Tawakkalnya seorang Aktifis
Tawakkalnya seorang Aktifis
Tawakkal ialah amalan hati, sebuah kepasrahan dan keyakinan atas apa yang
Allah berikan dalam keadaan apapun, sedangkan anggota tubuh berusaha
mengupayakan sebab terjadinya dengan sekuat tenaga. Sehingga anggota tubuh berusaha
menyempurnakan sebab, sedang hati harus terlepas dari pikiran sebab.
Yang ingin kita bicarakan disini adalah tentang tawakkal yang tinggi,
banyak orang berpendapat bahwa tawakkal yang tertinggi adalah tentang urusan
duniawi. Tidak!! Tawakkal yang tertinggi adalah menjadi seorang yang berdakwah
di jalan Allah. Ia yang hidupnya, berupaya meninggikan kalimat-Nya. Tanpa putus
asa, dengan cermat, penuh strategi dan efektifitas. Kenapa? Karna saat itulah
seseorang menjual dirinya, hidup dan matinya untuk berjuang di jalan Allah.
jual-beli inilah adalah jual-beli yang terindah.
Berdakwah adalah tugas setiap muslim, apapun profesinya. Sampai seorang
pendagang keliling pun bisa berdakwah, dengan caranya sendiri. Seorang
mahasiswa belajar berdakwah dengan aktif berorganisasi, belajar bagaimana
mengelola rasa banyak orang. Ia belajar bagaimana hidup di masyarakat. Tidak
hanya sibuk dengan mata kuliahnya sendiri. Seorang aktifis dakwah cenderug peka
terhadap suatu masalah. Ingin membuat perubahan yang berarti di masyarakat,
minimal kehidupan kampusnya.
Bercontoh kepada Nabi Ibrahim alaihis salam, ketika ia lantangkan sebuah
kebenaran. Ia tegar di hadapan kebencian banyak orang. Ia sendiri dalam jumlah
mata mereka, namun sebenarnya ia lebih banyak dari mereka. sebab tentara Allah
melindunginya, sampai api tak sanggup membakarnya. Coba perhatikan tawakkal
Bapak Para nabi ini, ketika tungku api yang dibakar berminggu-minggu ini, sudah
disiapkan untuknya. Ia kuat dan berpasrah. Ia tak takut, ataupun risau. Ia
panjatkan sebuah do’a yang menggetarkan “Hasbunallah wa ni’mal wakiil” Cukuplah
Allah sebaik-sebaik tempat bersandar. Ibrahim yakin bahwa Al-Wakiil takkan
meninggalkannya. Dalam keadaan yang genting inilah tawakkal seorang diuji. Dan
Ibraim alaihis salam telah lulus dalam ujian ini.
Seorang Aktifis, dengan segudang
program kerja dan semua mimpi dan cita-citanya. Ketika masalah besar
terjadi, ia memohon pada Allah untuk
memudahkan masalahnya, ia yakin bahwa Allah bersamanya dan meridhoi langkahnya.
Sampai di ujung masalah itu, Allah berikan jalan keluar dan pertolongan yang
tak disangka-sangka. Dan tak pernah terfikirkan olehnya. Bagaimana perasaan
seorang aktifis ini, sungguh sangat bersyukur. Dan lebih cintanya pada Rabbnya.
Ia belajar sesuatu tentang tawakkal. Ketika mencoba memberikan yang terbaik
untuk banyak orang.
Maka benar, bahwa tawakkal haruslah dilatih. Ia tak serta merta datang begitu saja. Tawakkal merupakan proses
panjang tahap keimanan seseorang. Dengan datangnya musibah dan tekanan, disusul
dengan keberanian juga kepasrahan. Marilah kita belajar dari kisah Musa alaihis salam, bagaimana proses
menjadi seseorang yang bertawakkal pada Allah.
Perhatikanlah Musa, ketika pertama kali wahyu datang kepadanya dan
diperlihatkan sebuah mu’jizat yang luar biasa. Tongkat bisa berubah menjadi
ular. Ia lari ke belakang tanpa menoleh
“Larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh kemudia Musa diseru ‘Hai Musa
datanglah kepada-Ku dan jangalah engkau takut’” (Al-Qashash 31). Yaaa... Nabi Musa berlari kawan, ia takut
bahkan takut sekali. Namun coba kita lihat dalam ayat selanjutnya. Kisah ketika
Nabi Musa dihadapkan dengan Penyihir seluruh Negri. Didatangkan oleh Fir’aun,
menantangnya untuk menghinanya dihadapan banyak orang. “Maka Musa merasa takut
dalam hatinya” ( Thaha: 67). Nabi Musa takut, namun tidak berlari. Dan ini
adalah sebuah proses.
Dan ketiga kalinya, ketika Al-Qur’an menceritakan kisahnya yang luar
biasa. Saat itu ia berhasil membawa
kaumnya Bani Israil, pergi meninggalkan Mesir menjauh dari Kerajaan Fir’aun. Namun
Fir’aun mengejarnya dengan bala tentaranya yang banyak. Sampai di sebuah
pinggir lautan dan tak ada tempat untuk lari lagi. Semua cemas, dan balik
menyerang Musa. Mencelanya karna telah membawanya pergi sejauh ini tanpa hasil
sedikit pun, dan sebentar lagi tersusul.
Namun Musa dengan tegas berkata “Musa menjawab, ‘Sekali-kali tidak akan
tersusul, Sesungguhnya Tuhanku bersamaku,
Dia kan memberi petunjuk kepadaku’” (Asy-Syuara 62). Sungguh luar biasa Tawakkal Musa alaihis
salam. Bahkan saat genting sekalipun ia sangat yakin dengan pertolongan
Tuhannya.
Inilah yang kita pelajari selama menjadi aktifis. Kedekatan pada Allah yang
membuat kita tenang meski dilanda kesusahan. Kadang kita berfikir pragmatis,
bahwa semuanya bisa dipelajari juga tanpa menjadi aktifis. Yaaa,... bukan hanya
masalah pengalaman. Tapi ia bicara sebuah rasa. Bagaimana memunculkan sikap
yakin, dan terus mencari solusi. Menyempurnakan sebab, agar bisa tercapai yang
diinginkan. Sungguh rugi ia yang sudah masuk dalam ranah ini, belum pula
menyadarinya. Sadar bahwa ia ikut dan terlibat karena ada suatu rahasia Allah
yang ingin disampaikan padanya. Lalu fokuslah pada tujuan bukan hambatannya.
Memang banyak waktu yang akan diambil, jika engkau ke dalamnya. Tapi pastikan
bahwa waktu itu, adalah waktu yang diridhoi Allah. Karena sedang memperjuangkan
dakwah-Nya.
Untuk itu jangan pernah remehkan seorang aktifis dan mencelanya, meski terkadang ia belum bisa me-manage
waktu dengan baik. Masih sukar untuk berkomunikasi dengan baik, atau banyak kekurangan
disana-sini. Ketahuilah memang menjadi komentator itu lebih mudah dari pada
menjadi pemain sepak bola. Mencela kegelapan takkan pernah memberikan cahaya.
Lalu mengapa tidak bergabung dan memberikan cahaya. Merasakan situasi yang ada.
Tidakkah itu lebih baik?.
Dan ketika sudah menyelam dalam ranah ini, seharusnya memang kita lebih
banyak mencurigai diri sendiri. “Bagaimana aku, sikapku, akhlakku pada Rabbku
dan manusia di sekelilingku. Apakah aku baik di pandangan mereka, dan mengapa
mereka tak menyukaiku”. Disitulah kita sadar bahwa kita tetap harus menjadi
pribadi yang terus baik, dan membaik. Menjadi pembelajar, kepada siapa pun dan
kondisi bagaimana pun. Menjadi Aktifis itu
bukan segalanya, ia hanya sebuah proses, menjalani banyak hal dan belajar
banyak hal. Agar kita tak kaku dan lesu dalam mengahadi zaman yang serba cepat
berubah. Dan semoga niat suci kita di balas dengan sesuatu yang indah disana.
Aamiin Ya Rabb......
Komentar
Posting Komentar