimbang. Karna bisa jadi ia yang dengan keterbatasannya menghafal namun dengan hati yang sangat tulus lebih Allah sayangi. Tapi mintalah pada Allah kemudahan-kemudahan. Mintalah pada-Nya” kata-kata lembut itu selalu terngiang dalam hati. Terlebih takut dengan niat hati yang kadang-kadang terbisiki dengan egoisme diri. 

Mungkin sering kita menilai ibadah dari segi yang terlihat saja. Namun ibadah hati sering terabaikan. Sampai sholat pun terkadang masih berdampingan dengan dengki dan iri. Hingga puasa terkadang berjabat dengan dusta dan kekikiran. Hingga sedekah tak lagi menyucikan hati namun menambah noktahnya. Ia hati yang terus harus dilatih agar bisa beribadah. Hingga ia bersujud ketika badan bersujud, hingga ia benar-benar menangis ketika mata pun menangis. Ialah salah seorang sahabat yang dikenal sebagai Ahli syurga karena selalu menyucikan hatinya. Memafkan siapa saja yang telah menyakitinya. Hingga tak ada dendam, dengki, iri. Hatinya bersimpuh, bersujud, bermunajat, selaras dengan tindakannya. Jaga hati kami ini Ya Rabb........... bersihkan noktahnya, luruskan niatnya.  

Komentar

Postingan Populer