“Ketika Sejarah Menghancurkan Cara Pandang Sebuah Generasi”



 

 

“Ketika Sejarah Menghancurkan Cara Pandang Sebuah Generasi”


Saat ini generasi kita tlah kehilangan sosok ideal seorang pahlawan. Pahlawan yang menjadi panutan juga memberi andil besar dalam pembangaunan moral sebuah generasi. Seorang panutan yang luar biasa denngan  Al-Qur’an sebagi akhlaknya, elok rupa juga kuat pengaruhnya. Akhir-akhir ini kebanyakan Generasi tak mengenalnya lagi. Ia telah hilang ditelang perkembangan zaman yang meniru kebarat-baratan yang selalu mengedepankan meterialistis  saja. Hingga yang terkenal adalah super hero khayalan yang dibuat-buat namun banyak penggemarnya. Khalid bin walid Sang Pedang Allah yang terhunus tlah tergantikan dengan Superman, ketika dasyat pengaruh Khulafaur Rasyidin pada dunia,  empat Khalifah pengganti Rasulullah dengan segala keadilannnya dan kepemimpinannya yang luar biasa tergantika oleh Fantastic four dengan kemampuan dasyat yang memiliki kemampuan melebihi kekuatan manusia. Ketika Ulama-ulama Muslim yang luar biasa dengan penemuan-penemuan terbaru dalam kancah teknologi juga sains dibajak oleh Ilmuan amatir dari barat yang sebenarnya banyak mengadopsi ilmunya dari Timur.
Kita kehilangan kebanggan itu pada Salafus Saliih generasi terbaik sebelum generasi kita. Bisa jadi karena kita tak pernah ingin mengenal mereka dan sibuk denga segala urusan dunia. Atau kita tlah tertipu dengan sejarah yang beredar hari ini. sejarah yang tlah dimanipulasi kebenarannya oleh mereka para Orientalis yang ingin membunuh generasi dari dalam agama ini. mereka mengerti bahwa jika generasi Islam melemah maka dengan bebas mereka bisa berkuasa. Mereka mengetahui dan mereka sangat paham. Alur jalan pikiran mereka tlah terbaca, mereka adalah  para Orientalis.
Apa pentingnya sejarah untuk kita pelajari?. Bukankah itu pelajaran yang sangat membosankan?. Seolah kita bertanya pada diri sendiri yang sedari kecil sangat jenuh dengan pelajaran yang membuat kantuk ini. Mempelajari sejarah adalah mempelajari jati diri. Siapa diri ini dan harus bagaimana. Ketika Belajar sejarah seharusnya kita sangat mengerti apa itu arti sebuah pengorbanan. apa itu arti sebuah keikhlasan, apa itu arti sebuah kebahagiaan dan apa itu arti pengorbanan. Seharusnya dalam mempelajari sejarah jiwa terpelanting menemukan sebuah kobaran semangat juga muhasabah yang tajam tentang hakikat hidup ini. Namun yang kita tau sedari kecil bahwa sejarah hanya menghafal juga pelajaran yang sangat membosankan. Tak ada kesan jihad fii sabilillah ketika kita membaca sejarah Indonesia, yang ada hanyalah perlawan dari suku-suku juga perjanjian yang pada akhirnya mengecewakan pihak Indonesia. Sejarah yang kita pelajari sungguh mengecawakan dan tak bisa dibanggakan pada akhirnya beginilah generasi kita, menerima apa adanya sebuah penjajahan meski sekarang tak lagi fisik namun dari segi ideologis yang diserang.
Taukah kita bahwa sejarah kita tlah di manipulasi. Dia Thomas Stanford Rafless (1781-1821). Ia  seorang Orientalis yang mempelajari tentang Indonesia bukunya yang berjudul “Histori of Java” banyak menceritakan Jawa dengan karakteristik kerajaan Hindu dan Budha. Tujuan  dia tidak lain adalah untuk meniadakan Islam dalam Sejarah Indonesia sendiri, mengecilkan kekuatan Kesultanan Indonesia yang pada saat itu luar biasa terbentang dari Sabang hingga Marauke. Kesultanan Demak, Aceh, Ternate, Tidore, dll yang sangat melegenda. Mereka tak menyebutkan kekuatan Kesultanan Islam karena pada saat itu Kesultanan inilah lawan mereka. Dan hasilnya sekarang yang banyak kita pelajari adalah Kerajaan Hindu dan budha, Kesultanan Islam tak lain adalah penyebab kehancuran kerajaan Hindu dan Budha ini. Padahal sebenarnya Kerajaan Hindu Budha sudah lama punah dan hampir tak ada pengikutnya. Hingga kolonialisme datang dan mengekskavasi candi-candi mereka.
Keaadaan Indonesia dalam pengaruh Islam berjaya saat itu. Sebelum kolonialisme datang, bahkan muncul Ulama-Ulama besar setingkat International seperti Syeikh Nawawi Al-Bantani dari Banten. Syeikh Yasin Al-Fadangi dari padang, Syeikh Mahmud  At-Tirmasi dari  Pacitan dan yang lainnya. Munculnya ulama-ulama besar ini menandakan situasi kondusif dalam kancah keilmuan di Indonesia. Inilah sebenarnya Indonesia yang tak kita ketahui.
Dia, William Marsden (1754-1836) seorang peneliti yang di kirim ke Bengkulu sebelum Raffles, ia meneliti masyarakat Sumatra. Dalam menyudutkan Islam dengan adat yang berkembang disana.  Menjadikan Islam sebagai  benda asing dan menyimpulkan bahwa masyarakat Sumatra tidaklah berkarakter Islam. Juga dia, Cristian Snouck Horgonje ( 1857-1936) seorang Orientalis licik, yang berpura-pura masuk islam dalam penelitiannya ke Mekkah mempelajari bahasa arab untuk menguasai Islam dari dalam dengan menghancurkan ajaranya. Serangannya terhadap Islam sugguh luar biasa. Karena keilmuan berbahasa arabnya yang sebenarnya banyak memilki kesalahan yang tidak diketahui masyarakat. Ia diutus ke aceh lalu mempelajari Indonesia. Dialah yang menolak bahwa Islam Indonesia berasal dari Arab dan menyimpulkan teori pedagang Gujarat yang menyebarkan Islam di tanah Bumi pertiwi. Dia adalah dalang dari kerancuan sejarah. Harus kita ketahui penyelewengan ini, bahwa Islam tidaklah masuk ke Indonesia tahun 13 M karena pedagang dari Gujarat, Islam telah masuk Indonesia jauh sebelum itu, ketika kepemimpinan Khulafaur Rasyidin, dengan bangsa Arabnya yang terkenal sebagai seorang pedagang yang gigih serta jujur mendakwah Islam dengan kedamaian dan keadilannya.
Mereka pencipta keselewengan sejarah Indonesia yang mempopulerkan Deislamisasi dalam Sejarah , yang menyebabkan umat Islam tak memilki bukti kongkrit kepahlawanan dalam mempertahankan bangsa Indonesia. Aneh bukan ketika sejarah kita  diteliti lalu ditulis dengan orang asing yang bukan orang Indonseia asli dan bukan beragama Islam. Tentunya mereka memilki tujuan sebenarnya bukan?. Seperti halnya Belanda yang menjajah Indonesia sangat lama. Jika yang kita tau tujuan mereka hanya untuk mencari rempah-rempah, maka kita tlah termakan sejarah kaum Orientalis. Jika kita tau bahwa bangsa kita selalu kalah dalam peperangan yang pada akhirnya para pemimpinnya ditawan dan di penjarakan. Maka kita benar-benar belum mengerti perjuangan besar para ulama dengan ratusan ustadnya juga ribuan santri yang meninggikan jihad melawan kolonialisme saat itu. Kita kehilangan makna sejarah dalam diri kita. Dan racun itu menyebar dalam pemikiran dan ideologis kita.
Inilah zaman fitnah yang besar dimana ilmu pengetahuan dijauhkan dari konsep ketuhanan. Hingga tersebar konsep seorang Sekuleris barat Darwin yang mengembangkan teori evolusi yang inti manusia tercipta dari evolusi seekor monyet. Konsepnya yang seakan-akan ilmiah dengan penemuan tengkorak-tengkorak yang tak bisa dipastikan kebenarannya. Dibulatkan dengan sebuah alasan, Ia tak pernah mempercayai konsep penciptaan manusia yang berasalah dari air yang hina, apalagi adanya adam sebagai manusia pertama di dunia. Takkan pernah ia percaya hingga ia membuat teori dalam mendukung pemikirannya, dengan dibuat ilmiah yang sebenarnya adalah menjauhkan agama dari ilmu pengetahuan. Sayangnya pendapat yang banyak ditentang ilmuan lain ini, diterima baik oleh bangsa-bangsa yang lemah dan pernah terjajah. Karna sudah lumrahnya bangsa yang lemah mengikuti bangsa yang kuat, seperti saat zaman kejayaan Islam dahulu, bangsa Eropa di barat bertekuk lutut  dan sangat terheran dengan keilmuan dan peradaban Islam yang menguasai hampir selulruh permukaan bumi.
Bagaimana cerita perlawanan Pangeran diponegoro yang diberi gelar Soeltan Abdoelhamid Eroetjakra Amiroel Moekminin, Sjaijjidina Panatagama, Chalifah Rasoeloellah SAW ing tanah jawa. Dasyatnya perang Diponegoro tak pernah diceritakan dalam buku-buku sejarah nasional manapun. Terlebih  buku-buku sejarah sekolah Dasar dan tingkat SMP dan SMA. Sangatlah lucu sekali ketika diceritakan cikal bakal perang ini dikarenakan hanya sebidang tanah. Sangat menggelikan. Bagaimana bisa seorang Putra Sulung dari Sultan Hamengkubuwono III, membela dengan jiwa dan raganya melawan belanda hanya karena sebidang tanah?.
Tak pernah terdengar cerita ketika penolakan Pangerang Diponegoro untuk takhluk kepada Belanda dengan imbalan kekuasaan yang meluas hingga ke tanah Sumatra, dengan tegas menolak “Murtad bagi saya jika saya harus tunduk pada kepemimpinan Belanda”, kata-kata tegas berlandas Islam yang kokoh serta kuat mengakar. Saampai di sebuah gua pembaiatan Sang Pangerang dengan  ratusan Kyai juga Haji, didukung besar oleh ribuan Santri melawan Belanda. Hingga kocar-kacirnya Belanda menarik semua pasukannya yang berada di wilayah lain untuk melawan Pasukan Fii Sabiilillah ini. Kesatriaaan ini  tak pernah terdengar, kita tertipu dan kita masih tak mengerti dengan semua ini.
Bagaimana dengan Sejarah Kebuyaan Islam yang banyak dipelajari seorang pelajar di berbagai tingkat. Hanya sedikit bagan yang menjelaskan gaya hidup Rasulullah SAW, biografi singkat dan penjelasan perang-perang saja yang banyak diambil. Mendevinisikan seakan-akan , hanya peranglah sejarah yang bisa diambil pelajaran, dan mengesankan bahwa penyebaran Islam hanya berdasarkan perang saja dan kekerasan. Sejatinya, Rasulullah SAW hidup selama 63 tahun, 13 tahun periode dakwah Makkah dan 10 tahun periode Madinah. Apa  hidup Rasulullah hanya untuk perang?, sedangkan beliau juga adalah seorang pedagang yang sangat jujur, suami yang sangat romantis juga bertanggung jawab, pemimpin yang sangat adil, dan sahabat yang sangat baik. Terlebih beliau adalah seorang hamba yang mulia. Kita memiliki panutan yang sangat luar biasa, dari segala bidang. Dari situ kita mencontoh. Sudah Allah katakan bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah, maka siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat maka hanya ada satu contoh yang benar-benar tak tertandingi ialah Muhammad SAW.
Jika kita pernah belajar tentang Sejarah Kebudayaan Islam maka pastinya kita akan menganggap masa kejayaan terbesar Islam adalah masa Abbasiyah yang dikenal dengan abad pembangunan dan segala fasilitas yang tersedia di zaman itu. Inilah yang keliru dalam pemahaman kita,  dan tentunya ini adalah pendapat orang barat yang hanya mengedepankan aspek materi saja. Merekalah Orientalis. Namun seharusnya kita sudah mengerti sabda Nabi bahwa sebaik-baiknya zaman adalah zamanku lalu zaman setelahku, dan zaman setelahku. Kesimpulannya bahwa sebaik-baik zaman adalah zaman kepemimpinan Rasulullah, lalu zaman Sahabat, lalu Tabi’in lalu taabiut tabi’in.
Apa tujuan mereka sebenarnya ???
Yang harus kita ketahui terlebih dahulu adalah bahwa yang menguasai manusia itu sendiri adalah pemikiran, ideologi dalam diri sesorang itu. Dengan otomatis jika seseorang ingin menguasai masyarakat banyak caranya adalah dengan mengendalikan sistem befikir dan idiologis mereka. yang nantinya jika pemikirannya sudah dikuasai dengan mudah tanah dan kekayaannya dikuasai dengan mudah pula. Inilah yang mereka cari. Kekuasaan terhadap bumi ini, lahan beserta sumber daya alam yang melimpah. Sayangnya kendala mereka adalah agama Islam ini mengatur segala aspek kehidupan seseorang dari segi  apapun, jasadi, aqly,  ruuhiy. Yang susah untuk mereka kuasai, dan ternyata hasil bumi yang paling besar adalah terdapat di wilayah-wilyah timur yang mayoritas penduduknya dalah muslim. Seperti bangsa Arab yang mempunyai sumber minyak berlimpah yang tidak terdapat di negara lain. Mereka memprediksikan bahwa akan datang suatu masa dimana, dunia sangat memperebutkan sumber daya alam yang kian hari menipis. Juga  tanah bumi yang kian hari banyak dikuasai dan diperebutkan kekuasaannya oleh dunia, karna  pasti takkan bisa bertambah lagi. Dan menyusun strategi dengan sematang-matangnya untuk mengambil semua kekayaan bumi ini, yaitu dengan menguasai pemikiran dan ideologis dunia.
Strategi Penghancuran Generasi Islam
Awal mulanya adalah dengan menyebarkan kemiskinan. Menyebarkan ketakutan dengan memunculkan wabah-wabah penyakit baru yang mematikan. Dan ketakutan akan kematian inilah yang akan mendorong penduduk dunia untuk berlindung kepada yang memilki kekuatan dan pengobatan yang handal. Lalu mulailah disusul dengan menguasai aset-aset ekonomi. Menguasai pasar-pasar Dunia, yang pastinya diraih juga penguasaan aset-aset Informasi dan Telekomunikasi, yang akan mendukung segala pemikiran sesat yang disalurkan melalu media-media, dengan perlahan-lahan yang berakibat pada kerusakan moral dan rusaknya pemikiran sebuah generasi baru yang belum memilki tameng agama yang kuat dan tingkat kebingungan dalam menentukan arah hidupnya. Setelah situasi makin menyempit masuklah dalam penguasaa poitik dan hukum, yang akan memperkuat pemikiran dan anggapan ini. dan pastinya akan mudah bagi mereka untuk menghapus militansi-militansi islam yang berkembang, dengan membuat isu-isu besar tentang keburukannya dengan media yang sudah mereka kuasai pula. Maka jurus ampuh mereka adalah mengadakan deislamisasi, yaitu peniadaan agama Islam . Menghapuskan Islam dalam segala aspek kehidupan atau mungkin bisa disebut juga sekulerisasi.
Ditambah dengan munculnnya konversi-konversi agama, pluralisme yang menyebabkan anggapan dunia dan khususnya umat Islam sendiri bahwa agama semua manusia adalah sama, yaitu mengajak seseorang untuk berbuat baik, namun dengan tata cara yang berbeda. Apakah kita lupa firman Allah dalam surat Ali Imraan ayat 86 : “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk oarng yang rugi”. Dan sudah sering kita dengar pula dalam surat Ali Imran ayat 19 “Sesungguh agama disi Allah adalah Islam” . Apakah kita lupa?. Dan anehnya serta lucu sekali anggapan para liberalis dan tokoh pluralis, bahwa semua agama akan memasuki syurga yang sama, sungguh lucu sekali. Apakah sama orang yang bertaqwa dengan orang yang mempersekutukan Allah atu tidak percaya dengan keyuhanan-Nya?, apakah adil jika umat Muslim yang menjalankan seluruh kewajiban, siang dan malam sedangkan mereka tidak , lalu masuk syurga yang sama??.  Allahlah yang Maha Adil dan detail perhitungannya.
Sungguh sangat sayang sekali mereka, yaitu seseorang yang menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupannya, menyantuni fakir miskin, berbuat baik pada semua orang, namun tak ada cahaya Islam dalam dirinya. Permisalannya  seperti seseorang  yang bekerja pada suatu perusahaan setiap hari siang dan malam, tapi ia bukanlah karyawan dari perusahaan itu. Pertanyaannya adalah apakah ia akan mendapat gaji?. Tentu tidak, karna namanya tak ada dalam list karyawan. Begitulah mereka, yang berbuat baik pada seluruh manusia namun tak berbuat baik pada Tuhannya manusia yang memiliki kerajaan di langit dan di bumi. Tak pernah bersyahadat dan mengagungkan nama-Nya, maka tak pantaslah ia memasuki syurga Allah yang dijanjikan untuk orang-orang yang bertaqwa.
Permisalan perbuatan baik orang musyrik yang dikisahkan dalam Kalamullah adalah seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apapun. Amal yang mereka perbuat dihadapan manusia jika tidak dilandaskan atas dasar tauhid sia-sialah amalan itu. Karna Allah sangat sempurna dalam menghitung semua amal manusia. Atau keadaan orang-orang kafir itu diibaratkan  gelap gulita yang berada di laut yang paling dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang diatasnya ada lagi awan yang sangat gelap. Hingga ketika ia julurkan tangannya ia tak bisa melihatnya. Karna hanya cahaya Allahlah yang bisa menyelamatkan manusia dari gelombang kepahitan dunia. Karna hanya cahaya Allahlah yang bisa mengeluarkan kita dari gelapnya kesempitan dunia. Dan cahaya itu hanya Allah yang memberikannya, tidak yang lain.  
Sebuah kepahaman yang beredar di antara kita, sebuah kebohongan yang di desain menarik dengan ilmu pengetahuan Islam. Membuat kita salah mempresepsikan agama ini dan parahnya mengganggu tauhid yang sudah lama kita pegang. yaitu kisah tentang agama nabi-nabi sebelum hadirnya Rasulullah.  Ada yang beranggapan bahwa “Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad SAW untuk umat muslim, Taurat diturunkan kepada Musa as kepada umat yahudi, dan Injil diturunkan kepada Isa as untuk umat Nasrani, dan tiga agama ini adalah agama samawi yaitu agama yang bersumber dari Allah”. Apakah ini benar?. Lantas apakah Nabi Musa adalah Yahudi dan Isa adalah Nasrani?. Bagaimana menurut anda?.
Tentu pemahaman ini sungguh tidak benar. Kita harus tau bahwa semua Nabi adalah sama yaitu  beragaman Islam, bukanlah Yahudi ataupun Nasrani. Seperti firman Allah yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 136, “Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim,Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya. Dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa , serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami bersarah diri kepada-Nya”.
Ayat di atas menjelaskan bahwa seluruh nabi memilki agama yang sama, tujuan yang sama yaitu mendakwahkan kepada cahaya Allah. Demikian pula Musa yang beragama Islam dan Taurat diturunkan untuk umatnya, dan pula Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa yang beragama Islam untuk umatnya. Demikian jelas ayat-ayat Allah ini. namun kadang tersamarkan, yang menyebabkan kita berfikiran bahwa nabi-nabi kita bukanlah beragama Islam.
Sejarah yang telah mengkisahkan bahwa terdapat satu nama yang sama disetiap kitab–kitab keagamaan dimanapun, hanya sedikit berbeda dalam bahasanya. Yang sangat kita kenal nama ini, sebagai khalilullah Nabi Ibrahim seorang Uswatn hasanah dan namanya disebut dalam setiap sholat kita dan sangat masyur dalam Al-Qur’an petunjuk yang Agung. Dan Istri tercinta beliau yang bernama Sarah. Terdapat pula nama itu dalam kitab yahudi dengan nama Afram, atau Santo Afram, dan istrinya sarai dalam bahasa latin. Juga dalam kitab Hindu terdapat tokoh yang terkemuka yaitu Brahman atau disebut Brahmana dan istrinya Saras atau Saraswati. Dalam kitab Injil juga disebutkan Abraham dan istrinya Sara. Jika tokoh yang disebutkan dalam setiap  kitab merupakan orang yang sama maka sejarah seluruh pusat agama adalah kembali ke Nabi Ibrahim. Bukan kebetulan pasti,  jika nama-nama ini terlihat sama. Dan bagaimana agama-agama ini bisa muncul?, padahal semua Nabi mengajarkan agama yang sama yaitu Islam. Disinilah pentingnya sejarah, ketika kita mengetahui sejarah semua agama yang ada. Maka keyakinan kita pada Islam dan ketauhidan kita akan semakin mantap dengan pengetahuan yang kita ketahui.
Disinilah sejarah itu mempunyai peran yang penting dalam membangun sebuah paradigma, atau dogma, atau ideologis yang ada. Jika benar-benar generasi kita mengetahui sejarah umat-umat Islam terdahulu seluruhnya dengan tanpa direkayasa dan atas sudut pandang Islam (world view Islam) maka pemahaman itu akan memunculkan sebuah perbaikan generasi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Malik “Tidak ada yang dapat memperbaiki umat ini dengan apa yang dapat memperbaiki umat sebelumnya”. Karna hanya ada peradaban Islam yang kuat pada masa silam. Dahulu umat Islam pernah merasakan kejayaan , juga pernah berada pada masa yang sulit. Pernah berada pada masa keadilan dan ketentraman dan juga pernah diselubungi oleh fitnah yang kejam setelah Kekhalifahan Umar bin Khatab. Maka dari situ kita belajar , membudayakan ilmu pengetahuan menjadi trend dimasa kini. Agar umat Islam dan generasi kita mengerti tentang agamanya sendiri. Dan pemahaman itu penting baginya untuk melindunginya dari segala pemikiran-pemikiran sesat di akhir zaman ini. Karna kita tak berada pada perang secara fisik namun perang pemikiran.
berkata Imam Ghazali “Rusaknya umat karena rusaknya penguasa dan rusaknya penguasa karena rusaknya Ulama”. Maka ketika budaya keilmuan telah hilang dan punah, hilang sudah kejayaan dan kekuatan umat ini. memang perlahan namun menyakitkan. Dan dengan cahaya kita akan bisa bangkit kembali.   

avnie suhayla

Komentar

Postingan Populer