Sebongkah Rasa Kagum

 

Sebongkah Rasa Kagum

 

"Aku pernah mengagumi seseorang, yaa memang wajar adanya rasa itu. Namun kagumku itu seakan masuk dalam relung jiwaku. Mengisi kekosongan batin, dan membuatku terinsyaf. Akan sesuatu yang selama ini kujauhi. Yaitu kedekatan kepada Allah. Ia membuat jiwaku menangis dan tersedu, seakan aku baru menemukan sesuatu yang tlah lama hilang dariku. Kupanjatkan doa pada Ilahi Rabbi, semakin sering ku meminta pada-Nya. Nama seseorang yang aku kagumi itu pun sering ku curhatkan pada Rabb ku, yaa... Dengan doa saja."

 

"Dan namanya selalu hadir di setiap sholatku. Meminta-Nya agar ia bisa membimbingku kepada jalan-Nya. Kebahagiaan lebih mencintai-Nya semakin ku nikmati. Hingga suatu hari, aku menyadari bahwa aku melakukan kesalahan. Nama yang sering kusebut itu salah. Ohh tidak,... Aku salah meminta. Aku meminta dengan nama yang salah. Dan baru kusadari itu. Sungguh aku malu pada Rabbku. Betapa naif, dan sombongnya aku. Hingga aku berani meminta sebuah nama. Betapa bodohnya aku menganggap aku lebih tau apa yang terbaik untukku. Betapa bodohnya diri ini. Belum tentu ia baik untukku dan aku pantas untuknya. Belum tentu ia orang yang bisa membawaku lebih dekat dengan-Nya. Belum tentu dan belum pasti. Namun aku terlalu bodoh untuk hal ini, sungguh aku sangat malu untuk mengungkapkannya lagi. Dan mulai saat itu aku tak pernah menyebutkan sebuah nama lagi. Karna aku yakin, Allah akan berikan hamba terbaiknya yang namanya masih ia simpan nanti pada waktunya. Nanti pada saat yang tepat."

 

Aisyah dalam hujan

Sebuah catatan tentang rasa

 

___________________

 

 

Rasa kagum itu pasti ada pada setiap orang, dan dengan motif  yang berbeda-beda dan dengan standar yang berbeda pula. Begitulah rasa kagum yang tetiba datang dan pergi, lalu muncul kembali. Ketika menemukan seseorang yang mengagumkannya maka saat itu ia telah terkagum, nanti saat ia temukan yang lebih mengagumkan maka seketika itu rasa kagum itu muncul kepadanya, orang yang terbaik yang ia kenal. Dan begitulah rasa kagum. Namun berawal dari rasa inilah adanya cinta

 

"Kekuatan wanita itu bagaimana caranya menjaga rahasianya" begitu kata pepatah. Setidaknya saya mempercayainya.  Cukup rasa itu ada dalam hati yang dalam. Tanpa diketahui orang lain.  Tak perlu diceritakan atau dibocorkan, dan pandai menjaga sikap juga hati. Nah... Kenapa?, karna hati manusia itu lemah dan sering terbolak balik. Ia akan confirm dengan sesuatu yang selalu berulang. Jika orang lain tau, dan selalu memberikan informasi atau menggoda misalnya. Maka sinyal itu semakin kuat. Dan membuat kita meng-iya-kan apa yang ada. Padahal tidak begitu adanya. Karena urusan hati biar Allah yang jaga. Rasa kagum itu sendiri nanti yang berbicara. Biar rasa itu tak terlalu mengganggu kita, kita kuasai rasa itu. Jika memang sudah siap, mungkin bisa seperti khodijah yang menawarkan dirinya. Namun ingat kekaguman itu harus dikendalikan. Jangan confirm mengatakan kagum itu suka, namun nanti. Akad lah yang menjadikan kagum itu rasa cinta, jika belum akad. Maka jagalah iffah dan kehormatan diri. Di hadapan orang lain juga di hadapan diri sendiri. Tanyalah, "Begitu lemahkah aku hingga rasa ini terlalu mengusik" . Jika ia ditempatkan dengan benar, dengan baik. Maka ia takkan mengalah cinta dengan Sang Maha Kasih

 

Kata Ust. Salim seringlah mencurigai diri. Apakah rasa itu murni dari kefitrahan manusia, atau dari syahwat atau dari bisikkan syeitan. Karna apa adanya rasa itu? Apakah karena iman, islam, ketugahan dalam dakwah? Atau hanya karena rupa, harta, tahta, kekuasaan, atau ketenaran yang akan pudar dengan cepat. Ukuran kadar seseorang bergantung pada apa ia memberi nilai. Dan itulah kita. Cantikkan diri dengan wawasan ilmu yang Allah berikan, kuasai hati, kuasai diri, dan minta pada Allah agar mempertemukan yang terbaik dari sekian hamba-Nya.

 

Semoga bermanfaat

Avnie suhayla

Komentar

Postingan Populer