Andai Aku Mencintai Islam dengan Hatiku
Baru dua tahun yang
lalu aku mengenal Islam. Sebelumnya aku adalah seorang atheis yang tak menganggap
adanya tuhan. Lewat pertemuan singkatku dengan seorang gadis berjilbab biru di
sebuah pulau syurga yang terpencil ,maledhives . sebuah pulau yang harus
menggunakan helikopter untuk menuju ke tempat ini. saat itu aku tau bahwa
tuhanlah yang mengantarkanku kesana , meski memang tujuan utamaku adalah
menemui teman bisnisku yang juga seorang muslim sukses. Saat itu aku tengah
duduk disebuah caffe kecil yang nyaman dipinggiran jalan utama di maladhives.
Suasa yang tenang dengan udara yang sejuk aku menunggu rekan ku sambil
menikmati secangkir latte kesukaaanku.
Diseberang kaca kumelihat seorang gadis berkerudung biru berjalan dengan senyumannya. Membawa sebuah
buku kecil ditangannya . Yang sekarang aku tau buku itu adalah Al-Qur’an , yang
merupakan buku petunjuk bagi setiap manusia yang bernyawa. Entah kenapa
melihatnya saja hati serasa sangat tenang, jalannya yang anggun , pakaiannya
yang elegant menurutku yang belum pernah aku lihat di negaraku sendiri. Mata
ini seakan tak ingin terpejam melihatnya. Dan
sangat senang ketika ia masuk
kedalam caffe dan duduk tak jauh dari
tempat dudukku. Ingin aku mendekatnya namun merasa berat dan takut jika
ia berubah sikap dan merasa tak nyaman dekatku. Pelayan Caffe perlahan
mendekatinya dan menanyainya apa yang dia inginkan, samar-samar terdengar ia memilih coffe latte sama dengan
kesukaanku, akupun berfikir bagaimana
caranya agar aku bisa ngobrol dengannya.
Akhirnya akupun berfikir seharusnya aku bertanya sesuatu padanya. Dan setelah
lama aku berfikir “ tak munkin ia tak menjawab pertanyaanku jika aku bertanya
tentang islam”. Aku mendengar ia berbicara sendiri saat akan meminum coffenya, dengan rasa penasaran
sekarang aku mendekatinya dan duduk agak lebih dekat dengan mejanya.
“excuse me, may I
ask you something?”[1].
Tanyaku sambil duduk kursi di mejanya
“I’m sorry,what
about?”[2]. sambil menaruh
handphonenya dan berkonsentrasi
mendengar pertanyaanku.
“Are you moslem?”[3]
“Yes, I am”[4]
“ What did you say before you drink your coffe?”[5]
“ I sad bismillah it’s mean . in the name of Allah and my God will protect me for everything it’s dangerous
for me.”[6]
“are you asking a
protect to your God in everything you do?”[7]
“Yes, I am. Because I know how weak I am, than Allah protect me. and I fell save in
everywhere I stand”[8]
“because of this
you close your hair too? Hmm, ........can I see you hair?’’[9]
“No, you can’t see
, only my husband can see my hair. In this way Islam give a honour to all
muslimah. Make them like a queen, not everyone can see, not everyone can touch,
no one can hurt and she will be saved.”[10]
“How beutifull is
Islam!, can you teach me about Islam?”[11]
“In sya Allah , As
what As I know”[12]
Perbincangan yang
singkat menumbuhkan sebuah cinta hangat dan bersahabat , antara diriku dan Islam. Seakan lentera menyinari rumah
hatiku yang gersang, yang tersesat akan makna kebahagiaan. Dari wajahnya
terbayang keindahan yang tak pernah aku lihat di wanita secantik apapun di
dunia. Waktu yang singkat pertemuanku dengannya , dan Islamku belumlah sempurna. Mengingat
waktu yang memaksaku untuk segera pergi. hanya seminggu pertemuan itu , akupun
tak bisa belajar banyak tentang Islam. Dan pertemuan ini belum berakhir disini.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dua tahun berlalu,
dan aku adalah seorang muslim, tapi aku bukalah mukmin. Aku tidak menceritakan
siapapun tentang keislamanku, terlebih dengan keluargaku. Aku sibuk dengan
semua pekerjaanku dan tak pernah menjalanankan kewajibanku sebagai seorang
muslim . keadaan dan kebudayaan yang membuat kulebih memilih menyembunyikan
islam dan akhirnya kukuburkan islamku. Namun yang terbayang setiap kali ada
senyuman gadis berkerudung biru yang duduk denganku disebuah caffe dan
bercakap-cakap denganku , selalu kuingat namanya dan kulukis dalam hatiku , maura
zahiyya. Seorang gadis yang berasal dari Indonesia . Yaa,... cinta fitrah kini berubah menjadi
cinta fitnah. Setelah kutemukan akun facebooknya kumulailah komunikasi
dengannya. bersenda gurau dengan media
bukanlah hal yang susah di zaman yang tak adalagi batas apapun. Seperti tidak
terjadi apa-apa dengan keimananku juga keimanannya. Padahal apa yang sering
kita bicarakan adalah tentang Islam. Namun cintaku padanya melebihi cintaku
pada Tuhanku. Sudah lima bulan komunikasi ini tetap berlanjut dan seminggu
terakhir ini tak ada kabar darinya. Kuhubungi semua kontak miliknya dan semua
akunnya. Seminggu berikutnya akupun demikian bahkan sangat merasa gelisah yang
membuncah. Bahkan kuteliti semua teman-teman dalam facebooknya , dan kutemui
sebuah gambar undangan yang aku yakin itu adalah undangan pernikahan meski
dengan berbahasa indonesia. Kulihat namanya terpampang jelas dalam gambar itu bersama nama orang lain yang tak kukenal Muhammad
Iqbal Zakky. Saat itu seperti
diguncangkan seisi bumi, terpelantang hati kesana- kemari. Tapi aku tak yakin
dengan semua ini bahkan aku sangat tak percaya . aku kira selama ini aku kenal
dia dan bagaimana dia. Saat itu kupersiapkan semua tiket juga visa dan segala
keperluanku. Aku harus memastikan melihatnya di indonesia. Akupun terbang
meninggalkan negaraku tepat dua hari sebelum berlangsungnya pernikahan itu.
Sebelum pesawat terbang meninggalkan negaraku aku tulis sebuah pesan kecil dalam semua akun dan kontaknya yang mengabarkan “ I will meet you in
Indonesia”.[13]
Sehari sebelum pernikahan itu aku tepat berada di sebuah
hotel di Jakarta . aku tau maura telah membaca semua massage ku, namun dia
belum membalasnya. Tepat di malam itu ia mengetik sesuatu yang lama sekali aku
tunggu balasannya. Dengan air mata yang mengalirpun aku membaca balas itu
“ Wa’alaikum salam
wr wb, I am so sorry edward. I don’t understand what kind of love you have
gived to me. I think it’s just love for everyone who have iman in there heart. you never tell me that you are really love me
and want to marry me, because merriage it’s make love halal. I’am really
sorry. I will have a marrige tomorrow,
and may be we can’t get a comunication begin now.”[14]
Seakan matahari
membakar jiwanya . dan islam tak membasahinya. Seakan petir menyambarnya namun
Islam tak menangkalnya. Seaakan laut tumpah bertuah padanya namun Islam tak
menyelamatkannya dari ketenggelaman. Karena Islamnya edward bermula tak murni
dari hatinya tapi keterpanaannya pada seseorang gadis berkerudung biru. Sebagai
pencundang atau bukan yang jelas ia bukan seseorang yang keras namun lembut dan
dingin kepribadiannya . tenggelamnya ia dalam kepedihan patah hati tak
menuntutnya merusak semua barang di hadapannya. Bahkan terdiam ia menitihkan
air mata dengan jarinya masih mengelus-eluskan percakapan mereka. Lalu ia tulis
kata terakhirnya dalam perckapan itu
“ may I see you
from far and for the last time?, I will
never see you again, promise”[15]
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Begitu ramai
suasana pernikahan, kulepas kaca mata milikku dan meski samar tak terlihat
wajah itu, tak mengalihkankku pada
seseorang dengan gaun putih menghiasinya. Disudut ruangan sebelah kanan aku
bersandar pada sebuah tiang . harapan yang dulu terbingkai indah sekarang pecah
berantakan di atas tanah ini. memang aku yang terlalu percaya diri menggantungkkan
harapan itu dalam sudut hatiku yang terdalam, sementara seseorang mengambil
bingkai itu dan menggoreskan lukanya tepat di hatiku. Lantas aku terdiam sesaat
lalu kubekukan air mata dan membiarkannya tak mengalir. 10 menit berlalu .
kutinggalkan tempat ia dan aku pun mulai tak memikirkan apapun.
Edward berjalan dan
terus berjalan, mobilnya ia tinggalkan begitu saja diparkiran . ia buka jasnya
serta dasinya dan ia buang entah kemana . kemejanya berantakan dan yang
tertinggal hanya dompet di saku celananya. Ia terus berjalan dan menaiki sebuah
bis kecil dan hanya terdiam , ia
membayar dengan uang seratus ribuan dan pergi begitu saja. Lalu mengendarai bis
lain menuju tempat yang lebih jauh dan pedesaan , ia memang sangat tak mengerti
dengan tempat itu tapi tak diperdulikan, berganti dengan bis yang lain ke
tempat yang lebih sepi . sampai ia pada
tempat pemberhentian terakhir di sebuah desa yang sangat sunyi. Jam menunjukkan
pukul lima sore dengan udara yang dingin ia terus berjalan . hingga kakinya
tersandung di sebuah rumah kecil dan
terduduk melihat kakinya yang berdarah. Samar-samar ia mendengar sebuah suara
merdu menyejukkan hatinya. Semakin sunyi suara itu semakin keras dan merdu .
terfokuslah pikirannya pada bacaan itu , yang sepertinya pernah ia dengar
sebelumnya. Al-Qur’an datang menyambutnya di sebuah desa yang sangat sunyi.ia
dengarkan dan simak dengan diam. Bahkan isakannya hadir dengan sendirinya .
meski tak sepenuhnya memahi maknanya ia merasa dirinya begitu kecil. Tersadar
ia bahwa keislamannya belum tulus dari dalam hatinya. Keadarannya mulai
terbangun, ia harus mencari sumber cinta Tuhannya, yang selama ini dengan
belaian kasihnya selalu menghujaninya. Edward benar-benar sadar bahwa telah
sangat jauh ia tersesat. Tekadnya bulat akan mencari cinta Rabbnya. Tak lama
terdengar suara adzan dan lekas ia beranjak menuju panggilan itu.Dari sisi
sebelah kiri rumah itu terbuka pintu dengan lembut oleh seorang wanita yang
secara diam-diam mencari tau asal suara dari isakan tersebut .perlahan ia lihat
orang itu, sepintas terlihat wajahnya seperti seseorang yang ia kenal, “yaa
edward ....., aku kenal dia dari pertemuaanku di maldhives dua tahun yang lalu”
dengan penuh pertanyaan wanita itu
berfikir bagaimana dia bisa ada disini dan kenapa ia terisak seperti itu ?.
pertanyaan itu bersemayam dipikirannya. Pikiranitu bergemuruh di pikiran Maura
dzahbiya seperti Gemuruh hujan menderu lebih keras setelah rintikan hujan
melewati dedauan yang gersang. Dengan beginikah Allah mempertemukan pada sosok
itu lagi. Dengan cara yang sangat tiba-tiba.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Setetes air mengalir membelai rangkaian hitam
gelap keabuan
Terasa sejuk
sejenak namun tak menghilangkan kehausan para dedaunan
Dinanti sang
berpeluh hati penuh pengharapan
Satu detik, dua,
tiga detik kemudian
Tetesan yang dirindukan tak kunjung jua datang
Sejenak langkah
perlahan berat memijak
Mengurung niat yang
mengikat hati sang pujangga pada tulang
rusuknya
Berdesir terdengar lantunan indah kalamNya ringan
bersahutan
Siapakah ia, yang
tertunduk ,terhenyuh , terbuai dengan nik’mat yang mulia
Suaranya yang
lembut menghiasi rintikan hujan mempesona
Entah berkala
sepeti menemukan sesuatu yang pernah hilang adanya
Betapa rasa itu tak
tergambarkan seperti pelangi menghiasi deretan awan
Namun suara itu
melirih berganti isakkan dikala gemuruh
Mehentakkan dan
meluluh lantakkan hati yang baru berbunga
Menyadarkannya akan
sesuatu penting yang dilupakannya
Ia teringat akan
Sang Maha Kasih
Seharusnya ia gapai cinta Rabbnya sebelum merangkul cinta hambaNya
Deretan syair yang
tertulis dalam hati edward. Entah lukisan apa yang Allah lukis pada kertas
kehidupannya. Tunduk berserah ia dalam rumah Allah , memohon ampunan juga
cintanya. Mengarungi bait-bait cinta kalamNya. Terpesona ia merangkak dari
ketepurakannya. Memang salah dia yang memperjuangkan cinta yang hina dan
menghindari cinta yang sempurna. Jika ia
mencintai Islam dengan hatinya, pasti islam akan menjadikan obat dalam cintanya
yang buta . dengan gemetar dia berucap
“ Ya Allah,.. kali
ini izinkan aku mencintai Islam dengan hatiku.”
-( Avnie Suhayla)-
[1] “permisi , bolehkah aku bertanya sesuatu padamu
[2] “maaf, anda ingin bertanya tentan apa”
[3] “apakah kamu seorang muslim”
[4] “Ya, benar”
[5] “ apa yang tadi kamu bicarakan sebelum meminum kopimu”
[6] “Aku mengucapkan bismillah, yang artinya dengan menyebut nama Allah
dan Tuhanku akan melindungiku dari
segala sesuatu yang berbahaya untukku”
[7] “Apakah kamu selalu meminta perlindungan pada tuhanmu di setiap
pekerjaanmu”
[8] “ Ya, karena aku tau betapalemahnya aku, dan perlindungannya
membuatku merasa terjaga dimanapun aku
berpijak”
[9] “ karena sebab ini kamu menutup rambutmu?, hmm ... bolehkah aku
melihatnya?”
[10] “ tidak, kamu tidak bisa melihat rambutku. Hanya suamikulah yang bisa
melihat rambutku. Dengan jalan seperti inilah Islam melindungi seorang
muslimah, dengan menjadikannya layaknya seorang Ratu, tidak semua orang bisa
melihatnya, tidak semua orang bisa menyentuhnya, dan tidak ada yang akan menyakitinya. Dan dia akan merasa aman”.
[11] “ begitu indahnya Islam itu, bisakah kau mengajarkannya padaku?”
[12] “ in Sya Allah, sebisaku”
[13] Aku akan bertemu denganmu di Indonesia
[14] “ Aku benar-benar minta maaf edward , aku tak tau cinta seperti apa
yang kau simpan padaku, aku fikir itu adalah cinta sesama hamba yang terdapat
iman di dalam hatinya. Kamu tak pernah menjelaskan padaku bahwa kamu
benar-benar mencintaiku dan akan menikahiku. Karena dengan pernikahanlah cinta
itu halal. Aku benar –benar minta maaf, besok aku menikah dan munkin kita tak
bisa saling berkomunikasi lagi dari sekarang.”
[15] “bolehkah aku melihatmu dari jauh untuk terakhir kalinya , dan aku
tidak akan melihatmu lagi, janji”
Komentar
Posting Komentar